by : Jihan Davincka
***
Barusan melanglang buana ke salah satu blog favorit saya. Enggak berani share linknya di sini . Karena akhir-akhir ini nama sekaligus foto beliau, si empunya blog, muncul di beberapa situs islam tanah air dan diberi cap, “Hati-hati. Dia kafir” .
Tenang, beliau tidak sedang berdakwah di tulisan yang ini . Melainkan membahas tentang seorang penulis internasional yang juga saya kagumi, Karen Armstrong .
Salah satu buku yang disebut-sebut adalah buku “Muhammad Sang Nabi.” Saya juga sudah baca buku ini. Dipinjamkan oleh teman kantor (sekitar tahun 2005) yang juga fansnya si Armstrong yang ini .
Kalau membaca beberapa karya Armstrong, terlihat jelas keberpihakannya pada ajaran Islam. Meskipun buat saya pribadi, beliau masih memiliki penafsiran yang berbeda dengan saya.
Misalnya saja, di buku “Perang Suci”, Armstrong menafikan bukti bahwa Islam tidak memisahkan antara kehidupan beragama dan sendi kehidupan lain. Islam yang saya yakini justru menyatukan semua aspek kehidupan dalam naungan Islam . Kalau pada kenyataannya belum ada bukti praktikal bahwa semua sendi ini bisa berbalut rapi dalam Islam, itu adalah ‘kesalahan’ umatnya. Ajaran Islamnya mah pasti sempurna . In Shaa Allah.
***
Armstrong dengan detail menjelaskan betapa Rasulullah punya pertimbangan luar biasa cerdas dan maksud tersembunyi yang sudah diperhitungkan matang-matang. Perjanjian yang dianggap sangat merugikan kaum muslim yang telah hijrah ke Madinah ini menuai rasa bingung/kecewa dari banyak sahabat.
Rasulullah membuktikan ‘kepiawaiannya’ dalam berstrategi. Perjanjian yang dianggap, malah sempat diprotes keras, akan merugikan kaum muslim malah berbalik.
Kembalinya sebagian mukimin Madinah ke Mekkah, yang telah dibekali dengan semangat muamalah Islam yang ‘indah’, membuka jalan dakwah yang nyaris sempurna : tanpa pertumpahan darah dan dengan mudah menarik perhatian/simpati banyak warga Mekkah.
Sebaliknya, mukimin Mekkah yang bebas bolak balik Madinah-Mekkah terbuka lebar-lebar matanya akan keindahan ajaran baru yang dibawa oleh seorang yang bergelar Al Amin . Sejarah membuka bahwa sekali pun ditentang keras oleh banyak petinggi Quraisy, akhlak Rasulullah tak pernah sanggup mereka buang sepenuhnya begitu saja .
Tak heran, belum lagi usai 10 tahun periode perjanjian ini, terjadilah peristiwa Futuh Mekkah. Mekkah diambil alih dengan cara yang ‘indah’, tanpa senjata, tanpa darah. Mahabesar Allah dengan segala petunjukNya. Mahaindah Islam dengan segala keutamaan akidah dan akhlaknya . Nah, makanya kata ‘indah’ saya sebutkan berkali-kali . Ajaran Islam yang saya yakini itu BENAR sekaligus INDAH. Literally.
Apakah semua penduduk Madinah kala itu MEMELUK AJARAN ISLAM SEPENUHNYA? Tak ada kaum Nasrani dan Yahudi? You tell me .
***
Armstrong menyebut-nyebut tentang Compassion (welas asih). Menurutnya, inilah salah satu kesuksesan Rasulullah dalam berdakwah. Compassion adalah sesuatu yang sifatnya stabil. Tidak seperti perasaan manusia yang kadang benci kadang sayang pada berbagai hal.
Berkaitan dengan sifat welas asih ini, saya ambil informasi blog yang saya sebut di awal tadi, Armstrong membagikan ‘golden rule’ yang disimpulkannya dari berbagai ajaran agama : “Jangan melakukan sesuatu yang kita pun tak ingin orang lain melakukannya pada diri kita.”
Sejalan dengan semangat ajaran ‘welas asih’ tadi, kata-kata kami dan mereka akan selalu melebur menjadi kata ‘kita’. Kita, bukan kami … bukan mereka.
Saya tahu setelah ini pasti banyak kritikan, “Sekuler lu!” Ahahahahahaha. Saya sih akan selalu meyakini bahwa Islam itu “rahmatan lil aalamiin”. Ajarannya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang membuat alis kita berkerut, dada kita bergoncang gelisah.
“Apa pantas menyiram air teh ke wajah orang yang lebih tua karena dia itu liberal/pembenci Islam?” Walaupun kita tidak suka dengan figur yang seringkali ‘menantang’ Islam (bahkan siram seember juga rasanya pengin ya hehehehe), tapi apa iya batin kita tidak bergejolak dengan perlakuan seperti itu? Apa pantas berkata, “Allahu Akbar, Allah bersamamu.” Indahnya di mana? .
Baru-baru ini sebuah situs islam memberitakan 3 orang yang digadang-gadang telah berjihad karena membunuh seorang murtadin yang konon selalu mencela-cela ayat suci dan berdakwah sebagai seorang pendeta. Luar biasanya, tak sedikit komentar yang memuja-muja 3 orang tadi, yang kini telah ditangkap dan akan diadili. Katanya, “Biarkan hukum thagut yang melaknatmu. Tapi nama kalian sudah tertera di surga.”
Mengapa kita selalu menggeliat melihat ‘lawan-lawan’ yang mungkin hanya ada dalam pikiran yang selalu kita angap berkonspirasi ini itu? Mengapa tak pernah menggelisahkan umat sendiri?
Seperti pertanyaan besar saya selalu sejak saya pernah mencicipi ‘glamor’nya kota Jeddah, “Saudi sekaya dan sekuat ini, mengapa tak pernah mampu memperjuangkan Palestina secara TERBUKA?” Peristiwa Palestina telah dijelaskan panjang lebar oleh Armstrong di buku “Perang Suci.” Berhentilah melihatnya sebagai pusat perselisihan agama. Ini masalah kemanusiaan. Bahwa ada sekelompok kecil orang yang tahu-tahu mencaplok wilayah kelompok lain yang telah lebih dahulu tinggal di sana secara sah. Memangnya anda kira orang Palestina itu muslim semua? .
Di kota di mana Rumah Tuhan hanya berjarak kurang dari satu jam perjalanan, penghianatan terhadap hukum Tuhan berlangsung begitu banyak? . Baik dari penduduk asli maupun para pendatang. Memang, kalau urusan salat dan bacaan alquran, seratus jempol saya untuk penduduk asli. Tapi, urusan muamalah? .
Berbagai pertikaian di Timur Tengah sudah selayaknya membuka mata kita lebar-lebar. Seperti status dari salah satu teman saya yang mungkin bisa menjadi renungan bersama, “The middle easterns can actually kill each other all the times, but the problem is why the heck should most oils lie in there? Why? Why? :))”
A very good point. Penguasa sumber energi dunia secara logika harusnya bisa menjadi pengendali bumi (ih, jadi ingat avatar gak sih? ahahahahahaha). Pada kenyataannya … malah terbalik . Mungkin introspeksi diri untuk kaum di Middle East sana dan kita-kita yang juga berasal mayoritas yang sama. Mengapa kesenjangan ekonomi justru terjadi di banyak negara dengan mayoritas muslim??? WHY??????
Ini memang kita sudah terkena konspirasi musuh Islam atau kita yang tanpa sadar sudah menyembah tuhan mereka yang baru, “UANG” . Tuhan baru yang mampu melebur di ajaran agama mana pun tanpa memandang ideologi apa pun.
***
“That’s how winning is done! Now if you know what you’re worth then go out and get what you’re worth. But ya gotta be willing to take the hits, and not pointing fingers saying you ain’t where you wanna be because of him, or her, or anybody! Cowards do that and that ain’t you! You’re better than that!” -Rocky Balboa-
We, moslems, are not THOSE COWARDS, aren’t we? ;).
View Comments (3)
Saya sependapat.
Sip, Pak :). Terima kasih sudah mampir ^_^.
saya penasaran dengan blog orang yang disebut kafir itu, jangan2 seorang wanita yang pernah tinggal di Iran , hiks hiks hiks. sungguh mudah menjudge.
btw , suka banget sama tulisan ini