Sempat kuberprasangka di awal membaca novel Arus Balik ini, apakah penulis hendak mendiskreditkan Islam?
Berbagai scene yang ditulis, misalnya pembuangan patung-patung gajah yang dianggap “keramat” buat Hindu ke pesisir laut saat tentara muslim Demak menyerbu pesisir Jepara, yang merupakan wilayah Tuban.
Sebagian besar tentara Demak muslim tadinya beragama Hindu. Tergambar mereka enggan melempar patung-patung tersebut.
Pembaca dibuat paham bahwa pemimpin pasukan semata ingin mengobarkan semangat tempur walau terlontar kata-kata semacam, “Sudah percaya Allah, masih takut kepada patung orang kafir?”
Tapi cerita terus bergulir dengan banyaknya kisah perubahan tatanan hidup masyarakat ke arah lebih baik sejak Islam merambah ke Pulau Jawa (y).
Penulis mengkritisi dengan cukup imbang:). Kritikan kepada praktik-praktik agama Hindu, ketidaksetujuan dengan beberapa praktik ala umat muslim, pujian kepada legowonya sebagian masyarakat Hindu menyambut kedatangan Islam, serta sanjungan kepada tokoh muslim yang benar-benar menggelorakan semangat Islam untuk melawan penindasan <3.
Sangat-sangat-sangat laaaaaffffff <3.
Novel Arus Balik, versi cetaknya sekitar 760 halaman. Diterbitkan oleh Hasta Mitra di tahun 1995. Membaca bukunya cukup 5 hari saja. Sungguh kutakjub dengan diriku sendiri hahahahaha.
Jangan gentar membaca sastra klasik karya Pram. Jauh sekali dari yang kebanyakan orang sangkakan.
Soalnya dulu baca “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” agak-agak ‘mengantuk’ :p. Sementara di 2 novel Pram yang pernah saya baca (halamannya nyaris 1000 semua ck ck ck), lancar aja gitu sampai habis. Mengalir banget. Dua-duanya kelar dalam 4-5 hari (per buku).
Walau memang diksinya ‘jadul’, tapi sama sekali bukan tipe-tipe, “duhai Adinda yang alisnya bagai semut beriring” yang terasa gengges kalau dibaca sekarang-sekarang mah ???.
Pram tidak begitu.
Btw, tadinya saya tidak paham kenapa novel-novel Pram bertajuk ROMAN.
Satu-satunya definisi ROMAN yang saya tahu, ROMAN = kisah percintaan.
Ternyata ditengok di Wikipedia, ROMAN bisa pula = sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
Definisi ROMAN yang terakhir ini yang SANGAT PAS untuk novel Pram.
Mirip dengan “AROK DEDES”, “ARUS BALIK” adalah novel tentang sejarah nusantara. Kali ini mengenai awal kedatangan Portugis dan geliat kerajaan-kerajaan muslim di Pulau Jawa.
Kebayang sukar sekali mengarang ala Pram yang mengambil sudut pandang buanyaaaakkk sekali orang-orang yang terlibat dalam pembentukan sejarah. Daku tidak terbayang flow chartnya ?.
Alur ceritanya tidak standar. Entah yang mana klimaks yang mana anti klimaks. Klimaks buat tokoh A, tapi awal cerita bagi tokoh B misalnya. Karena penulis cukup detail mengangkat persoalan dari banyak sekali pelaku sejarah.
Adipati Wira (Tuban) mungkin dicap pengecut dan berkhianat kepada Dipati Unus yang mati-matian ingin menghalau Portugis yang sukses merebut Malaka. Tapi di novel disajikan sudut pandang Adipati yang cukup masuk akal (y).
Perang memang sangat menyakitkan dan seringnya berakhir dengan kesengsaraan. Makanya banyak pemimpin yang terlihat lemah dan egois karena mati-matian menghindari perang.
Novel berpusat pada bagaimana chaosnya suasana di Jawa saat Portugis sudah bertahta di Malaka. Sikap pembesar kerajaan-kerajaan di Jawa terbagi.
Ada yang malah rusuh sendiri secara internal. Ada yang justru berambisi menguasai seluruh Jawa terlebih dahulu dan enggan mengusik Portugis di Malaka. Ada yang habis-habisan menggalang persatuan kerajaan besar di Jawa untuk bersatu menghalau Portugis.
Ada pula kerajaan/wilayah yang terpikir untuk bekerja sama dengan Portugis, yang juga terbagi 2 kubu : murni ingin menjalin kerjasama dagang DAN ingin bekerja sama sekaligus minta perlindungan Portugis dari ancaman dari kerajaan lainnya di Pulau Jawa.
Portugis bisa berkuasa begitu lama tanpa bisa digeser bukan karena Portugis terlampau kuat. Bukan karena teori konspirasi njelimet dan adanya sebuah kekuatan rahasia dari kelompok tertentu dst dst :p.
Selipan kisah Idayu – Wiranggaleng – Pada (Firman) juga melengkapi serunya novel Arus Balik ini. Another pewarna cerita utama –> dua syahbandar Tuban, Kyai Benggala dan Thalib Sungkar.
Bener-bener enggak mati gaya kisahnya berpacu sampai ratusan halaman. Macam-macam konfliknya. Termasuk betapa manusiawinya rasa sakit hati kalangan ningrat kepada kaum pedesaan/rakyat biasa yang bisa masuk ke barisan punggawa kerajaan.
Novel Arus Balik menyajikan lengkap sudut pandang dari mana-mana.
Baik buruk, hina mulia, perkasa lemah, adalah PERTARUNGAN yang ADA dalam setiap pribadi. Pilihan-pilihan yang harus dihadapi oleh siapa pun setiap hari.
Justru dari jalinan pribadi-pribadi orang per orang yang mungkin terjebak dari pilihan-pilihan yang ternyata kurang tepat inilah dimulai peristiwa-peristiwa besar macam perang dunia, kesengsaraan dll :(.
Jadi bukan konspirasi ini itu dan kaum anu yang ingin menghancurkan dunia yaaaaaa hehehe.
Dengan ketidaksempurnaan kita sebagai manusia, pertarungan-pertarungan ini seringnya tidak mudah. Something no hero will ever defeat :).
Selamat membaca :).