X

Every Woman’s Best Man

Di agama Islam ada sebuah hadis yang menceritakan ketika seseorang datang kepada Rasulullah untuk menanyakan, kepada siapakah dirinya harus berbakti. Rasulullah menjawab, “Ibumu … kemudian ibumu. Kemudian ibumu, lalu ayahmu…”

Tiga kali berturut-turut nama kata ibu disebut-sebut barulah kata ayah dimunculkan. Apa ini berarti seorang ayah tidak lebih penting daripada ibu? Belum tentu.

***

Cerita pewayangan memperkenalkan kita pada tokoh Begawan Bagaspati. Nama aslinya, Bambang Anggana Putra. Seorang ksatria tampan yang dikutuk menjadi raksasa oleh seorang dewa di khayangan. Saking saktinya, Anggana Putra pernah berhasil menaklukkan seorang raksasa hebat (Candrabirawa).

Candrabirawa akhirnya bersemayam dalam diri Anggana Putra yang membuat Anggana tidak akan bisa mati kecuali atas keinginannya sendiri. Ajian sakti mandraguna, Candrabirawa sendiri, boleh diwariskan oleh sang pemiliknya nanti.

Anggana Putra sebenarnya pria yang tak cuma sakti namun juga santun. Konon, kesalahpahaman akibat hobi becandanya yang membuat sang dewa murka. Aih, kudu ati-ati ini kalau begini *langsungNgaca* .

Padahal, undangan ke khayangan bagi Anggana Putra adalah memintanya memilih salah satu bidadari di sana untuk diperistri. Anggana Putra langsung meminta maaf ketika berkelakar, mengatakan akan memilih istri dari sang dewa (becandanya nekat bener *ngelapKeringat*).

Walaupun pundung, Sanghyang Manikmaya tetap memenuhi janjinya untuk mengizinkan Anggana Putra mencomot salah satu satu bidadari di khayangan. Dipilihlah Dewi Dharmastuti. Masih menahan amarah, sang dewa memberi ultimatum, “Setelah sang hapsari melahirkan anakmu, dia akan meninggalkanmu kembali ke khayangan.”

Tak hanya harus menanggung kutukan menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang raksasa, Anggana Putra juga harus menduda ketika akhirnya Dharmastuti melahirkan seorang anak perempuan.

Anggana Putra mengikhlaskan takdirnya. Memilih hidup tenang sebagai raksasa bijaksana, seorang diri membesarkan Pujawati, buah hatinya bersama sang hapsari, dengan segenap cinta. Saking luar biasanya asuhan sang ayah, Pujawati tak pernah merasa merana karena ditinggal ibunya. Her life was just … perfect .

Nama Anggana Putra pun berganti … Resi Bagaspati. (Resi = Begawan)

Pujawati mewarisi kecantikan seorang bidadari, turunan dari ibunya. Singkat cerita, terjadi pertemuan antara Pujawati dengan seorang pria tampan. Naksir-naksiran terus jadian. Bahkan, akhirnya menikah. Pria yang menikahi Pujawati bukan pria sembarangan. Melainkan seorang calon prabu yang waktu itu masih bernama Narasoma.

Konon, Narasoma kaget dan tidak siap ketika mengetahui calon bapak mertua ternyata seorang raksasa. Sementara Narasoma adalah pewaris tahta sebuah kerajaan. Malu dong la yaowww punya bapak mertua seorang raksasa.

Bagai buah simalakama, cintanya pada Pujawati sudah kadung mendalam. Sekian lama menyimpan kegelisahan, Narasoma pun curhat ke Pujawati. Agar tak menyakiti pujaan hati, Narasoma mengatakan kegalauannya dalam bentuk teka teki.

Pujawati yang bingung, balik curhat ke sang ayah. Bagaspati, bukan resi biasa. Kebijaksanaannya yang tinggi membuatnya langsung mengerti maksud sang calon menantu.

Sembari curhat soal Narasoma, Pujawati pun mengungkapkan besarnya rasa cintanya pada Narasoma, “Aku takut ayah, dia akan pergi meninggalkanku. Bantu aku. He means everything to me.”

Permintaan Pujawati tidak main-main. Bagaspati awalnya berusaha menasihati putrinya perihal perangai Narasoma yang menurutnya tak menunjukkan seorang laki-laki yang patut. Pujawati malah bete.

Namun, peribahasa yang mengatakan, “Kasih anak sepanjang galah, kasih orang tua sepanjang jalan” menuai kebenarannya dalam kasus ini. Bagaspati menyadari, kebahagiaan putrinya adalah tujuan hidupnya.

Bagaspati tak perlu waktu lama untuk memutuskan apa yang harus dilakukannya. Dipanggilnya Narasoma. Narasoma sebenarnya keki juga karena Bagaspati mengetahui maksud hatinya dengan mudah.

Sebelum meninggal, Bagaspati sudah memanggil Candrabirawa keluar dari raganya. Tadinya, Candrabirawa enggan untuk berpindah tangan kepada anak muda yang dianggapnya sebagai sosok yang sombong dan mementingkan diri sendiri. Selama ini, Candrabirawa sudah nyaman bersemayam dalam tubuh sang resi nan bijaksana.

Bagaspati meyakinkan Candrabirawa, “Bagaimana pun, dia pria pilihan putriku.”

Candrabirawa akhirnya bersedia diwariskan kepada Narasoma. Sebelum merelakan nyawanya di tangan keris Narasoma, Bagaspati memintanya bersumpah, “Menantuku, walau putriku hanya anak gunung, tolong jangan kau sakiti dirinya nanti jika kelak kau menjadi raja. Berjanjilah untuk menjaga cintanya seumur hidupmu.”

Karena memang naksir berat, Narasoma langsung iya-iya saja. Apalagi dia pun bernafsu memiliki ajian Candrabirawa. Usailah hidup sang resi di tangan calon menantunya. Narasoma sukses mempersunting Pujawati dan mendapatkan ajian sakit mandraguna.

Kelak, Narasoma memang menjadi orang penting dalam kisah Mahabharata. Gelarnya adalah Prabu Salya. Prabu Salya sendiri akhirnya takluk di tangan Yudistira. Candrabirawa memang bisa dikalahkan oleh ksatria berdarah putih yang tidak memiliki nafsu duniawi.

***

Versi ‘modern’ dari kisah Bagaspati mungkin bisa kita lihat di film Armageddon. To be honest, walaupun pencinta drama, ane kagak demen ama ni film dan tidak pernah tuntas menonton. Tapi sinopsisnya kira-kira mirip kan, ya? CMIIW .

Seorang ibu tentu punya tempat istimewa di sudut hati terkhusus dalam benak masing-masing anaknya. Namun, tak berarti cinta Ayah terkesampingkan . Tiap anak adalah buah hati dari 2 orang sekaligus, ayah dan ibunya.

Salah satu keinginan terbesar seorang perempuan di hari pernikahannya, selain hadirnya calon mempelai laki-laki, adalah berada di samping ayahanda tercinta. Bersyukurlah bagi yang diberi kesempatan untuk menghadapi hari bahagia itu dengan kehadiran kedua pria terbaik tersebut.

Sementara, sebagian perempuan hanya sebatas memimpikannya saja.

Gambar : searchquotes.com

Bakti kepada ibu tidak melupakan kita pada kasih ayah, kan? . As for most women, a father is always be their best man.

Menuju sepertiga ramadan terakhir, selain bersungguh-sungguh memanfaatkan momentum suci untuk meraup amal semaksimal mungkin, jangan lupa mendoakan selalu kedua orang tua, ya. Baik ibu maupun ayah. Whether they’re still here with us or not .

“Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran”

Artinya :”Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil”

***

davincka@gmail.com:

View Comments (7)