X

#DearSon, Fly Abandonedly into The Sun

Nabil & Narda (in their baby pose :D)

***

Memiliki anak laki-laki memang berbeda dengan anak perempuan. Kata ibu mertua, anak perempuan itu sedari kecil sudah bisa dimintai tolong. Misalnya punya adik, kakak perempuan sudah punya inisiatif mengambilkan diaper pengganti saat acara ganti popok. Kalau dibiarkan bermain berdua dengan adik laki-lakinya, naluri si kakak perempuan akan otomatis menjaga adiknya.

As for me, tidak masalah :D. Laki-laki, perempuan, sama saja. Melahirkan anak pertama dan kedua, sejak dalam kandungan, saya tidak pernah berharap jenis kelamin tertentu. Di USG pada trimester ke-2, baik kehamilan pertama dan kedua, saat dokter memberitahu jenis kelamin si janin, rasa bahagianya tetap maksimal ^_^.

Ada pun bila kedua bocah laki-laki saya ini menguras energi mamanya lebih banyak, tidak masalah juga. Panjang lebar tentang ini sudah pernah saya bahas di postingan yang ini, “Because One Day Mommy, I Won’t be This Small.”

Suami saya mengaku. Dia mengharap anak perempuan agar katanya kalau kami sudah tua nanti, ada yang menjaga. Hehehe. Kok sudah diniatin dari sekarang, sih, Bang? :P.

Tapi, alasan suami masuk akal juga. Saya langsung berkaca tidak sebatas kepada ‘rumit’nya hubungan saya dan ibu mertua saya, tapi terhadap hubungan antara mertua perempuan dan menantu perempuannya. Menyadari saya punya 2 anak laki-laki, seketika langsung terpikir, “Sooner or later, my time will come .”

***

#DearSon, hamil kalian berdua sama-sama tidak mudah buat mama. Kecele dengan istilah ‘morning sickness’. Because in fact, rasa mual menyerang tidak hanya di pagi hari, tapi di sepanjang hari! Kompak sekali kalian :D. Membuat mama kewalahan dari minggu ke-5 hingga minggu ke-17. Belasan minggu yang penuh ‘warna’lah pokoknya.

Belum lagi ‘persaingan terselubung’ penuh ‘drama’ dengan sesama mama-bunda-ibu lainnya yang tanpa sadar terus berlangsung. Mulai dari masa menyusui (ASI vs sufor), masa MPASI (buatan atau alami), memilih diaper (disposable atau clodi ramah lingkungan yang harganya tidak ramah itu huhuhu :P), jadi SAHM atau WM, etc, etc, etc. Siapa bilang menjadi mama itu murni urusan pribadi, Nak? :P. Therefore, help your wife to get thru this someday, ya ;).

Lalu, ketika kalian masuk sekolah, profesi mama otomatis bertambah. Dari yang tadinya sebagai perawat dan koki, mama harus memainkan peran baru sebagai seorang guru. Aduh, mata pelajaran kalian lumayan berbeda dengan masa kecil mama dulu. Susah, euy. Bahkan kurikulum negeri bule sekarang pun bikin mama lagi-lagi kecele. Kata siapa kurikulum bule enggak seribet di tanah air? :D.

Lalu, kalian akan abege dan remaja, makin sibuklah mama jadi satpam. Hingga akhirnya, kalian akan dewasa kemudian … jatuh cinta kepada perempuan lain.

Lalu, kalian akan menikahi pujaan hati kalian dan mengayuh biduk kecil kalian, perlahan menjauhi kami, mama dan papa. Disitulah mungkin mama akan mempertaruhkan rasa keikhlasan mama. Karena mama juga manusia biasa dong, ah.

Masa iya, setelah susah payah merangkai kalian hingga suatu hari menjadi sehebat yang kalian bisa, mama bisa santai-santai saja ketika tiba saatnya harus berbagi cinta dengan perempuan lain. Apalagi jika ternyata, perempuan itu berbeda dengan yang mama harapkan.

Di titik inilah, mama akhirnya sadar, “Apa yang kau tanam itu yang kau tuai.” Mama seharusnya harus pandai-pandai mempersiapkan diri. Dimulai dengan, menjalin hubungan baik dengan oma kalian, mamanya papa :D. Mungkin semua kekhawatiran mama masih dalam angan-angan, sementara oma sudah harus berhadapan langsung dengan kenyataan itu .. sekarang.

***

#DearSon, mama juga ingin mempersiapkan yang lain. Dari sekarang, mama mati-matian menjaga kesehatan. Sejak awal tahun ini mama serius menjalani pola hidup sehat ala food combining. Tidak semata-mata karena mama ingin sekeren Angeline Jolie (hihihihi), tapi lebih ke alasan kesehatan. Mama ingin tetap bugar di masa tua nanti agar kalian tak perlu mengkhawatirkan mama :).

Maafkan mama juga ya, kalau suka kebablasan di depan laptop :P. Walau mama melepaskan karier di kantor tapi tidak ingin mengabaikan kebahagiaan mama sepenuhnya. Mama serius menjalani hobi menulis mama agar di masa tua nanti mama punya kesibukan. Untuk mencegah mama menghabiskan  hampir sepanjang waktu melirik layar ponsel berharap kalian menelepon mama. Dan kalau kalian tidak menelepon, mama takut mama akan berprasangka buruk pada istri kalian.

#DearSon, mama percaya, tak ada kebahagiaan yang bisa mama bagikan untuk kalian bila mama sendiri kesulitan berdamai dengan kebahagiaan mama sendiri. Tapi tenang, sekarang ini, kalian adalah prioritas mama. Tanya sama papa, deh ;). Sebesar apa pun cinta mama untuk kalian, mama minta sedikit pengertian bahwa mama ini tidak sempurna-sempurna amat. Sekali-sekali stres kalau mau ikut lomba blog atau menulis naskah pesanan. Hahaha.

Biar kelak kalian bisa membanggakan mama di hadapan istri kalian, di depan cucu-cucu mama, “Eh, Nenek itu penulis ternama, lho. Keren ya Nenek. Udahlah langsing dan sehat, jago menulis pula.” Aduh, mama narsis sekali, ya hihihi.

#DearSon, walau sedari sekarang mama berusaha keras memupuk rasa ikhlas dan mempersiapkan diri jika saatnya kalian berlayar di dunia kalian masing-masing, sadarilah. Mungkin di saat itu, sekali-sekali mama akan cemburu atau iri. Sekali lagi, mama manusia biasa :).

But I’ll do my best ;). Untuk membiarkan kalian menjadi yang kalian mau, memilih jodoh yang kalian inginkan, mengikhlaskan apa pun jalan yang kalian pilih, semata-mata karena cinta. Yang konon katanya, “Cinta itu berarti sanggup melihat orang yang kita cintai bahagia walau kita tidak termasuk dalam kebahagiaan itu.”

Tapi mama yakiiiiiin sekali. Cinta kita, antara mama dan kalian, selamanya akan memiliki tempat khusus di hati kita masing-masing. Tempat yang tidak akan terganggu walau kita tak akan bersama dalam satu atap lagi. Suatu hari nanti.

#DearSon, pada akhirnya mama mengambil kesimpulan bahwa membesarkan kalian seperti merawat seekor kupu-kupu. Pas banget dengan lirik lagu Tante Mariah Carey yang satu ini,  “Butterfly” :).

Butuh energi lebih untuk membesarkan kalian dari seekor ulat hingga bersayap sempurna. Untuk akhirnya … terbang dan pergi melanglang buana. Itulah yang memang seharusnya kalian lakukan. Pergilah sejauh yang kalian bisa :). Mama sendiri sangat bahagia bisa mendapat kesempatan tinggal di berbagai tempat. My son, pengalaman adalah harta tak ternilai yang harus kalian perjuangkan hingga sejauh mana sayap kalian mampu menerbangkan kalian :).

Fly my son(s), fly away my butterflies, fly abandonedly into the sun :). Adapun mama akan tetap menjadi mama. Selamanya mencintai kalian, sebesar yang mama bisa :).

Now I understand to hold you

I must open up my hands

and watch you …

Spread your wings and prepare to fly

For you have become a butterfly

Fly abandonedly into the sun

(Butterfly, Mariah Carey)

Proyek #DearSon ini digagas oleh para MakMin dari Kumpulan Emak-emak blogger, tempat kami para emak-emak yang jari-jarinya bawel ini bernaung hehehehe. Sistemnya semacam tongkat estafet.

Saya sendiri ditunjuk sebagai pemegang tongkat pertama langsung dari MakMinnya, Mak Indah. Setelah saya, tongkatnya saya lempar ke Mak yang satu ini nih yang bercerita tentang Mas I’am nya di sini :). Monggo dicek langsung ke TKP :D.

***

davincka@gmail.com:

View Comments (48)

  • Aaa....perasaan yg sama spt yg sy rasakan buat 3 anak laki2 kecil di rumah *hiks*
    Suami sy pernah bilang, "Kalau kita sudah tua, nanti yang cuci piring siapa?" haha..antara mau ketawa atau sedih. Tapi ya itulah konsekuensi punya anak laki2. Harus merelakan mereka kelak pergi jauh dari kita.
    Salam kenal, mbak ^_^

  • aaaah Jihaaaan aku mau mewek. This is sooo sweet. Thank you for making such a beautiful writing. You put it there all what I feel. ALL. Ini pas ngejagain duo krucils yang lagi masup angin jadi tak masuk sekolah pula. Hai Nabil and NArda, what a great mom with poni both of you have.

    • Hahahahaha, mesti lho ya poni tak berdosa itu dibawa-bawa terus. Get well soon ya ponakan-ponakan tercinta, mmhhuuaahhh <3

  • Cinta mama untuk anak-anaknya memang sepanjang jalan. Mau nangis nggak jadi, begitu baca ekspresi narsisnya Mama Jihan, hehehe, kabuuuuur...

      • Iya, aku pernah kepikiran, kalo dia beranjak dewa sananti. mereka masih mau dipeluk2 nggak ya :D soalnya, dulu adikku laki2, mulai dia kelas 3 SD udah nggak mau sama sekali dipeluk dan dicium

  • Tuh kan harusnya saya baca ini nanti setelah makan siang, tapi kenapa masih dibaca juga padahal belum sarapan. Ya sudah lahh sarapan sambil mewek itu enak juga kok .

    Saya setuju dan sangat "mempertakut" saat menghadapi kenyataan jika nanti perempuan yang kau pilih tak sesuai harapan mama.. hiks aku takut semua meng"kudeta" labil ekonomi, kemakmuran, dan naturalisasi.. hiks hiks..

  • so sweet and pure... cinta ibu memang luar biasa ya. Kalau orang lain baca aja bisa terharu begini apalagi anak2 baca.. bet..they will love u even more :)

  • I love this song much,mak!
    Terharuuuuuuuu :'(
    Emang emak zaman sekarang narsis yah :D dan emak2 selalu berpikir jauh,jauh,jauuhh kedepan..
    Semoga mereka tumbuh jadi apa yang mereka inginkan,terutama jadi anak soleh. :)

    • Aamiin, aamiin, aamiin. Soal narsis, sebenarnya beberapa foto sudah kuhapus biar enggak banyakan fotonya daripada tulisannya hihihihi