“….Baiklah pemirsa, sekarang saatnya kita mengikuti prakiraan cuaca untuk esok hari dari kota-kota besar di dunia…”
Saya terbangun, kepala saya menyembul dari balik kelambu, menyimak dengan khusyuk tayangan di televisi. Mau jadi peramal cuaca, Mbak? Hahaha. Bukaaaaan :D. Saya senang melihat gambar-gambar landmark dari berbagai kota-kota terkenal level dunia, yang menjadi latar prakiraan cuaca sesuai kotanya masing-masing.
Dari dulu, saya selalu ingin melihat dunia :).
Tapi waktu kecil rasanya rancu banget, deh, punya mimpi model begini. Mengingat di lingkungan tinggal saya dulu … yang “gitu” deh :D.
Saya tinggal di pemukiman cukup padat yang jaraknya dekat sekali dari Pasar Sentral, Makassar. Bapak saya, yang lulus SD enggak, jualan kelambu di pasar yang sama. Rumah saya juga berdekatan dengan yang namanya Jalan Lamputang. Tempatnya horor banget kalau diingat-ingat sekarang hahaha.
Dulu rasanya biasa saja kalau pagi-pagi pemukiman digemparkan oleh berita, “Ada orang mabo’ ditobo’ di salongang.” (Ada orang mabuk ditikam di selokan). Orang ramai menengok. Ternyata benar, seorang laki-laki ditemukan tewas dengan sebilah badik di perutnya, tergeletak begitu saja di sudut selokan.
Peristiwa itu akan berlalu begitu saja. Enggak bakal ada yang trauma. Bukan peristiwa langka. Sama rutinnya dengan pemandangan anak-anak perempuan depan rumah yang buang air di selokan dekat rumahnya masing-masing. Usia sudah di atas 10 tahun santai saja melepas celananya dan buang hajat di tempat terbuka tanpa pembatas sama sekali. Jadi tontonan? Itu bukan pemandangan luar biasa :D.
Walau begitu, tetap pede merangkai mimpi-mimpi besar. Saya terkenang nasihat Mama. Mama, biarpun mentok kelas 3 SMP saja, suka punya petuah ajib-ajib, lho ;). Mama bilang, kalau rajin belajar dan punya nilai-nilai bagus bisa menjadi batu loncatan untuk keinginan mana pun. Saya berasumsi, ini Mama mau ngasih semangat terkait cita-cita “melihat dunia” tadi :D.
Begitu deh … waktu masa sekolah dulu, rengking satu di kelas itu menjadi semacam tujuan hidup! Hahaha. Namanya juga ikhtiar ya, Kakaaaaaaa :D. And I did it very well ;). “Melihat dunia” dimulai dengan hengkang ke ibukota. Lulus SMA, masuk universitas negeri di Jakarta! Dulu kuliah di UI, muraaaaahhhh :D.
Benarlah bila dikatakan bahwa, pendidikan adalah salah satu pemutus mata rantai ketidakberdayaan dalam bentuk apa pun :).
Sejak mulai bekerja, sok-sok mengincar perusahaan multi nasional. Tidak terpikir S2 ke luar negeri karena penghasilan waktu kerja dibagi untuk Mama dan adik-adik. Sejak saya kelas 6 SD, mama sudah menjanda.
Kerja di perusahaan multi nasional dengan harapan bisa dikirim training ke luar negeri! Tidak pernah kejadian. Pernah sekali yang paling sial rasanya. Saya berada di divisi IT dengan karyawan sekitar 20 orang. Sekitar 17 orang dari tim dikirim training ke luar negeri. Saya termasuk 3 orang yang tidak beruntung :'(. Kecewanya jangan ditanya. Kurang usaha apa inihhh *garukGarukServer*!
Hingga akhirnya, saat “kondisi” mengizinkan dan sudah punya anak, saya memutuskan berhenti bekerja. Bertahun-tahun saya mengejar cita-cita “itu”, ternyata … rezeki mencicipi kehidupan di luar negeri dititipkan lewat suami. Belum sebulan saya berhenti bekerja, suami sudah berangkat merantau ke luar negeri pertama kali. Saya akhirnya menyusul.
Tehran (Iran) tempat kami pertama bermukim. Disusul Jeddah (Arab Saudi). Lalu kini di Athlone (Irlandia).
Jadi ingat petuah Ustaz Salim A. Fillah,
“Keajaiban kadang memancar dari sumber yang lain. Bukan dari jalan yang kita susuri atau jejak-jejak yang kita torehkan dalam setiap langkah menjalani usaha. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.”
Sejak pindah ke Irlandia, pekerjaan suami itu sering mengharuskannya traveling selama beberapa bulan ke negara lain. Termasuk saat sekarang ini mendapat assignment ke Bern, Swiss. Saya ikutan yang ke Swiss ini. Manalah terpikir akan menjejakkan kaki di negara yang biaya hidupnya bikin semaput ini kalau bukan karena fasilitas dari kantor. Hahaha *tepokTepokDompet*.
See? Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita :).
Kita sih inginnya selalu happy-happy joy-joy. Siapalah yang pernah meminta kondisi-kondisi sulit. Tinggal di lingkungan “preman” lah, orang tua cuma pedagang kecil di pasar lah, bapak meninggal tiba-tiba lah, usaha yang ditinggalkan bangkrut lah, segala macam rumah-kios-barang-barang harus dijual lah, tapi … jangan sedih, yaaaa ^_^.
Walau dulu juga rasanya berat hendak membangkitkan angan-angan yang dirasa ketinggian. Jangan gentar dengan kondisi begitu.
Your story may not have such a happy beginning, but that doesn’t make you who you are. it is the rest of your story, who you choose to be… So, who are you, Panda? -Sootsayer, Kung Fu Panda 2-
Bukan tentang dengan apa kita memulainya, tapi bagaimana kita mengakhirinya. Masa lalu untuk belajar, masa depan untuk berharap.
Yang tidak kalah pentingnya adalah cara kita memelihara harapan di masa-masa yang tidak mudah.
Rumah saya kan kecil. Diakalin oleh almarhum bapak, dibikin bertingkat. Walau dibangunnya dikit-dikit hehehe. Akhirnya, di lantai paling atas dibuat teras kecil. Saya suka duduk-duduk sendiri di teras. Asalkan lagi enggak hujan, sih. Kalau hujan biasanya … banjir! Hahaha.
Curhat ke saudara-saudara nanti jadi bahan ledekan. Entah ya, saya rasa dulu kakak-kakak menganggap saya sok begini sok begitu sok ambisius segala macam. Kepada adik ya manalah dia mengerti gini-ginian. Ke teman apalagiiiii.
Di situ, saya melamun sendiri saja. Paling enak menulis diari saat-saat kayak gini. Menitipkan semua mimpi, yang rada lebay sekali pun. Sesekali memandang ke arah langit lepas, saya ceritakan kepada Yang di Atas sana. Termasuk meminta agar Tuhan tetap menjaga kami saat cobaan besar datang, saat bapak meninggal tiba-tiba itu.
Jangan pernah merasa sendiri. Titipkan harapan padaNya Yang Maha Tinggi :).
Suatu hari nanti, langit akan menjawab doa-doa terbaik kita 🙂. Seperti saat akhirnya terjawab keinginan saya “melihat dunia” sejak puluhan tahun lalu, nggg…umurnya berapa, Mbak? Hahaha.
Salam magis dari nona manis yang lagi di Swiss :D.
View Comments (50)
Mbak ji selalu keren mbak.saya sepakat semuanya saya jg mengalaminya mbak.meski jauh tak sekeren mbak ji.meski bacaan kita waktu kecil sama dgn mimpi sama.hehehe.saya jg kaget pas buka buka diari pas smu.ternyata saya pernah menulis kata kutai timur.huehehe.ya sudahlah.Alhamdulillah
Maksudnya pengin ke Kutai Timur gitu, ya? Tanggung amat Mbak. Kalau saya tuh ya, dari buku RPUL, saya tuliskan hampir semua negara Eropa daratan lengkap dengan ibukotanya masing-masing hahaha. Keracunan Enid Blyton beneran iniiiii :D. Btw, semua orang punya cerita hidup keren dengan caranya masing-masing ;). Perhaps, it's the way you tell the story that makes a difference :).
Wkwk.ada tulisan pake pake tanda panah ujungnya kutai.padahal ngerti tempatnya jg gak.ada sodara malah dikalsel.weeeeh.nyasarnya mpe jauh.iya mbak gara gara enid blyton ya mbak.mungkin mimpi saya gak spesifik n gak diikuti usaha jg.nrimo ae.hehehe.mksih mbak selalu menginspirasi.semoga belum terlambat untuk bermimpi lagi menginjak benua biru.saya pengen bgt tiduran di rumputnya old trafford...aamiin.
Selfienya tengah banget...minggir dikit dong biar pemandangan belakang yg cantik itu ga ketutup
Hahahahahahha, awas yaaaaa... malah kurasa kurang gede ini mukaku Mbaaaaa :D :D :D
Nggak tahu mo bilang apa, mupeng juga ingin ke luar negeri
Tenang Mbak, banyak lomba-lomba atau kuis-kuis online yang syaratnya enggak ribet yang hadiahnya jalan-jalan ke luar negeri lho :D.
Aahhh cerita mak jihan bikin mewek bgt mak.. trimakasih cerita inspiratifnya ya mak :* slmt berselfie ria disana :D
Ya ampun, kirain mewek karena takut lihat foto-fotonya hahahahahaha. Terima kasih sudah menganggap inspiratif ;).
inspiring sekali mba, saya sampai berkaca-kaca karna saya punya impian yang sama dengan mba Jihan :')
KOmentar fotonya gimana Mbak? Hahahahahaha. Becanda, ya. Terima kasih sudah mampir membaca. Iyalah, mimpi-mimpi begini mimpi standar anak-anak kampung kayak saya :D. Cuma dulu belum ada media sosial saja buat gembar gembor. Sebatas curhat di diari doang hahahaha.
mbakkkk.... take me there.. hehe
akupun mbakk, pengen banget ih bs liat dunia..
semoga suatu saat kesampaian..doakan yaaaaa....
setuju banget ini > Benarlah bila dikatakan bahwa, pendidikan adalah salah satu pemutus mata rantai ketidakberdayaan dalam bentuk apa pun :)
<3
Itu dulu cara Mama saya menghibur kami kayaknya hehehe. Ngasih semangat biar berprestasi di sekolah untuk motivasi diri sendiri. Mama kan juga bukan "orang sekolahan" :D. Tapi banyak dari kami ber-7 yang membuktikan hasilnya :)
Ish! Fotonya kece-keceeeee!!!! >_____<
Weittsss, pakai latihan dulu lho Kakaaaa hahahahaha. Niat abissss. Foto yang gagal ya enggak dipamerin lah :D.
Bela-belain selfie demi si gadget pintar...very smart.
Good luck sama lombanya.
fotonya cakeeepp.... pengen juga suatu hari nanti difoto di situ, bekel bulu mata dulu tapinya...
Nyahahahahahhahha, bulu matanya lupa dipakek nih :p