Jadi begini … ada orang-orang yang sebenarnya berusaha menyampaikan sesuatu yang tujuannya baik, tapi somehow dengan cara yang wakwaw :p.
Misalnya berusaha untuk bilang bahwa banyak jalan menuju kesuksesan. Tidak harus sekolah formal. Betul itu. Sepakat satu juta persen saya mah. Tapi ujungnya kok ya mau ngenyek orang-orang yang memperjuangkan anaknya untuk sekolah favorit atau ngeledekin lulusan Perguruan Tinggi Negeri.
Mereka lalu ngalor ngidul ngobrol betapa hancurnya mereka pas kuliah dan gak dapat apa-apa. Ya itu lu aja kali ;). Itu masalah pribadimu. Bukan jadi alasan untuk melemahkan orang-orang yang ingin menempuh “jalur” masa depan yang itu ;).
Terus tidak jarang membawa-bawa orang-orang seperti Bu Susi yang katanya cuma lulusan SMP.
Dear, Ibu Susi putus sekolah bukan karena mau rileks, mau santai, gak mau dikejar-kejar ini itu. Beliau juga bukan keluarga orang susah yang tidak punya biaya bla bla bla.
Beliau menghentikan langkahnya di sekolah formal lebih karena beliau SUDAH TAHU MAU NGAPAIN. A very huge passion di bidang maritim. Sejak dulu.
Atau gak tanggung-tanggung, ADA yang ambil contohnya Bill Gates dan Mark Zuckerberg ???.
Yang digadang-gadang seringnya mentok di Bu Susi doang. Memangnya ada berapa anak putus sekolah yang ujug-ujug jadi Menteri?
Ini tuh kasus yang ibaratnya “one in a million” di Indonesia. Eh, dijadiin kek contoh kehidupan sehari-hari. Sehat? :p
Kalau mau adil, BIKIN STATISTIKAnya berapa anak-anak putus sekolah yang bisa se-mentereng Bu Susi dan berapa anak-anak putus sekolah tidak seberuntung itu?
Atau ambil contoh, “Tuh lihat temen gue, cuma lulusan SD, eh sekarang punya usaha. Karyawannya anak kuliahan. Ngapain lu sekolah tinggi-tinggi?”
Memang lu kira lulusann Perguruan Tinggi Negeri enggak ada yang bisa menggaji orang, enggak ada yang bisa bikin perusahaan? ????
Perlu dibikin statistiknya juga mungkin? 😉
Saya juga tidak suka kalau sebagian orang terlalu memuja profesi PENGUSAHA dengan jargon andalan, “Jangan mau jadi karyawan seumur hidup!”
Dikira modal kemauan doang bisa sukses jadi pengusaha. Disangkanya tanpa kewajiban kerja dari jam 8 sampai jam 5, pengusaha hidupnya tidak lebih mumet dan pasti uangnya lebih banyak daripada karyawan.
Kalau soal pemenuhan biaya hidup, apa pun pilihan jalan hidupmu, semua tergantung gaya hidup ;).
Mau jadi pengusaha penghasilan berapa juga, selama pasaknya lebih besar daripada tiangnya ya pasti roboh, Bro dan Sis?.
Jadi pengusaha oke, jadi karyawan oke. Tidak ada istilah siapa yang lebih keren siapa yang lebih nganu. Kerja keras, karakter, cara menghadapi hidup yang akan lebih banyak berbicara.
Idealis boleh. Bagus itu (y). Tapi jangan sampai terjebak nyinyir gak guna.
Paling kurang respek juga dengan komentar seperti, “Si Anu cuma tamatan SMP bisa dapat 80 juta sebulan. Si Ono lulusan luar negeri sampai S3 10 juta gak nyampe.”
Memangnya ukuran KESUKSESAN itu dari penghasilan doang. Cara berpikir macam apa itu. Punya duit 1 trilyun pun bukan jaminan kamu bisa masuk S3 dan kuliah sampai lulus, Sayangkuuuuu <3.
Itulah makanya suka meremehkan institusi pendidikan karena apa-apa duit, apa-apa duit :p. ILMU (tentu definisinya luas) itu juga HARTA. Like I’ve said before, HARTA yang menyenangkan untuk dibawa ke mana-mana karena tidak memberatkan. Sifatnya yang spesial, kalau dibagi ke orang lain di kita malah bertambah.
Memang ada orang-orang yang diciptakan dengan TALENTA jauh di atas rata-rata dilengkapi dengan PASSION luar biasa dan fokus di satu bidang.
Maksud saya bukan hanya sekadar chef misalnya. Tapi lebih spesifik.
Saya pernah nonton kompetisi masak-masak ada chef yang jagooooo banget bikin aneka jenis barbeque. Sekilas dilihat remeh. Tapi ternyata memang skillnya gak main-main (y).
Barbeque doang yang saya kira cuma bakar-bakar gitu-gitu doang.
Yang lebih susah, cake decoration. Saya kenal salah satunya. Mbak Sisi di Texas. Baru-baru ini dia pasang foto hamburger, heran juga saya kok tahu-tahu posting foto receh beliau hihihi. Eh, baru sadar pas baca caption … ITU KUE!
Memang bukan pertama kalinya kami dibikin terkecoh. Kue SEPATU NIKE dan TAS juga dulu menggemparkan.
Enggak perlu sekolah-sekolah, kursus sana sini, banyakan otodidak doang. Monggo ceki-ceki sendiri di fanpagenya Michelle Sie.
Nih, beberapa karya Mbak Sisi 😀
Di bidang musik mungkin ada Addie MS dan Purwacaraka. Addie MS kalau tidak salah menentang keinginan sang ayah yang tidak ingin dirinya berkarier di bidang musik.
Lulus SMU, Addie MS memutuskan total bermusik. Susahnya waktu itu cari sekolah musik di Indonesia, Addie MS maju terus otodidak sana sini + bantu-bantu + menabung dan ke New York sekolah musik walau cuma kursus singkat.
Purwatjaraka beda lagi ceritanya. Mungkin di masa itu kecemasan para ortu mirip-mirip. Tapi Purwatjaraka memenuhi keinginan orang tua, masuk ITB kuliah sampai lulus. Abis itu ijazah kasih ke ortu and he pursued his passion in music.
Dua maestro dengan proses yang berbeda. See? Ndak masalah mau lewat mana.
Contoh bertolak belakang ada. Tapi ndak boleh sebut nama ini katanya hahaha. SEorang teman yang anaknya sastra abis tapi dipaksa orang tua masuk Kedokteran Umum. Akhirnya dia nurut, tapi masuknya ke Kedokteran Gigi.
Dia kuliah sampai lulus. Sekarang, udah tajir dese hahaha. No regret, katanya ;). Kini, mudah saja. Dia menjadi dokter gigi yang hobi menulis. Menulis sesuka hati tanpa dikejar setoran karena praktik dokter giginya sudah sanggup membuatnya keliling dunia jalan-jalan sana sini nyari-nyari bahan tulisan.
Jadi, jangan menyerang institusi pendidikan formal apalagi depan anak-anak sendiri. Amit-amit. Kalau tidak suka kan tinggal homeschooling ;).
Kecuali sejak usia dini, anak-anak sudah menunjukkan talenta+passion jauuuuhhhhh di atas rata-rata di bidangnya. Pelukis nih yang banyak model begini. Nah, kalau begini cucokkkk, ngapain sekolah dari senin ampe jumat dari pagi ampe sore kalau ternyata mereka bisa diasah untuk berkarya sejak dini?
Tapi inget, jangan cuma sekadar gambar-gambar lukis-lukis doang. Konsultasi ke ahlinya juga. Nanti biar mereka ikut menilai ;).
Biasalah ortu tuh suka kek Pak Tino Sidin. Semua gambar anaknya dibilang bagus. Gambar komik dikit sudah kayak ngeliat Affandi gitu ya, padahal mah mungkin skill biasa aja :p.
Maaf tidak bermaksud nyinyir, maksudnya biar enggak ngegampang-gampangin menjauhkan anak dari sekolah formal.
Selevel Addie MS itu memang ada genetiknya jugak. Tuh lihat anak sulungnya kan, lebih dahsyat lagi bakatnya hehehe. Itu si Kevin Aprilio, sudah punya perusahaan rekaman sendiri dan jago mencipta lagu sejak SMA, tetap dipaksa kuliah ama emaknya :p.
Yang coding juga udah mulai rame model begini. Di US tuh, astaga, anak-anak level SMP sudah mulai diincar perusahaan-perusahaan selevel Google.
Tapi kalau cuma anaknya malas bangun pagi, lebih suka youtubean gak jelas, cuma suka sok-sok kritis gak jelas bosan sekolah tapi gak jelas juga maunya apa, ya jangan diberhentiin sekolah atuh.
BOSAN itu sifat yang sangat manusiawi. Bisa dihadapi kok ;).
IDEALIS itu KEREN (y). Tapi ingatlah, di seluruh penjuru dunia ini mustahil menemukan kesempurnaan. Jadi, setinggi apa pun IDEALISME, jangan lupa menapak di tanah dengan tetap menggenggam REALITAS.
Seringnya itu memang kudu ambil jalan tengah kok ;).
“Idealism is fine, but as it approaches reality, the costs become prohibitive.” -William F. Buckley, Jr. –