X

Lawang Sewu Semarang : Seribu Pintu Dari Masa Lalu

Helo from Lawang Sewu Semarang ^_^. Judulnya sok-sok pakai rima tapi napah berasa mau ngomongin mantan iniiiiiiiii ???.

Anyway, tahu kata Mandor? Ternyata kata Mandor berasal dari kata “Man Door”, bahasa Belanda. Itu artinya mirip dengan bahasa Inggris, “Laki-laki pintu” gitu ya? Hihihi.

Literally, Man Door adalah orang yang berjaga mengawasi karyawan yang tugasnya semacam sidak dari pintu ke pintu. Makanya, namanya Man Door.

Kalau kalian ke Lawang Sewu, di lantai 2 gedung B, ada selasar panjang yang menghubungkan semua ruangan di atas. Disekat oleh pintu-pintu yang berjajar. Dari pintu-pintu itulah, para Man Door akan sibuk memantau setiap karyawan di setiap ruangan.

Menurut si Mas Andre, kata mandor sering disalahartikan sebagai “pengawas/majikan”. Makanya, kata MANDOR juga digunakan di perkebunan-perkebunan padahal di kebon mah mana ada pintuuuuu :D.

Siapa Mas Andre? Mas Andre itu adalah TOUR-GUIDE kami waktu mengunjungi Lawang Sewu di Semarang pas liburan ke Indonesia bulan kemarin .

Kalau ke tempat-tempat seperti ini baiknya memang pakai TOUR GUIDE. Karena ternyata LAWANG SEWU ini punya banyak cerita lalu yang menarik dan bikin terharu. Serius.

Jadiiiiiiiii….Lawang Sewu itu BUKAN TEMPAT ANGKER atau tempat keramat bla bla bla.

Imej tempat angker sebenarnya salah satu taktik marketing jadul untuk menarik wisatawan lokal untuk mau berkunjung. Biasalah, orang Indonesia katanya agak-agak nganu kalau diajak ngomongin sejarah, tapi kalau disodorin cerita hantu bisa heboh sendiri .

Daripada kurang laku dan tidak bisa membiayai pemeliharaan gedung, terpaksalah di-setan-setan kan biar orang-orang pada mau dateng liat-liat. Liat hantu tapi hahaha. Haiyaaa, sedih amat :(.

Sesungguhnya, LAWANG SEWU yang aslinya terdiri dari 929 pintu (tapi biar gampang dibulatkan jadi seribu biar gak susah pas terjemahin ke bahasa Jawa?), dulunya merupakan KANTOR PUSAT dari perusahaan swasta KERETA API BELANDA di Hindia Belanda.

Bukan STASIUN KERETA. Tapi KANTOR PUSAT. Tempat di mana semua pengelolaan per-keretaapi-an SE-HINDIA BELANDA dilakukan.

Kita mungkin akan terkecoh dengan istilah PINTU. Karena nampaknya PINTU dan JENDELA jadi mirip-mirip gini di LAWUNG SEWU. Dibuatnya banyak pintu dan jendela segede-gede gaban untuk lalu lintas udara ke dalam gedung karena dulu blom ada AC, yes?

Karena mayoritas karyawan formal di kantor tersebut adalah aseng asing (manaaaaa Pak Jokowi, manaaaaaa ????).

Jangankan orang bule yang gede di sono, kite aja yang abis dari Yurop kalok balik ke tanah air suka merasa sumuk-sumuk gimana gitu mendadak gegar cuaca padahal kadang cuma sebulan aja di yurop dah berasa lahir di sono hahahaha #ehGimana.

Bangunan Lawang Sewu sebenarnya dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia, BUKAN punya hantu-hantu gentayangan dkk hehehe.

Mas Andre terlebih dahulu membawa kami ke gedung A yang hampir semua bahan baku bangunannya adalah bahan-bahan premium kelas satu impor langsung dari Eropa. Tidak heran, bangunannya masih mulus dan tegak sampai sekarang. Catnya saja yang agak rontok.

Lantai bawah gedung A dijadikan museum kereta api. Di sini kita bisa berkelana ke masa lalu industri kereta api di tanah air yang ternyata SUDAH KEREN PUNYA.

Saya sempat ngobrol emang dulu-dulu sama suami pas kami sudah tinggal di Eropa, betapa beruntungnya para penjajah ini yang membangun infrastruktur transportasi mereka dari uang hasil “merampok” dan keringat dari “yang dirampok” huhuhu.

Kenapa sih they don’t do the same gitu lho sama negara-negara yang mereka jajah biar fair aja gituh enggak yang berat sebelah which is not fair gimana-gimana –> anak Jaksel mana suaranya? Hahahahahhaha.

TERNYATAAAAA … even di Pulau Sulawesi, rel-rel kereta api JUGA SUDAH DIBANGUN di masa itu. Malahan ada 2 rel yang dikembangkan lho. Rel yang lebarnya 1.4 m vs rel yang cuma semeter-an. Yang lebih lebar itu sudah pakai STANDAR INTERNASIONAL yang digunakan sekarang.

Bayangkan, dulu betapa majunya VISI perusahaan BELANDA terhadap infrastruktur transportasi kereta di tanah air.

Selain Indonesia, di masa itu negara-negara Asia yang mampu menyamai infrastruktur kereta api di wilayah Indonesia hanya INDIA. Itu juga masih belum sebagus di Indonesia.

Saat diambil alih oleh Jepang mulai kocar-kacir. Kata Mas Andre sih, rel-rel kita akhirnya juga banyak dijarah oleh pemerintah Jepang dibawa ke sana.

Kalau infonya salah, marahnya ke Mas Andre yak hahahaha #malesGoogling.

Mungkin di masa awal pemerintahan RI, visi-misi para pemimpin masih terhalang oleh kebutuhan dasar yang masih timpang. Jadilah terbengkalai rel-rel yang pondasinya sudah cucmey banget dari dulu. Malah pemerintah fokus ke perluasan rel dengan ukuran semeter-an yang jadul itu. Rel yang lebih lebar malah “dimatikan”.

Sekarang, standar internasional sudah menggunakan ukuran rel yang lebih lebar. Dulu di Indonesia mayoritas sudah menggunakan rel ukuran lebar lho. Tapi ya begitulah … sekarang harus restrukturisasi lagi.

Bahwa keterbatasan kadang membuat kita jadi lebih kreatif sangat terbukti dari cara-cara arsitektur zaman dahulu memikirikan kenyamanan dan keamanan bangunan. Ku bukan anak arsitek, tapi mudah-mudahan ini gak asbun ya hahahaha.

Jadi begini, ruang bawah tanah di gedung B itu BUKAN TEMPAT KUNTILANAK segala macam ??. Untuk mengantisipasi gempa dan apa pun tekanan yang bisa menggeser bangunan, dibuatlah ruang bawah tanah untuk menjaga agar gedung tetap tegar saat badai menyapa *tsaaaahhhh*.

Ruang bawah tanah itu gosipnya dipakai untuk menyiksa tawanan segala macam. ITU RUMOR! TIdak pernah ada buktinya. Kini, ruangan itu sudah ditutup buat publik karena masalah keamanan semata.

Ada jendela-jendela terbuka yang memungkinkan ular dan binatang-binatang lain masuk ke dalam sehingga kurang aman buat pengunjung kalau selilweran ke bawah tanah.

Untuk mengatasi udara tropis dan membuat sirkulasi udara lebih nyaman, ada ruangan super lebar di atap gedung untuk mengatur pergantian udara. Nah, pas ke atas, akyu disuruh jaga si bontot di stroller jadi gak tahu itu mekanismenya gimana .

Foto suami dan anak-anak di loteng tersebut

 

Pokoknya arsitektur gedung LAWANG SEWU ini sangat menarik untuk ukuran modern yang serba tergantung dengan energi buatan. Keren ya orang zaman dulu . Selain hemat energi dan biaya, juga lebih ramah lingkungan tips-tips memelihara kenyamanan tanpa harus menyakiti lingkungan sekitar ???.

Biayanya gede di awal sih karena nampak ribet kali pembangunannya butuh space yang super luas jugak. Jadi yah, begitulah hidup, you just can’t have it all ??.

Banyak tempat yang instagram-able dan super selfie-able di kawasan Lawang Sewu ini . Foto-foto gih ampe pegel .

Lawang Sewu bukan satu-satunya tempat di Semarang yang wajib dikunjungi. Ada Museum Sam Po Kong, berbagai macam kuliner, dan jangan lupa hura-hura syantiek di Simpang Lima .

Pasti masih banyak yang lain cuma kemaren ngejar road trip sampai ke Yogya jadi sempatnya ke sini-sini aja .

Ingin bernostalgia dengan kejayaan kereta api Indonesia yang mudah-mudahan makin ke sini bisa “mari Bung rebut kembali” :D.

 

davincka@gmail.com: