Angin topan menghambat mobil ambulans yang ditumpangi Meredith dan Alex, yang sedang membawa seorang bayi yang usianya kurang dari seminggu. Bayi tersebut ditransfer dari rumah sakit yang kekurangan peralatan karena sang bayi butuh perawatan khusus.
Ambulansnya mendadak berhenti di tengah hujan deras dan mereka berdua diminta oleh Pak Supir untuk turun dari mobil. Meredith ngotot mempertahankan adek bayi tetap dalam ambulans karena ribet membawa keluar peralatan yang menempel di sekujur tubuh si adek bayi. Alex sebaliknya. Jadi berdebatlah mereka.
Hingga akhirnya sebuah benturan membuat keduanya pingsan. Saat tersadar, mereka pun buru-buru mengangkut si adek bayi keluar dari mobil sebisanya.
Sementara kedua dokter ini berusaha keras menyelamatkan nyawa si adek bayi, alangkah horornya mereka mendapati pemandangan di luar ambulans. Ternyata, tiga orang dewasa tergeletak berpencar di atas aspal. Sudah tidak bernyawa. Termasuk si supir ambulans.
Yoih, saya masih rajin nonton re-run nya serial “Grey’s Anatomy” di salah satu siaran lokal di sini
Di salah satu serial Bones (serial favorit lainnya
Seperti biasa, adegan awal di setiap episode adalah penemuan tengkorak manusia. Kali ini, identitasnya adalah seorang remaja pria, Dylan, yang berasal dari keluarga baik-baik dengan kemampuan akademis yang oke.
Dylan punya kekasih, Kelly, seorang anak yatim piatu yang berada dalam pengasuhan orang tua angkat bersama adiknya, Alex. Kelly dan Alex juga sering bergaul dengan anak-anak jalanan lainnya di sebuah rumah penampungan khusus.
Dylan sudah berhasil menyemangati Kelly dan Alex untuk semangat di sekolah dan berusaha meraih nilai-nilai bagus untuk bersaing mendapatkan beasiswa di pendidikan tinggi. Kalian tahu tidak sih ongkos kuliah di US sini? *pingsanDulu*.
Dua tokoh tambahan dalam episode ini , suami istri Kevin dan Fran. Pekerja sosial yang sering membagi-bagikan makanan dan kebutuhan lain buat para anak jalanan.
Kelly ngotot mengaku kalau dia membunuh Dylan. Belakangan Kevin juga terbunuh. Kelly juga mengaku membunuh Kevin.
Ternyata, Kevin ditembak oleh istrinya sendiri, Fran. Selama ini Kevin sudah sering mencabuli anak-anak perempuan dengan menjanjikan sebungkus roti isi kepada mereka. Fran berpikir bisa membuat Kevin sadar, tapi ternyata masih kumat juga.
Fran tadinya memanfaatkan Kevin untuk mendekati para anak jalanan dan menolong mereka. Sekaligus berharap bisa menyadarkan Kevin. Tapi gagal.
Kasusnya Dylan lebih sedih. Tadinya, Kelly pikir ingin pergi dari rumah orang tua asuh agar adiknya, Alex, bisa punya kesempatan mendapat hidup lebih baik. Karena ekonomi keluarga angkat mereka juga pas-pasan. Lebih bagus kalau mengasuh satu anak saja.
Kelly mau kabur bersama Dylan. Terus tahu-tahu berantem sama Dylan. Dylan tidak sengaja bersikap kasar kepada Kelly. Ternyata ada Alex di tempat itu. Melihat kakaknya dikasari, Alex refleks mendorong Dylan. Karena itulah Dylan menabrak kaca dan jatuh dari lantai atas hingga akhirnya meninggal.
Untuk melindungi Alex lah, Kelly terpaksa mengaku. Karena Fran juga selama ini selalu menjadi tempat bersandar bagi anak-anak jalanan di wilayah itu, makanya Kelly juga rela berbohong untuk Fran.
Kalau tidak salah Kevin juga error karena masa kecilnya yang kurang menyenangkan sebagai seorang foster child. Membuat kita pusing untuk memikirkan siapakah gerangan penjahatnya, di mana letak kesalahannya?
Enggak kebayang di Indonesia dan kebanyakan negara-negara berkembang lainnya pasti lebih seru lagi kisah-kisah seperti ini ya
Negara dengan penduduk segabruk-gabruk kadang mentok dalam urusan kesejahteraan sosial. Bahkan untuk negara semaju dan secetar Amerika Serikat.
Konon, salah satu alasan rakyat US ogah-ogahan milih Clinton (walau lawannya Trump sekali pun
Enggak usah jauh-jauh ke Amerika Serikat, kita saja di Indonesia, kalau Ibu Sri Mulyani senggol pajak dikit, beeeuuuuhhh, timeline dunia maya bisa langsung terbakar, yes? Hahahaha.
Di Eropa hal ini lebih mudah diterapkan. Penduduknya cimik-cimik, Cuy hihihi. Jumlahnya berapa? Mereka pun lebih homogen. Makanya sekarang lagi gamang diserbu pengungsi “luar”. Lah Amerika Serikat? Antar negara bagian saja masih banyak kesenjangan ekonomi jadi yah, kompleks yaaaaa.
Untung gue bukan presiden ya Allah *sujudSyukur*. Enggak harus mengambil keputusan.
Tapi kemudian saya ingat kasus Primark tempo hari. Primark adalah waralaba besar asal UK/Ireland yang menjual pakaian segala macam dan beberapa peralatan rumah tangga dengan harga sangat murah.
Pernah ada kejadian, katanya di salah satu baju yang dijual terselip selembar kertas, ” “Forced to work exhausting hours”.
Entahlah itu beneran apa tidak. Tapi serius, saya sendiri memang sering mempertanyakan bagaimana cara Primark menjual barang-barang yang kualitasnya lumayan lho dengan harga semurah itu.
Bayangin harganya kalau diskon. Bahannya tidak ecek-ecek lho. Ketahuan nih bajunya Primark semua hahaha.
Jangan ketawa, Neng!!
Terus bagaimana dengan isu tenaga kerja dari negara-negara dunia ketiga yang dibayar dengan upah sangat murah untuk menyokong bisnis di negara-negara maju?
Saya sendiri belanjanya di Primark mulu waktu masih di Ireland *tutupMuka*. Alamaaak, kalau diskon, kemeja-kemeja perempuan dewasanya bisa dihargai 5 euro. Bahkan ada yang 3 euro, mau PO gak Sis? #ehGimana hahahaha
Kesannya tidak adil, ya. Tapi kita lupa, kita adalah bagian dari ketidakadilan ini
Ya tapi gimana dong, ternyata industri-industri begini juga menolong roda perekonomian di negara-negara berkembang sarat penduduk. Di Cina misalnya. Sekarang lihatlah, Negeri Seribu Rakit ini sudah menjadi ekonomi nomor 2 di dunia.
Sebenarnya kita ini di banyak kesempatan ingin semuanya baik-baik saja, ya. Kita senang, mereka senang. Win-win solution gitulah. Tapi ternyata tidak semudah itu.
Seperti Meredith dan Alex yang mati-matian mikirin gimana biar si anak bayi selamat sampai rumah sakit tanpa kehilangan nyawa, ealah, malah 3 orang dewasa meninggal tanpa pertolongan mereka sama sekali saat mereka sibuk berjibaku tentang si adek bayi.
Seperti Dylan, Kelly, Alex, Fran, semua punya niat baik masing-masing. Tapi ya begitulah, alih-alih semuanya bahagia malah twisted ending habis-habisan
Saya pikir pun apa tidak bisa kita beli barang-barang murah tapi tidak “mengorbankan” tenaga orang lain? Bisa, pakai robot! Tapi kalau sudah ada robot, lantas manusia mau disuruh kerja apaan? Mumet lagi kaaaaan huhuhu.
Kadang juga untuk kasus penggusuran. Saya pikir, apa tidak bisa semua penduduk di bantaran kali, mbok ya dikasih saja rumah satu-satu gratis deket-deket situ juga. Tapi kan penduduk miskin bukan hanya mereka yang tinggal di daerah yang masih abu-abu ilegal apa tidak, ya. Bagaimana dengan kalangan miskin yang tinggal di wilayah LEGAL? Is it fair for them?
Entahlah. Kalau pun pemerintah misalnya mau minta urunan ya belum tentu pada nyumbang. Kalau dipaksa bayar pakai kenaikan pajak, ya nanti bertengkar lagi dong kita di Fesbuk, yes? Hahaha.
Di manakah gerangan kebahagiaan sempurna buat semua orang itu berada?
Samar-samar ingat sama lirik lagunya Katon yang sempat populer di tahun 90 an :
“Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang Negeri di Awan
Di mana kedamaian menjadi istananya…”
Terus jadi sadar, ya iyalah, kita semua masih menapak di atas bumi. Sebuah dunia yang memang tidak sempurna. Setidaknya sampai tulisan ini kalian baca
Di mana di dunia ini, kaum manusia yang punya kendali terbesar terhadap makhluk hidup lainnya. Manusia, tempatnya salah dan lupa, seperti kata salah satu ayat dalam kitab suci agama saya.
Kita semua, sebagai manusia, adalah bagian dari ketidaksempurnaan itu. Dari ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan inilah terjalin hubungan-hubungan di dunia.
Jangan dibuat rumit karenanya. Akan muncul kesalahan dan penderitaan dari koneksi apa pun yang melibatkan manusia. Termasuk oleh saya kepada teman-teman semua, walau mungkin hanya saling menyapa di dunia maya. Maafkan, ya, teman-teman
Tidak ada manusia yang sempurna. None of us. So stop acting like one
Marhaban ya Ramadan.
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi teman-teman muslim