X

Tur via Kapal di Danau Lucerne di Swiss

Konon, seekor naga pernah terlihat wara wiri antara Pegunungan Rigi dan Pegunungan Pilatus yang masing-masing mengapit Danau Lucerne atau juga disebut Luzern di Swiss. Legenda tersebut termasuk dalam rekaman suara dari sebuah tape kecil yang sudah nangkring di dekat pintu kapal dan boleh kita ambil (gratis, kok, hahaha) sebelum bersiap menjelajahi salah satu danau terbesar di Swiss ini.

 

Luzern! Salah satu kota wajib buat turis ^_^.

Yang diincar saat ke Luzern umumnya pada pengin ke Mount Rigi atau Mount Platypus. Di musim dingin, di pegunungan tentu penuh sama tumpukan salju. Di musim panas, sebagian ada yang mencair tapi sebagiannya lagi merupakan wilayah “salju abadi”, enggak mandang musim, saljunya pasti ada terus.

Saya pribadi, sih, ogah bener nyari yang dingin-dingin hehe. Maklum ya, bermukimnya kan juga bukan di negara panas. Sudah cukuplah pemahaman bahwa salju itu hanya indah di layar kaca saja. Kalau ketemu benerannya, ampun saya hahaha :D. Jadi, memang menghindari sih area-area gunung dkk ini.

Kemarin ke sananya akhir Maret di mana cuaca belum begitu move on dari musim dingin huhuhu.

Saat ngintilin suami ke Bern tempo hari, kami memang sudah ada niat ke Luzern. Dipas-pasin dengan janjian ketemu dengan teman yang kebetulan lagi  berlibur bersama keluarganya ke Eropa. Mereka mampir ke Perancis dan Swiss. Jadi, deh, kita janjian ketemuan di Luzern.

Teman sekeluarga datang jauh-jauh dari Jeddah, nih. Lama tak bersua. Dese sudah punya anak ke-3, sementara saya sendiri sedang hamil anak ke-3.  Jadi ingat kita dulu pernah piknik bareng juga di Obhur semasa saya dan keluarga masih tinggal di Jeddah dulu.

How time flies ya Dear :).

Foto di lobi hotel tempat teman menginap. Motret pakai iPhone-nya dia 😀

Ketemuan dia next time perlu di postingan khusus biar enggak kepanjangan tulisan yang ini hehe.

Mereka sendiri lagi ngejar bus ke Basel, hendak bertolak kembali ke Paris. Jadilah ketemuannya cuma sekitar sejam an. Hanya muter-muter dekat jembatan depan hotel mereka saja.

Sehabis nganter mereka ke stasiun, which is stasiun memang letaknya di seputaran situ juga, barulah saya dan suami (plus anak-anak) menjelajahi Luzern.

Sudah niat mau naik kapal menyusuri danau Lucerne. Walau enggak niat ke Rigi atau ke Pilatus, at least, bisa lihat dari jauh di tengah danau Lucerne :D.

 

Menuju dermaga hanya perlu jalan kaki sekitar 5-10 menit dari stasiun. Tapi karena sambil pecicilan, plus bawa anak-anak yang saban melihat ini itu, kepoooo aja bawaannya -_-. Mesti digeret dulu baru mau jalan lagi.

Jadwal kapalnya sendiri sekitar per 1 jam. Jarak dermaga dari tempat beli tiketnya lumayan tuh. Kami mesti lari-lari demi mengejar skedul terdekat ketimbang nunggu sejam lagi. Pas banget. Kami mendekat, kapal pun merapat. Bumil ngos-ngosan tapi huhuhu.

Naik kapal harusnya sudah include dalam Swiss-Pass (karcis terusan untuk transportasi di seluruh kota di Swiss yang bisa juga dibeli harian). Tapi waktu itu kami cuma beli single ticket, bukan terusan. Untuk menikmati tur di danau Lucerne dengan kapal tadi harus bayar lagi 25 frank per orang. Suami punya half-pass, jadi kena potongan harga. Anak-anak di bawah 6 tahun gratis.

Kapalnya 2 lantai. Lantai bawah yang ruang tertutup buat restoran. Tapi geladak depan bisa buat duduk-duduk bebas. Dingin boooo, jadi kami naro stroller saja di bawah terus naik tangga.

Nah, sebelumnya sudah ada tape recorder mini + headset yang disediakan dekat tangga dan pintu naik di kapal tadi. Silakan diambil. Enggak usah rebutan, banyak banget stoknya hihihi :p. Good idea. Rekaman suara tour guide yang ngomong pakai pengeras suara sepanjang perjalanan bisa mengganggu privasi. Lagian kalau ada yang ribut bagaimana?

Tape recordernya tersedia dalam berbagai bahasa, lho. Tapi bahasa Melayu/Indonesia enggak ada, hiks :'(. Ada bahasa Inggris, Jerman/Belanda, Perancis, Spanyol, Italia, China, Jepang, Urdu/Hindi, Arab dsb. Turis Melayu mungkin masih jarang.

Via headset tadi kita bisa menikmati kiri kanan danau Lucerne sambil mendengarkan keterangan dari tape recordernya. Kalau bosan ya copot saja dulu. Anak saya yang sulung serius bener dengerinnya sementara adiknya lebih suka ngintilin bapaknya yang pastinya…sibuk jeprat jepret.

Sebagian penumpang juga memilih berdiri atau duduk di geladak terbuka, ngemil atau minum-minum sambil mengobrol. Pokoknya terserah saja mau ngapain. Tak jauh dari saya, sepasang manula memandang ke arah danau lepas sambil sender-senderan bahu dengan masing-masing headset terpasang di kepala. Ihiiiyyy…romantis abis <3.

Saya mah boro-boro yaaaaa hahahaha –> lirik dua anak lanang tengil :p.

Giliran Papa yang pengin eksis pakai headset hihihihi :p

Sepanjang danau Lucerne memang melewati macam-macam tempat. Bukan hanya sejarah si naga tadi beserta lokasi Mount Rigi dan Pilatus yang diceritakan. Beberapa tempat tertentu yang kami susuri juga ada keterangannya.

Semisal sebuah gereja kecil yang katanya sering digunakan untuk para pengantin baru untuk mengikat janji. Juga ada gereja lain, apa patung (udah lupa hihihi) dari St. Nicholas yang umum dikenal sebagai Santa Klaus.

Recordingnya cuma nyala setengah perjalanan aja, sih. Dari total satu jam di atas kapan, setengah jamnya bisa puas mengerjakan yang lain-lain. Soalnya sayang ya kalau enggak dengerin ceritanya sampai habis. Saya demen sama yang gini-ginian. Selintas jadi ingat, waktu kecil dulu tergila-gila sama cerita-cerita anak yang diputar via kaset itu, lho, hihihihi.

Walau di lantai 2 kapal berada dalam ruang beratap rasanya ya dingin juga. Jadi malas mau ikutan pas suami dan anak-anak muter-muter di geladak. Mending duduk manis sendirian :D. Lagian pas hamil ini, dikit-dikit bawaannya pengin pipis. Padahal ada kamar mandi di bawah. Malas aja turun tangga lagi.

Air danaunya enggak bening-bening amat. Biru hijau kecoklatan. Yang jelas enggak ada sampah la yaowww :p. Bersih, sih, sih.

Paling menyolok ya pemandangan gunung-gunung es yang sebagian memang merupakan bagian dari Pegunungan Alpen yang tersohor di Eropa itu. Sebagiannya kan memang terletak di wilayah Swiss, Mount Rigi tadi misalnya.

Untuk kesekian kalinya pengin memuji pemandangan alam super cantik dari Swiss ini :D. Komplit juga yang bisa dilihat.

Tak hanya gunung es, yang hijau-hijau banyak. Walau belum optimal karena musim seminya masih malu-malu. Sebagian masih berupa dahan dan ranting kecoklatan dengan daun-daun yang minim.

Beberapa bangunan juga terlihat. Gereja rasanya tidak cuma satu dua. Kastil juga ada. Kumpulan-kumpulan rumah-rumah biasa juga dilewati. Entah jadi tempat tinggal sehari-hari atau mungkin rumah peristirahatan/vila gitu kali, ya. Enggak kebayang dinginnya kayak apa kalau bulan Desember-Februari, tuh. Brrrrr … *rapetinJaket*.

Turun dari kapal, penjelajahan Luzern masih lanjut. Tapi udah kepanjangan ini nampaknya. Next time, City Center-nya juga dibahas. Banyak juga tempat-tempat bagus yang kami singgahi. Tunggu di postingan Swiss berikutnya, ya … mudah-mudahan enggak lupa dan enggak malas! Hahaha :p.

Wir sehen uns! ^_^

davincka@gmail.com:

View Comments (12)

  • Hmmm ngebayangin jadi manula yg memandang danau yg tenang. Romantis. Nggak ada yg jual mijon & tahu sumedang hahaaa

    • Gak enak Maaaak hahahahaha. Penginnya ada yang jual tahu :p. Lapar kan kalau dingin-dingin hhihihi.

    • Hahahahhaha iyaaaa, dingin-dingin bayanginnya sup Ubi atau jagung bakar *elusPerut*

  • Melihat suasanya kok aku jadi lapar ya mak, dingin2 gitu enaknya makan kacang rebus, pisang goreng, dan minum bandrek

    • Embeeerrrr ... hahahaha. Tapi memang sih ya, efek kurang baik dari banyaknya pedagang kaki lima itu adalah ketertiban dan kebersihan :(.

          • Samasama kakjee..
            Semoga Ketiga ini anak perempuan yah hihi :D tp Apapun nnti lahirnya yg penting sehatsehat y kak.. hihi :)
            Temenku Juga ada yg kuliah dibelanda.. banyak bercerita ttg suasana disana dgn liburan keliling eropa.. uhh kayanya harus menabung extra semoga aja kesampean.. hihi