Yak, kondisi terkini di dunia maya mengulang keseruan 5 tahun lalu jelang Pilpres 2014. Keseruan? Ketegangan jangan-jangan kata yang lebih tepat huhuhu.
Unfortunately, pasca isu Cambridge Analytica, kita tak bisa lagi meremehkan hal-hal yang terjadi di dunia maya. Dunia nyata pun bisa terseret secara signifikan.
Acara CFD di DKI Jakarta yang terkini misalnya. Acara yang setahu saya memang ajang kumpul-kumpul sekeluarga, jalan-jalan santai, sambil jajan-jajan, sudah lazim bawa anak-anak. Mengapa menjadi ajang bully-bully an?
Sebenarnya ada juga foto-foto atau BUKTI yang menunjukkan bahwa perselisihan 2 kelompok tersebut TIDAK mewarnai sepanjang acara. Tidak bisa dikatakan sebagai penggambaran KESELURUHAN ACARA CFD di hari itu.
Ada juga tuh foto yang menampilkan kedua pihak jalan bersama sambil cengar-cengir enggak saling ngapa-ngapain.
Beberapa teman yang sepandangan politik dengan saya mempertanyakan, “Itu kok yang kubu sono bisa sampai segitunya ya? Udah kayak mau perang beneran?”
Nah iniiiiiiii. Pahami juga psikologi / alasan tiap kelompok. Dari kedua belah pihak.
Yang hampir selalu saya temui, pendukung kelompok “Ganti Presiden” ini sedang merasa “membela agama”. Ini “perang” mereka terhadap “kezaliman” atau apalah itu yang bertentangan dengan ajaran agama.
Makanya sering membawa-bawa istilah Firaun segala. Tahu kan ya meme-memenya pan udah banyak ituh. Kenapa Firaun? Bukan yang lain? Karena Firaun ini digambarkan langsung dalam kitab suci sebagai “musuh agama”.
Bayangkanlah kondisi psikologis mereka yang turun ke jalan buat kampanye dengan semangat seperti itu.
Tentu lebih gegap gempita karena hal ini SEOLAH titah langsung dari TUHAN. Mereka (merasa) sedang menjalankan amanah dari TUHAN yang maha penting melawan SI LAKNATULLAH FIRAUN …. bersama segenap pengikutnya atau pendukungnya!
Sementara yang kubu “Tetap Pakde”, ya paling banter alasannya karena hasil kerjanya bagus misalnya. Atau tidak menemukan calon lain yang lebih baik dibandingkan beliau. Hanya memandang persoalan ini sekadar Pilpres. Tidak merujuk ke urusan surga sama neraka misalnya.
Makanya itu para Jokower atau Cebonger BERHENTILAH berusaha melakukan perlawanan dengan cara-cara model beginian. Sana bikin kaos, situ ribut juga bikin kaos. Okelah bikin kaos mah FUN, yak.
Tapi jelas kelian akan kalah dalam urusan “mengobarkan semangat juang” di area publik.
Yang di “sana” SEOLAH “MAJU PERANG” demi pengabdian terhadap TUHAN. Yah situ mungkin sekadar pengin negeri kita menjadi lebih baik pembangunannya di tangan Pak Jokowi. Ya jelas KALAH! Hahaha.
On the other hand, pihak Jokower pun ada yang sering menyebarkan ketakutan-ketakutan instead of HARAPAN. Kalau yang “sana” ya sudahlah ya. Kita juga bingung mereka mau menebarkan harapan apa karena dari awal slogannya adalah “ASAL BUKAN ANU”.
Pemicunya adalah KETIDAKSUKAAN pada ANU, bukan karena MENDUKUNG LAWANNYA ANU. Ke Ahok juga “mereka” begitu, ke Pak Jokowi pun sama.
Then why do we have to do the same thing? Pathetic itu mah kalau kalian juga sok-sok menebarkan ketakutan. Don’t!
Kalau yang sana suka mengancam-ancam dan menakuti-nakuti tentang PKI lah, serbuan tenaga kerja asing lah, China mau menguasai Indonesia lah, Islam mau dihancurkan, dan berbagai imajinasi-imajinasi liar yang sangat minim bukti
Di kubu Jokower juga ada yang model begini. Sok-sok ngancem, Jakarta akan hancur kalau bukan Ahok yang menang! Set dah! Hahahaha. Heloooooo, santai aja maleeeeehhhh.
Buktinya sekarang fine-fine saja kan di Jakarta. Ya mungkin ada beberapa hal yang BERUBAH tapi lebay kali pun sampai bilang HANCUR yadda-yadda-yadda
Percaya sama saya, orang Jekardah mah setrong! Saya ngalamin banjir besar tahun 2007 tuh. Meeting di customer di Tangerang, kena macet 5 jam ke Pancoran. Bareng teman saya yang lagi hamil muda. Kita ketawa-ketawa saja di mobil. And we STILL ALIVE years after that! Hahaha.
Kalau urusan Pilpres pada ngancem, katanya kalau bukan Pak Jokowi yang menang, nanti korupsi merajalela, pembangunan mangkrak dan seterusnya dan seterusnya!
Benar-benar pendukung stres semua dah hahaha.
Jangan begituuuuuuuu
Walaupun mungkin sudah bosan dan ternyata kemarin pas di Ahok kita kalah sih (hahaha), KITA TETAP HARUS menebarkan HARAPAN instead of FEAR. Mengapa? Simply because it’s THE RIGHT THING TO DO!
Jangan bosan share hasil kerja beliau. Jangan patah semangat menunjukkan bukti nyata di sekitar kalian yang membuat kalian tetap mendukung beliau. Jangan gentar terus menghujani timeline dengan hal-hal yang KITA anggap sebagai prestasi-prestasi positif beliau. Walau mungkin yang “sono” so pasti ngamuk dan tidak setuju hahaha.
Kalau sudah begitu mereka tetap baper, itu sudah bukan tanggung jawab kita lagi yes? Masa kita share kebaikan orang lain, mereka marah! Itu sih jatuhnya sudah DENGKI
Tahu film Monster Inc. gak? Nah ini salah satu film animasi kesayangan saya.
Saat akhirnya Sullivan mengambil alih Monster Incorporated dari tangan Waternoose, Waternoose sempat bilang, ““I hope you’re happy, Sullivan. You destroyed this company. Monsters Incorporated is dead! Where will everyone get their scream now? The energy crisis will only get worse, because of you!”
Monster Inc. mengambil energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Negeri Monster dengan cara menakut-nakuti anak-anak manusia dalam mimpi-mimpi mereka di malam hari.
Somehow para monster punya akses untuk memasuki kamar anak-anak ini di malam hari untuk menakut-nakuti mereka. Makin menakutkan para monster, makin takut si anak-anak ini, dan makin kencang pula teriakannya, makin banyak energi yang terserap.
Anak-anak makin stres, energi makin cespleng.
Tapi Sullivan sudah menghancurkan metode ini. Namun, apa benar Monster Inc. remuk di tangan Sullivan?
Despite using the kid’s fear, Sullivan punya ide LAIN untuk meraup energi bagi Negeri Monster.
Jika dulu para monster berusaha keras menakuti dan mengancam anak-anak, kini mereka bekerja giat memainkan berbagai macam lelucon, mengisahkan cerita-cerita kocak untuk membuat ANAK-ANAK TERTAWA.
Yup, instead of, memanfaatkan jeritan mereka sebagai sumber energi, Sullivan menemukan cara berbeda untuk mendapatkan energi yang 10 x lipat lebih besar. Para monster tetap memasuki pintu anak-anak secara rutin, tapi yang diincar kini bukan teriakan ketakutan mereka lagi. Tapi tawa mereka.
Hubungan monster dengan anak-anak malah harmonis. “Scare Floor” yang tadinya selalu bernuansa tegang dan ‘dingin’ kini hiruk pikuk penuh balon-balon dan tawa ceria para monster
Pesan moralnya sangat INDAH, bukan? Did you get it?
Jeritan anak-anak itu identik dengan ketakutan, kebencian dan banyak hal negatif lainnya. Sementara tawa anak-anak selalu diasosiakan dengan kegembiraan, keceriaan dan banyak hal positif lainnya.
Sullivan mengajarkan kepada kita, “Kegembiraan itu efeknya 10 kali lipat lebih dahsyat daripada ketakutan.”
Menebar HARAPAN dan hal positif itu kekuatannya lebih besar daripada menghasut untuk membenci.
Dari kisah FIKSI pun kita bisa belajar banyak hal-hal untuk kebaikan kita di dunia yang NON FIKSI ini, yes?
Seems like too good to be true, yak hehehehe. But I’m a believer! Aren’t you?
Yuk yaaaaa, putuskan lingkaran setannya. Sampai kapan ini saban ada kampanye berantem meluluuuuuuu
Kita memilih atau mendukung dengan harapan agar negeri kita tercinta, Negara Kesatuan Repuplik Indonesia bisa dibawa ke arah yang lebih baik di bawah kepemimpinan BAPAK JOKO WIDODO. Sudah kita cek hasil nyata-kinerja-rekam jejak beliau dibanding alternatif yang lainnya yang sudah ada. Entah kalau nanti ada kejutan ada calon lain ye kaaaannn
Bukan karena takut sama ini itu
So … “May your choices reflect your hopes, not your fears.” ― Nelson Mandela
Untuk prestasi-prestasi kerja Pak Jokowi jangan lupa LIKE dan SHARE (kalau mau) dari fanpage resmi beliau di Presiden Joko Widodo. Klik aja itu jangan sampai salah page, banyak yang abal-abal nan provokatif juga soalnya.
Insya Allah, dengan atau tanpa PAK JOKOWI, NKRI tidak akan hancur apalagi bubar
Tapi jadi presiden memang berat sih, kamu belum tentu bisa. Pakde ajalah #dasarCebong
Salam 2 periode!