X

Film Thailand Terbaik : BAD GENIUS, When An Education is Obtained with Money

Sudah siap dengan film keren edisi liburan leyeh-leyeh di rumah selanjutnya, Gaeeeesssss ???.

Keliling dunia nih kita ?.

Again, rekomendasi dari Kak Ahsan Azhar memang terbaeeeeeee .

Setelah termehek-mehek dengan film India ‘Andhadhum’, giliran film Thailand terbaik – ‘Bad Genius’. Terbaik versi saya sih abis juga belum nonton banyak film Thailand hehehe.

Gambar : bangkokpost.com

Keringat dingin nontonnya walau tidak ada adegan tembak-tembakan dan jejeritan. Hanya urusan menyontek saat ujian bisa menjadikan film ini menjadi perbincangan hangat di tahun 2017 silam.

Peran-peran utama dimainkan oleh para remaja usia SMU. Tapi penonton utama seharusnya ADALAH PARA ORANG TUA.

No worry, no spoiler here .

Plot-nya rapi. Jauh dari hal-hal bombastis, unsur kejutannya lumayan banget. Sebagian problem yang muncul dalam film bukan yang gimana-gimana tapi banyak yang tidak terduga dan bikin saya bengong dan tepok jidat, “Hastagaaaaa, bisa kek gitu yak…”

Apa yang terjadi pada Lynn, Bank, Grace, atau Pat dkk mungkin mewakili problem pendidikan di kebanyakan negara-negara Asia.

Ini kalau wong-wong yurop yang nonton pasti pada bakal lebay dah, “Alamaaaakkk, ancur banget deh ini negara-negara Asia…” hehehe.

Saya suka kisah pertemanan yang diangkat bisa menggeser bully-bullyan ‘klasik’ ala-ala cerita Hollywood di mana si cantik atau si tampan dkk akan membully si nerd yang jelek dan tidak populer.

Justru Bad-Genius menggambarkan pertemanan win-win solution bagi dua kelas sosial ekonomi. Yang mana efeknya justru jauh lebih serem ketimbang adegan klasik si gorgeous menertawakan si nerd yang bajunya kampungan *ngelapKeringat*.

Di dunia nyata kondisinya lebih “menyedihkan” .

Stereotip anak-anak orang kaya pasti males dan dungu itu sangat-sangat salah, lho. TK-SD di sekolah swasta, saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri, yang peringkatnya bagus-bagus itu, sebagian adalah murid-murid yang ortunya punya mobil bisa lebih dari satu.

I saw them. Spoiled but so damn smart! Literally. Mampus gak lo? ?.

Richie Rich ternyata ada di dunia nyata :D.

Di kampus lebih gila lagi. Di Fakultas Ilmu Komputer – UI, saya bayangkan akan bertemu dengan teman-teman kuliah berkacamata dan culun. So-so-so wrong.

Yang cewe banyak yang modis dengan penampilan terkini dengan kemampuan akademis sangat lumayan. Yang lakik apalagi.

Yoih, ada yang benar-benar sepaket macam Dekisugi di Doraemon. Pinter-ganteng/cantik-tajir.

On the other hand, waktu sekolah di sekolah negeri SMP dan SMA, saya bertemu dengan teman-teman lain dari keluarga pas-pasan yang kemampuan akademisnya lebih pas-pasan lagi .

Dengan kecerdasan kognitif yang lemah, mereka masih harus membantu orang tua mencari nafkah *kisahNyata* .

Penokohan film Bad Genius terlalu terikat pada stereotip miskin-pinter vs kaya-oon.

Walau semua kasus intinya bermuara pada pesan yang sama, “We should stop setting the universal standard for being a so-called SMART/SUCCESS/ETC!”

Para pemeran utama di film Bad Genius (gambar : mid-day.com)

Generasi setelah kita mungkin lebih beruntung. Era digital menawarkan banyak alternatif profesi yang menjanjikan yang tidak melulu berurusan dengan ijazah sekolah formal .

Anak-anak kalian yang laki-laki pada pengin jadi -Dan TDM- gak, sih? ??

Bad-Genius juga memperkuat pesan Gandhi, “Poverty is the worst form of violance.”

Sementara di negara-negara berkembang di kebanyakan wilayah Asia yang penduduknya segabruk itu masih seputaran korupsi birokrasi yang sangat kronis *lingkaranSetan*.

Peralihan karakter tokoh Bank juga membuktikan bahwa value yang ditanamkan secara kuat dalam internal keluarga akan seberapa kuat sih menghadapi tekanan lingkungan? .

“Even if you don’t cheat, life cheats on you anyway.” — Lynn, Bad Genius (2017)

Makanya kaaaaannn “It takes a village to raise our youngs”.

Dalam buku Tipping Point ada hasil penelitian bahwa anak dari keluarga broken home yang dibesarkan dalam lingkungan baik-baik LEBIH SELAMAT daripada anak dari keluarga baik-baik yang dibesarkan dalam broken society.

Tapi ingat teori bandul ya, jaga keseimbangan agar selalu di tengah. Jangan juga ujug-ujug berpikir semua anak-anak kudu cuek sama rengking-rengkingan segala macam. Maksudnya bukan begituuuuuu.

Ini bisa panjaaaaannggg ceritanya . Sudah pernah saya bahas di tulisan “Battle Hymn of The Asian Parents”.

All in all, film Bad-Genius menjabarkan pesan dari Socrates, ““An education obtained by money is worse than no education at all”.

Filmnya menghibur banget, kok. Karakter Lynn yang kuat, Bank yang “menukik”, Grace yang culun tapi jujur (sukak banget sama pemerannya yang cantik manis manja , Pat yang rada tengil tapi setia kawan.

It’s going to worth your 2 hours 10 minutes time lah pokoknya mah .

Selamat menonton … minimal trailernya dulu laaaahhhh ???.

Ada rekomendasi film thailand terbaik selain yang Bad Genius ini?

davincka@gmail.com: