X

DANGAL : Parenting Challenge?

Nah, kalau yang ini film india yang bagus sekaligus mainstream, nih. Pasti banyak yang udah nonton. Film keluaran akhir tahun 2016. Nontonnya dah lama. Udah review di FB juga. Baru dipindahin ke blog hehehe.

Baca juga : “Film Andhadhun, Open Ending yang Seru.”

Tokoh pegulat perempuan 2 bersaudara ini beneran ada loh. Terinspirasi dari kisah nyata.

Tapi cerita dalam filmnya sudah banyak sekali dibumbui sana sini hehehe. Misalnya, sepupu-sepupu mereka ternyata juga pegulat semua :D. Bukan cuma pemanis cerita saja.

Amir Khan (aktor utama film Dangal) berpose dengan tokoh-tokoh asli di dunia nyata

Setidaknya Dangal itu mengajari kita sebagai orang tua kalau untuk mencetak anak selevel Geeta dan Babita memang butuh pengorbanan.

Gak bisaaaaa cuma modal “Yang penting anaknya bahagia. Kita cuma bisa mengarahkan” 🙈😁.

Namanya anak-anak, kalau dikasih pilihan, “Latihan soal atau main Roblox.” Ya otomatis biasanya bakal jawab, “ROBLOX” Hahahahaha.

Spoiler alert!
.
.
.

Lihat kan, gimana Geeta dan Babita awalnya stres banget digembleng sekeras baja oleh ayahnya (Mahavir Singh). Mereka merasa dipermalukan, perempuan kok ikutan gulat dengan segala penampilan yang ala-ala lakik (budaya India memang patriarki abis) dan sempat bete banget kepada sang Ayah.

Tapi begitu di pertandingan pertama, Geeta kalah, dia malah enggak bisa tidur dan ambisinya terbakar. Walau kekalahan itu tetap saja diperoleh dengan terhormat. Mereka bergulat melawan laki-laki karena kompetisi buat pegulat perempuan belum ada di wilayah mereka.

Akhirnya terlihat, Geeta ternyata memang punya bakat dan passion untuk melanjutkan cita-cita ayahnya menjadi seorang pegulat. Setelah itu menang terus hingga akhirnya maju ke kompetisi internasional.

Baca Juga : “96 dan Geliat film-film Kollywood.”

Padahal awalnya, kedua anak perempuan ini nangis dan merajuk dilatih ketat oleh ayah mereka.

Memang inilah seninya. Gimana caranya kita berusaha agar mereka mengeluarkan kemampuan terbaiknya tanpa dipaksa berlebihan.

Dalam praktiknya kan enggak bisa lah mereka mempan terus-terusan dibujuk semanis madu untuk disiplin latihan piano misalnya buat yang kepengin anaknya menjadi pianis profesional.

Kadangkala sebagai ortu ya memang harus keras. Harus tega ;).

Saya pernah membaca biografi Nasution bersaudara, keluarga perenang, yang pagi-pagi buta sudah harus bangun dan latihan dibimbing oleh ayah mereka sendiri. Every. Single. Day.

Berat sekali menurut mereka di masa-masa awal. Pernah sampai menangis saking capeknya.

Juga Williams bersaudara (Serena dan Venus), mereka awalnya tidak 100% ikhlas untuk menjadi petenis profesional karena beratnya latihan yang harus dilalui.

Petenis-petenis Rusia itu juga ajegila lah masa kecil yang harus dilewati untuk bisa sampai di level dunia (y). Ada yang pernah pengin kabur dari orang tuanya sendiri. Rata-rata mereka dilatih langsung atau minimal di bawah supervisi orang tua masing-masing.

Tapi saat sudah menjalani kehidupan sebagai petenis pro, barulah airmata menitik terharu saat diwawancara “Siapa sih yang paling berjasa membuat kalian ada di titik ini.”

No regret :).

Jangan dikira anak-anak yang besarnya bisa punya prestasi gemilang begini masa kecilnya cuma rileks dan jalani takdir apa adanya :p. Nope. It took a super duper hard work for them (and the parents) to be the they that we know now:).

Ini yang sebenarnya juga sering menjadi momok. Buat saya pribadi sih. Saya takut menyesal tidak mengawal anak-anak dengan baik sehingga mereka gagal menjadi “versi terbaik” atas dirinya sendiri. Gagal membuat mereka mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Tapi terbentur dengan tekanan lingkungan kalau kita tuh gak boleh maksa, gak boleh ini, gak boleh itu, takut anak stres bla bla bla.

Padahal ya kalau terlalu rileks juga jadinya gitu, maunya main Roblox aje dari pagi ampe pagi lagi kalau perlu hahahahaha.

Menemukan titik keseimbangan ini yang kadang berat banget. Plus mempertahankan konsistensinya.

Ya kali ada anak-anak yang sedari kecil sudah mantap merintis cita-citanya. Justru kita sebagai orang tua yang harus membantu mereka menemukan dan mengasah bakatnya. Jangan malah dibalik ye kaaaaaannn :D.

Kalau kalian menganggap masuk sekolah favorit misalnya dengan perjuangan dan antrian warbyasak dengan segala prosesnya yang dianggap wakwaw adalah harga yang harus dibayar untuk masa depan lebih baik, then GO FOR IT! 💪💪💪

Saya lupa di film apa pas seorang Ibu ditanya, “Kamu gak takut anak-anakmu bakal benci sama kamu?”

“Tugas utama saya adalah memastikan mereka bisa menjalani hidup sebaik yang mereka sanggup bukan membuat mereka tergila-gila kepada saya.”

Suka kesel kalau ada yang sok-sok an, “Eh gue punya temen loh yang waktu sekolah gak jelas tapi sekarang hidupnya sukses.”

Apa iya SEMUAnya kayak gitu?

Woooiiii, jangan-jangan gue punya lebih BANYAAAAAKKKK temen yang pas sekolahnya gak jelas ternyata masa depannya juga gak jelas :p.

Jangan ngajarin yang gak bener, ah! 😅🙈.

davincka@gmail.com: