“In my dreams, I could be a Princess, and that’s what I was. Like most little girls, I believed nothing less than a Prince could make my dreams come true.” -Loretta Young-
Like (well, perhaps) most girls, we fantasized about being a princess, or some sort of that. I did
Makanya, sebal juga pas tempo hari beredar buku-buku cerita anak-anak perempuan yang pas diiklankan kok ya mesti banget lho nyenggol-nyenggol Kakak Cinderella dan incess-incess kesayangan lainnya #gosokSepatuKaca.
Ya you know lah, macam Kue Salju eh…Putri Salju (duh, lebaran masih lama Neng! Hahaha), Putri Tidur, Ariel, Princess Jasmine, dkk.
Mereka-mereka ini dianggap sebagai perempuan-perempuan lemah yang menggantungkan pengharapannya kepada sang pangeran tampan pewaris tahta. One day, he will come and “save” the girl’s future.
Pokoknya kalau gak ada pangeran, gelap dah hidup si Eneng #pukPukMahkota.
Sebenarnya tidak perlu feminis-feminis amat, toh Disney dkk juga sudah mulai menyuarakan perkembangan zaman dengan menghadirkan Mulan, Pocahontas, Tiana, Elsa dan … MOANA
Jadi kritikan iklan buku-buku cerita anak perempuan kekinian tadi ditujukan kepada “lemah”nya figur-figur Cinderella dkk. Gitu amat deh
Memang kalian kira perempuan di tahun-tahun segitu hidupnya seperti apa?
Negara seLIBERAL Amerika Serikat baru memberikan hak pilih secara politik kepada perempuan di tahun 1920.
Di tahun 1950 an, perempuan yang belum menikah saat menginjak usia 17 tahun atau selepas SMA dianggap “tidak laku” dan menerima tekanan sosial yang tidak ringan di berbagai belahan dunia.
Pelegalan alat kontrasepsi modern kepada kaum perempuan juga tidak lepas dari perjuangan kaum feminis.
Makanyahhhh, suka pengin sodorin wikipedia kepada kaum laki-laki yang suka sotoy soal FEMINISME
Ngakunya kaum literalis, rajin membaca bla bla bla, tapi kalau ngomongin feminis masih picik tiada tara. Kenapa? Takut yaaaaaaaa, privilege kalian di dunia PATRIARKI makin menipis
Back to topik awal tadi.
There’s nothing wrong with Kakak Cinderella dll kok ya
Kita sadar kalau masa depan ya kita rebut sendiri dengan belajar keras, merantau ke tempat lain berpisah dari keluarga demi pendidikan yang lebih baik, bertarung di kerasnya ibukota untuk mendapat penghasilan dari hasil keringat sendiri, yes? Jangan curhat sih, Mbaknya hahahaha.
Kelamaan kalau nunggu pangeran datang, keburu jadi gelandangan kitahhh #bantingGaun.
We are so lucky to live in this era
Keberuntungan para perempuan di masa sekarang ya tidak lepas dari perjuangan kakak-kakak feminis kita di masa lalu
Tapi kemudian beberapa bulan terakhir ini kita terlempar kembali ke mimpi-mimpi kecil kita dengan berita-berita soal Kakak Meghan yang mau jadi Princess
Walau Meghan tidak harus disiksa oleh ibu tiri atau kena kutuk tante sihir yang baper. Meghan bahkan berstatus BUKAN GADIS lagi. Sebelumnya sudah pernah menikah dan bercerai.
Meghan lahir dari perpaduan 2 etnis berbeda. Di masa-masa lalu, anak-anak model begini juga punya tantangan sendiri dalam kehidupan sosialnya.
Sebelum resmi dipinang oleh Sang Pangeran kemarin, Meghan hidup mandiri di apartemennya sendiri di wilayah Kanada dan berprofesi sebagai artis.
Yang enggak sempat menghadiri Royal Wedding, abis kita puasa sih ya, kan enggak enak nanti kalau ditawari makan kita nolak nanti dianggap kurang ajar #eaaaaaaa, ini ada video singkat yang merangkum jalannya acara.
Congratulation, Kakaaaaa