Sejak April kemarin, beberapa negara Eropa mulai merevisi “kebijakan lockdown” di negara masing-masing. At least, sudah mulai sounding kalau lockdown akan dilepas secara bertahap.
Langkah yang sama juga diambil oleh Italia dan Perancis yang dikenal cukup “parah” imbasnya (dari segi jumlah korban positif) akibat penyebaran virus Covid 19 ini.
Jujur sih, saya tidak 100% yakin virus ini sudah “tertangani”. Betul kalau kurva mulai melandai. Tapi detail penanganan virus sebenarnya tidak pernah dibuka benar-benar oleh pemerintah.
Contoh di Republik Irlandia ini, nih.
Rasanya baru 2 minggu belakangan, pemerintah gencar menggembar-gemborkan kalau sudah banyak pasien yang sembuh. Tadinya data yang sembuh nampak ‘stuck’. Jarang di-update. Terus ujug-ujug banyak berita soal pasien yang sembuh bla bla bla dst dst dst.
Feeling saya, mungkin ini salah satu upaya untuk membangkitkan semangat orang-orang agar siap kalau “lockdown” akhirnya dibuka. Tapi enggak usah digituin juga, orang-orang udah pada gatel kakinya pengin ke luar hahahahaha.
Alasan utama lainnya apalagi kalau bukan mikirin RODA PEREKONOMIAN ye kaaaaannn ;).
Ingat loh, lockdown in Europe came with super high budget. Karena pengangguran diongkosi oleh pemerintah. Dibayarin gajinya selama tidak bekerja. Sementara pemerintah sendiri uangnya dari mana? Jatuh dari langit? 😝😝😝.
Pemasukan utama dari PAJAK. Gimana mau narikin pajak, ada juga tekor bayarin gaji orang-orang.
Jadi memang tujuan lockdown itu BUKAN UNTUK MENGUSIR VIRUS. Tapi pandemi ini hal yang baru untuk SEMUA NEGARA. Makanya kalau ditanya, apakah lockdown jalan terbaik? Ya lom tentu jugak ;).
Negara Eropa punya sistem kesehatan ala “welfare state” di mana pemerintah memberikan jaminan kesehatan yang hampir setara untuk semua masyarakat. Kesenjangan penghasilan di Eropa Barat ini jauh lebih rendah daripada negara-negara Asia pada umumya.
Upaya lockdown ini untuk mengerem jangan sampai terlalu banyak orang yang kritis dalam waktu bersamaan sehingga tenaga medis kewalahan dsb.
Sekaligus “buying time” buat para tenaga medis dll untuk mempelajari soal virus dan “menemukan ritme” penanganan yang tepat.
Asal tahu saja, di Irlandia sendiri yang jumlah tesnya bisa dibilang lumayan banget, TIDAK SEMUA yang kena Covid 19 dirawat. Boro-boro, dites juga enggak.
Dari beberapa kasus yang saya tahu, misalnya teman kantor suami, lagi sesak napas pun nelpon ke rumah sakit dengan gejala yang udah Covid 19 banget tapi pas ketahuan kalau sudah sakit di atas 5 hari, dilarang ke rumah sakit. Disuruh perawatan di rumah saja. Dites juga katanya gak perlu. Yang penting istirahat dan jangan keluar-keluar.
Ini juga terjadi di Kota Moate, kota sebelah. Teman saya yang cerita. Tetangganya suami istri sesak napas parah, panik nelpon kerabat dan teman-teman. Tapi oleh pihak rumah sakit disuruh istirahat saja di rumah. Dites pun tidak.
Jadi memang yang masuk IGD hanya yang KRITIS saja. Dan tidak ada penjemputan penuh drama ala-ala seperti yang banyak beredar di medsos temen-temen di Indo hehehehe. Mayoritas dirawat di rumah masing-masing.
Alhamdulillah, mereka sembuh semua dengan perawatan sendiri dalam tempo 7-10 hari. Mereka = teman kantor suami dan tetangga teman di Moate.
Pengawasan? Gak jelas juga diawasin beneran apa enggak hehehe. Polisi yang berjaga di jalan tugasnya mengecek orang-orang yang bepergian tanpa jelas juntrungannya. Bukan buat jagain orang-orang positif Covid 19 :D.
Semasa lockdown pun bandara beroperasi seperti biasa. Memang sepi dan banyak penerbangan dibatalkan. Tapi, bandaranya buka 24 jam kayak sehari-hari saja.
Suami saya mendarat dari Jakarta ke Dublin tanggal 16 April kemarin. Di bandara biasa banget di imigrasi. Semua permanen resident dan siapa pun yang punya izin tinggal BOLEH masuk. Cuma ditanya-tanya seperlunya.
Terus udah. Naik bus menuju Kota Athlone. Dimintai nomor hape dan alamat juga enggak. Disuruh karantina juga enggak.
Jadwal bus berjalan seperti biasa walau minim penumpang.
Tapi di rumah ya saya karantina beneran hahahaha. Untung dianya gak ribet dan pasrah.
Soalnya saya “kurung” beliau dalam kamar utama (yang ada kamar mandinya). Jadi, suami sama sekali enggak ke luar kecuali mau jogging ke luar rumah langsung.
Makan pun udah kayak ngasih makan piaraan (hahahaha), dia naro piring depan pintu saya isiin baru dia ambil lagi. Semua piring dia cuci sendiri di kamar. Udah saya siapin segala macam sabun handuk dll.
Alhamdulillah 14 hari berlalu, amaaaaaaan. Bisa peluk-pelukan lagi sama anak-anak dan bininya yang kece ini :p.
Dari hasil lockdown selama 2 bulanan ini sepertinya negara-negara Eropa sudah mulai “berdamai” dengan Covid 19. Toh, pemerintah masing-masing juga sadar, mustahil mau ngunci orang terus-terusan dalam rumah. Virus juga gak mungkin mau dienyahkan begitu saja.
Mungkin pun mereka sudah merasa punya pengalaman terkait penanganan. Sudah mulai terbiasa gitu kayaknya, ya.
Yang tadinya ribut-ribut mau lockdown sampai September lah, sampai akhir tahun lah, per akhir Mei malah udah mau buka-buka toko lagi hihihihi. Lah, uang subsidinya dari maneeeeee :p.
Situasi lockdown juga bagus kok. Tapi buat negara-negara Eropa yang memang punya persiapan yang cukup matang dari segi ekonomi dll. Wong yurop ini dari lahir kan sudah biasa dimanjain sama segudang tunjangan ini itu hehehe.
Jangan heran kalau di US agak ribet mau lockdown. Sistem di sono tuh bedaaaa banget sama di Eropa Barat sini hehehehe. Apalagi Indonesia. Sutra laaahhh, jangan dibandingkan 😅😅😅.
Terkait lockdown, selain pemerintah bisa “buying time” tadi, sekaligus persiapan mental buat rakyat. Udah lihat kan video “The Hammer and The Dance”? 😉
Dimulai dari Norwegia dan Denmark yang sudah mulai melonggarkan aturan di bulan kemarin, Jerman juga menyusul. Belanda kemungkinan membuka sekolah senin besok. Italia sudah mulai membuka toko-toko kategori tertentu sejak 2 minggu kemarin.
Irlandia pun, setelah 18 Mei ini, pemerintah sudah siap-siap membuka beberapa lini bisnis. Dilakukan bertahap. Tapi di Irlandia, sekolah kayaknya baru akan buka September nanti di tahun ajaran yang baru. We’ll see.
Pengumpulan massa tetap dilarang. Menjaga kebersihan ekstra ketat tetap harus dilakukan. Jaga jarak pun tetap sama. Hand sanitizer akan menjadi barang utama yang bakal kita lihat di mana-mana. Kantor-kantor, sekolah, segala macam, diharapkan mempersiapkan kondisi ruangan segala macam agar social distancing tetap berjalan.
Life will never be the same.
Kita menuju babak baru kini : living a NEW NORMAL. Berdamai dengan kehadiran Covid 19 hingga vaksin ditemukan nanti 🙏.
Tetap jaga kesehatan, jaga pola makan, rajin olahraga. Remember this? “Semua penyakit berawal dari perut”, yes?
Monggo di-googling sendiri infonya dengan keyword : “ABC opens lockdown” (ABC bisa diganti dengan nama negara yang diinginkan).
Selamat melanjutkan puasa bagi teman-teman muslim di mana pun berada 🙏.