Naik haji juga perlu vaksin. Vaksin haji yang paling populer itu vaksin meningitis.
Sebelumnya, saya cuma ingin bilang kalau saya bukan aktivis pro-vaksinasi. Anak-anak saya sih divaksin semua tapi saya merasa enggak perlu ngurusin orang-orang yang anti-vaksinasi. Suka-suka ente la yaowww hehehe.
Nah, kemarin ada teman yang inbox langsung ke saya. Intinya dia bertanya, ada berita kalau katanya kewajiban untuk vaksinasi / vaksin haji bagi jemaah haji/umrah bukan datang dari pemerintah Saudi. Ada pun katanya (lagi) pemerintah Saudi malah tidak membuat peraturan semacam itu. Maka dari itu, biarpun sebenarnya enggan ya, mau tak mau ‘KEBOHONGAN’ macam ini masa didiamkan begitu saja?
Saya sudah ditunjukkan status tentang berita ini di sebuah gruup kalau tidak salah. Sudah saya beri komentar langsung di sana. Tapi kok ya masih banyak yang nanya-nanya :D. Berasa artis kan gue? :p
***
Saya pernah tinggal di Jeddah selama 30 bulan. Alhamdulillah di tahun 2012 lalu, diberi kesempatan untuk naik haji bersama suami dan anak bungsu kami melalui biro haji (hamla) lokal Saudi.
Baca : What’s Your Hajj Story? (Naik Haji via Jeddah)
Hamla kami jelas bukan kepunyaan orang Indonesia. Di hamla ini, SEMUA calon jemaah haji WAJIB menyerahkan surat bukti bahwa calon jemaah bersangkutan TELAH melaksanakan vaksinasi meningitis. Kudu lolos screening vaksin haji tanpa pandang bulu.
Sebagai info, saya menjamin, sebagian besar jemaah adalah orang-orang Arab, dari berbagai negara misalnya : Mesir dan Suriah.
Apa ini berarti yang anti-vaks enggak boleh naik haji? Boleh dong, ah. Pakai saja surat palsu. Tapi ingat, situ bohong tanggung dosa sendiri hehehehe. Suratnya tetap wajib. Tidak sedikit klinik yang bersedia membuat ‘surat palsu’ untuk keterangan vaksin haji seperti ini. Soalnya bayarannya sama, malah mereka untung dapat duit begitu saja tanpa perlu repot-repot menyuntik pasien ;).
Inti permasalahan terjawab, kan? Pemerintah Saudi JELAS MEWAJIBKAN CALON JEMAAH HAJI MANA PUN untuk melaksanakan vaksinasi meningitis ini. Ini bukan konspirasi apalagi akal-akalan pemerintah Indonesia kali ah :p. Situ kok kepinteran sendiri sih bikin teori konsipirasi macam ini? :D. Ada pun pelaksanaannya yang mungkin belum sempurna. Surat palsu saya yakin tidak sedikit hehehe.
Jangan-jangan cuma hamla saya yang kena KONSPIRASI YAHUDI VAKSINASI, neh? :p. Silakan dicek en ricek di hamla lain, saudara-saudaraku yang seiman dan setanah air :). Teman saya yang hajian melalui hamla lain (yang juga hamla Arab) banyak, kok. Mereka pun WAJIB VAKSINASI kudu vaksin haji semuaaaaa ^_^. Kalau tidak percaya, beri komentar saja, nanti saya panggilin satu-satu hehehehe.
***
Sekali lagi, saya tidak menentang Anda-anda yang meyakini bahwa ‘vaksinasi haram’. Bahkan yang meyakini bahwa membiarkan jarum suntik ‘yahudi’ itu hinggap di lengan Anda atau anak-anak anda akan mencederai aqidah anda. Monggo. Soal aqidah mah saya tetap pada pandangan saya. Tidak mau repot-repot gantiin Tuhan ;).
Tapi karena sudah pakai acara bohong-bohongan itu kan sudah menyangkut muamalah, ya :). Kalau hanya mau mempopulerkan praktik bekam, khasiat madu, obat-obatan herbal, tentu tak masalah. Tapi jangan pakai bokis-bokis konspirasi segala lah :). Sampai nekat bilang di negara-negara maju tidak wajib vaksinasi? Negara maju di planet manakah itu, saudara-saudaraku? Kita masih membicarakan planet yang sama, kan? :p.
Sungguh menggemaskan deh lama-lama teori-teori konspirasi model kayak gini. Apa sudah segitu putus asanya kah? Untuk ‘berdagang’ saja mesti menjelek-jelekkan ‘Yahudi dkk’?
Saya, biarpun tidak doyan, sangat menjunjung tinggi khasiat madu. Kami sekeluarga rajin lho mengkonsumsi madu :). Apalagi madu arab saudi yang terkenal dengan kemurniannya (katanya) hehehe. Yang jelas rasanya memang enak, sih.
Saya tidak pernah bekam bukan karena anti. Takut boooooo, hihihihihi. Maklum penakut :p. Obat-obatan alternatif memang saya kurang suka. Tapi bukan herbal dan lain-lain saja. Obat-obat dari dokter kalau saya rasa tidak perlu ya tidak segan-segan saya buang ke tong sampah ;). Kurma bagaimana? Doyan bangeeeettttttttt.
Nah, lunas ya hutang saya buat para inbox-er hehehe. Yang tetap mau anti vaksin silakan :). Asal enggak pakai bohong-bohong ah :p. Yang pro vaksin juga jangan galak-galak begitu. Santai saja, ya :).
Meskipun memang kadang-kadang saya merasa ikut-ikutan gemas apalagi kalau beberapa aktivis toko sebelah sudah mulai menyarankan bawa-bawa golok demi menegakkan apa, sih? :(. Setahu saya, petugas posyandu tidak bakal MEMBUNUH anda kalau anda menolak, deh. Setidaknya itu informasi dari Ibu saya sendiri ketika kami masih kecil-kecil dulu.
You, the ones who said that you did this for the name of aqidah, really give ‘moslem’ a bad name :(. Di atas segalanya, Anda tahu kan, bohong itu bukan hal yang benar?
Salam damai ^_^
***
View Comments (5)
Alhamdulillah yah
saya mah provaksin cuma gemes gemes geremets tiap lihat yang menelurkan teori konsisapi vaksin
yang gemes banget juga adalah mbak, tenaga kesehatan menyebarkan berita hoax tentang anti vaks dari web yang tidak jelas sumbernya, dan isi yang tidak ilmiah jurnalnya. Situ sekolah dulu ngapain sih? >.<
Anak saya juga divaksin, tapi saya juga merasa enggak perlu ngurusin orang-orang yang anti-vaksinasi. Suka-suka ente la yaowww hehehe... Toss ah!
kalau sekolah gimana mbak jihan? saya provaksin..kemarin sempat rame di dinding fb juga.. ada yang baru melahirkan di saudi, katanya gak vaksin gapapa.. tetep dapet akte dan juga sekolah mah bisa aja dimana aja.. (ini kayaknya postingan menanggapi bahwa sekolah di indonesia sudah mulai ada yg menerapkan harus pakai sertifikat imunisasi)
Harus pakai sertifikat juga untuk beberapa sekolah :)