X

Tak Hilang Arah Kita Berjalan

Gambar : techgirl.co.za

Sarah Whitehead menghabiskan 25 tahun hidupnya untuk mempertanyakan perihal saudara laki-lakinya. Saudara Sarah bekerja di Bank of England dan dituduh mencuri hingga dieksekusi. Sarah syok. Tak mampu menerima kenyataan, Sarah terus mendatangi bank tersebut, menanyakan tentang saudaranya.

Karena kasihan, saat Sarah meninggal, pihak bank membayar pemakamannya yang bertempat di salah satu lokasi taman di halaman gedung. Konon, hingga kini, arwah Sarah masih sering gentayangan di gedung yang hingga kini masih berdiri dengan nama yang sama, “Bank of England.”

Kadang … enggak gampang, ya, berdamai dengan kenyataan :).

Tapi, apa pun kenyataan yang terjadi saat kenyataan yang ditunggu tak menjadi kenyataan, semoga kita enggak bakal ‘menghantui’ siapa pun untuk menuntut balas hahaha.

***

Juni 2008, saya cuti untuk melahirkan. Pertama kalinya saya memutuskan untuk membeli  notebook sendiri. Ogah menggotong notebook dari kantor ke rumah selama cuti, entar direcokin kerjaan terus hahaha.

Harus cuti 3 bulan dari dunia kerja, bakal garing banget kalau harus cuti dari dunia maya pula. Mulai cari-cari.

Dalam membeli apa pun, saya menganut prinsip ekonomi yang standar. Mendapatkan keuntungan sebesar mungkin dengan pengorbanan sekecil mungkin. Standar ibu-ibu la yaaaa hihihihi 😛

Tak heran jika pilihan langsung jatuh kepada yang murah dengan fasilitas optimal.

Kalau soal spesifikasi yang lebih detail, pengguna ‘konservatif’ seperti saya memang hanya membutuhkan fasilitas standar seperti office basic, browsing dan multimedia. Tidak suka main game :D. Anak-anak juga tidak saya biasakan. Nanti saja mereka main game sepuasnya kalau sudah punya sendiri hihihi. 

***

Tujuh bulan setelah anak pertama lahir, saya memutuskan untuk meletakkan karier yang sudah dibangun tanpa jeda selama tujuh tahun penuh. Untuk saya pribadi, saat itu prioritas telah berganti.

Berhenti bekerja kantoran, saya kembali menekuni hobi menulis. Frekuensi saya menggunakan notebook dalam sehari tergolong tinggi.

Kalau di rumah … saya sudah terlatih untuk membagi konsentrasi dunia nyata vs dunia maya sembari menunggu masakan matang, menemani anak makan (dengan catatan mereka tidak minta perhatian) dsb.

Kalau bosan, saat anak sulung di sekolah, saya melipir ke perpustakaan. Perpustakaan di sini nyaman banget. Juga ada satu kebiasaan orang di sini yang juga kerap saya ikuti dalam menghabiskan separuh pagi, semacam ritual morning tea.

Ada teman atau sendiri, saya tak masalah.  Anak saya yang bungsu biasanya ketiduran kalau pagi-pagi didorong dalam stroller saat mengantar abangnya ke sekolah. Kesempatan, kan, untuk ‘me time‘ bersama hobi.

Saya, walau tak bisa dibilang fashionable, termasuk picky dalam penampilan. Paling malas menenteng-nenteng ransel kalau tidak untuk belanja ke supermarket.

Sebagai pendatang, saya rasa kita perlu menjaga penampilan seoptimal mungkin. Ingat, jika berada di luar negeri, kita otomatis menjadi duta dari bangsa sendiri. Kalau tampil kece bisa membuat orang lain tidak memandang sebelah mata pada bangsa kita, kan? Definisi ‘kece’ ala saya tidak selalu berarti mahal ;).

Kalau memantau  orang-orang lalu lalang di luar kafe dalam mal, sering terbersit ide-ide untuk membuat tulisan.

Saya menulis nyaris apa saja. Dalam seminggu bisa menulis 3-4 artikel yang tergolong ‘serius’ dalam blog pribadi.

Setelah mulai menjajal media cetak setahun terakhir ini, hampir 20 tulisan sudah mejeng di berbagai media cetak nasional. Mulai dari cerpen, resensi buku, cerita-cerita khas ala ibu-ibu, hingga tulisan jalan-jalan…hajar, bleh! :D.

“Pesona Bumi Arab Saudi” -Majalah Colours, Garuda-

Naskah buku tidak saya hindari.  Saya juga tidak mengharamkan lomba-lomba blog dari aktivitas menulis. Toh, sama-sama menulis.

Dalam sejam, tanpa gangguan, saya bisa menulis sampai 10 halaman A4. Kebanyakan memang masih non fiksi. Kalau enggak diganggu facebook, berapa halaman yang bisa saya taklukkan dalam jam-jam ‘me time‘ pagi hari itu, ya? Hahaha :p.

Kecewa Tak Masalah, Teruslah Melangkah

Bila suatu urusan telah selesai dikerjakan, apa pun hasilnya, tetaplah berjalan terus. Amit-amit kalau sampai harus menjadi Sarah Whitehead yang juga dijuluki “The Black Nun” itu *ketokKetokMeja*.

Seperti kompetisi. Pada akhirnya, kalau ternyata tidak menang, kekecewaan pasti akan berlalu. Even echoes fade away :).

Kalau perihnya sudah lewat …  pen in hand … jari-jari para emak blogger kembali bersiaga di atas notebook masing-masing. Mari kembali berkarya di blog, di naskah buku, di artikel-artikel media cetak dan tentu saja … enggak kapok ikut lomba blog lagi hihihi.

Kalau pun tak di dunia jerih payah jemari kita menuai hasil, masih ada akhirat, kan? Therefore, menulislah selalu untuk kebaikan :).

Arising honestly.

The miles behind are littered with the weight of nostalgia, but too many miles lay ahead us to carry the weight. In the end, even echoes fade away.

Pen in hand…

Arising to write the next chapter.

-Shannon L. Aider-

Penting untuk tetap menyematkan idealisme dalam mimpi. Agar selamanya, angan-angan tidak kehilangan makna. Menang atau kalah, dalam hal apapun, tak hilang arah kita berjalan … menghadapinya :).

***

davincka@gmail.com:

View Comments (126)