Masih ingat akun ini gak sih? Hihihi.
Akun ini sempat ramai beberapa tahun lalu di kalangan emak-emak. Akun Mamayeah ini dibuat dan popular via Twitter.
Tweet-tweetnya setajam silet, semacam sarkasme sebagai respons kepada makin membahananya perselisihan kaum emak-emak. Ya you knowlah, ASI vs Sufor – Melahirkan normal vs SC – dan yang paling hits tak lekang ditelan zaman … ibu bekerja vs ibu di rumah!
Masih inget beberapa tweet-tweet dari akun si MamaYeah sebelum akhirnya akunnya direport ramai-ramai dan akhirnya dihapus hahaha.
“Eh anakku ketawa! Twitpic ah. Eh anakku makan! Twitpic ah! Eh anakku napas! Twitpic ah. Eh anakku ga ngapa-ngapain! Twitpic ah.”
” #Bangganya setelah jago main ABCKids, sekarang bayiku udh jago ngulik app CNN. Pasti ntar keterima TK internasional. Semua berkat iPad.”
”Haree genee sibuk cari diskonan Pampers di koran? Clodi dong clodi! Save the environment, save the world. Ciyeee…”
“Pa, tabah ya, ternyata kita harus ngemil beras dulu 2 bln. MamaYeah mending mati daripada si buyung nggak sekolah di TK Internasional…”
Sarkas abessss hahahaha
Ini lagi beberapa yang bikin emosi jiwa tapi tetap ngikik-ngikik hihihi :
“Bosen debat panggilan ibu. Gmn dgn panggilan pembeti? ART? Pembantu? Bedinde? Nanny (nanny niyeee)? Sitter? Suster? Ncus? Mbak? Kok ribet?”
“Baju anak kalian apa? Kalo baju anak-anak kami gabungan antara Gap, Mothercare, H&M Kids, dan jait sendiri. Maklum, super mom.”
“Goodnight mommies. Tidurlah biar kuat netekin nanti mlm… Ingat, susu formula adalah minuman setan, dan kalo nggak ASIX, ur a devil mom.”
“Selamat bekerja, working moms! Ninggalin anak niyeee…
“Selamat menyambut hari, para IRT! Ingat, pertanyaan yg paling penting “Gak sayang kuliah tinggi2 ujungnya ngangon anak aje?” IRT niyeee…”
“Shiloh Jolie-Pitt dan Suri Cruise juga robot doang, kok. Tenang aja, bayi kita yg paling sempurna.”
Sayangnya akun ini secara terbuka dan eksplisit menyindir-nyindir beberapa panutan ibu-ibu. Termasuk beberapa blogger-blogger perempuan yang lagi hits saat itu.
Mungkin Mama Yeah ini refleksi dilema Ibu di Kehidupan Nyata vs Tuntutan Parenting di Buku dan Ceramah ini itu oleh ahli nganu dan ngono (hahaha) vs Peer Pressure
Apalagi dunia digital sekarang ini sangat memungkinkan kita untuk intip-intip sana sini hihihi. Atau sebaliknya, kita yang jadi kepengin diintip-intip
Saya juga tidak paham sih harusnya “ibu yang baik” itu harus bagaimana. Karena kehadiran media sosial membawa perubahan gaya hidup bagi banyak orang. Termasuk para emak-emak dong ya
Misalnya kita suka menulis blog tentang perkembangan anak. Maksudnya sih buat kenang-kenangan sendiri, eh ternyata banyak yang baca. Ini mungkin kejadian sama Mbak Astri Nugraha yang punya keluarganugraha dot net.
Saya baca blognya dari tahun 2005, anaknya baru satu. Sampai anaknya 4 tahun2010 Mbak Astri masih rajin ngeblog. Fansnya banyak tapi yang nyinyir juga ada
Sekarang makin ramai, ya. Walau blogger ibu-ibu sekarang trennya sudah bergeser. Topik-topik yang sering ditulis sudah beda lagi kecenderungannya.
Mungkin sih begini ya, umumnya masa-masa “pencarian jati diri” itu ada di anak pertama
Dari situ kenalan dengan blog-blog ibu-ibu yang share ini itu tentang anaknya. Atau juga masuk forum-forum di mana para Ibu saling share pengalaman masing-masing. Kalau sekarang juga sudah ramai di Instagram-FB dan media sosial lainnya.
Anak pertama penginnya serba ideal. Kalau perlu, 24 jam kita siap di dapur dan bersumpah setia, “Anak gue enggak boleh makan Indomie seumur hidupnya!” Hahhahaha.
Tempo hari juga ada blogger yang menulis tentang FOMO, Fear of Missing Out. Di mana FOMO ini sebenarnya “penyakit era medsos” yang juga sangat mungkin dialami oleh para ibu-ibu.
FOMO, dalam tingkat kronis, akan terus menerus menghidupkan keinginan untuk mengikuti hal-hal yang orang kebanyakan lakukan. Semacam haus untuk merasakan/mencoba/mendapatkan hal-hal kekinian yang lagi hits.
Misalnya ya itu tadi di contoh-contoh Mama Yeah. Lagi rame pakai clodi, rame-rame pengin pake clodi. Beli berlusin-lusin walau menderitanya minta ampun ngajarin embak cara mencuci clodi yang baik dan benar. Mau nyuci sendiri kan pegel, Cyin! Hahaha.
Tapi bedakan dong ya antara kaum FOMO vs mereka yang benar-benar terinspirasi oleh diri sendiri
Lama-lama menjadi absurd mau menilai siapa yang mau pamer, siapa yang hanya ikut-ikutan, siapa yang beneran idealis. Ribet lah.
Makanya, jangan dibikin susah hidup ini. Dengan segini banyak sumber informasi berhamburan dari mana-mana, hal yang paling rasional dan memungkinkan adalah “menguasai” diri sendiri
Ibuk-ibuk, kalau lagi PMS atau semacamnya, jangan malah blusukan di timeline. Nanti anak lagi susah makan, ada orang lain yang kebetulan share anaknya gampang makan, jadi sensitip, “Mau pamer aje lu, Nyet!” Kan serem yak hahahaha
Mustahil kita mau mengatur-atur bagaimana orang lain harus bersikap dalam akun pribadi mereka masing-masing
Tapi dari sini kan kita juga bisa bercermin. Eh, jangan-jangan kita yang dalam posisi sebaliknya
Hal penting lainnya adalah tidak pernah melupakan kalau status Ibu itu tidak otomatis melepaskan kita dari identitas pribadi kita.
Saya kurang suka dengan istilah, “Anak itu mencerminkan didikan orang tuanya.” Di mana yang paling sering kena “bogem” ya ibunya lah
Misalnya saya 7 bersaudara, sifatnya juga 7 kombinasi. Diantara ber7, ada 4 orang yang sangat mudah bergaul. Ada 3 orang yang agak sulit menjalin pertemanan di lingkungan baru. Saya termasuk yang 3 orang ini. Waktu kecil, ada yang makannya gampang, ada yang harus menangis meraung sejam baru mau makan.
Ada yang pendiam, ada yang seperti saya, walau agak susah bergaul tapi cerewetnya naudzubillah hahaha. Ada kakak saya yang depan orang lain seperti patung tapi di dalam rumah paling bisa membuat seisi rumah terpingkal-pingkal.
Adik saya lebih luwes dan sangat plegmatis secara kepribadian. Bandingkan dengan saya yang punya sifat koleris garis keras
Jadi kami ini cerminan siapa???? APa orang tua saya bunglon apa gimana hahaha.
Makanyaaaaaaa, rileks saja, yes?
Mau anak-anak kelak gimana….you are you!
Banyak faktor lah. Tidak berarti jadi terlalu santai jugaaaaaa
Have a nice monday, Moms. Jangan lupa bahagia
View Comments (3)
eh, kirain ini buat kontes blog KEB loh. Bukan, ya?
Bukan lah hahahaha. Udah gak aktif di sana :D.
Manggut-manggut. Benar juga ya. Kalau anaknya banyak dengan berbagai sifat. Bagaimana mau men-judge ibunya. Nah kurangi men-judge.