Beberapa waktu lalu, seorang teman memprediksi isu agama akan mulai ditinggalkan dalam kampanye Pilkada DKI kali ini.
Pilkada DKI memang spesial 😉.
Sudah berasa mau milih Gubernur Republik Indonesia seperti kata Bang Tomi Lebang hihihi. Yang ikut ribut bisa dari Sabang sampai Merauke sampai yang di luar negeri hahaha #eh :p.
Ramalan teman saya nampaknya salah tuh. Setidaknya sampai tadi iseng blusukan di news feed, wow, yang lebih seru ternyata perdebatan seputar agama ini :p. Tulisan bagus ala-ala “aroma aktivis” malah komentarnya serius-serius semua 😀.
Saya memilih untuk menyalahkan…pendukung Ahok! Pendukung Ahok yang beragama Islam. Ya macam saya inilah hehe.
Seharusnya sih pendukung Ahok yang beragama Islam yang harus mengerti soal perbedaan ini. Buat beberapa kalangan, “larangan” memilih pemimpin non muslim ini memang penting. Menurut mereka, urusannya sudah level akidah.
Mengapa sulit sekali memahami mereka?
Kalau hanya sebatas diingatkan ya kenapa harus marah-marah? Bilang saja iya dan terima kasih sudah diingatkan tapi kita punya penafsiran berbeda. Beres kan urusan?
Kalau mereka masih memperpanjang masalah ini dan masih ngotot ya mengalah saja kenapa siiiiiih? Dituduh liberal aja baper :p #uhuk#benerinPoni.
Harus dipahami juga satu fakta penting. Bahwa tidak semua yang meyakini larangan ini otomatis anti Ahok. Nope! Ada juga yang memang sebatas menjalankan perintah agama (versi mereka). Kalangan ini tidak ikut menjelek-jelekkan Ahok bahkan tidak segan-segan memuji hasil kerja yang mereka rasa oke.
Memang ada sih yang terjebak untuk menjelek-jelekkan tapi ya memang kalian bisa apa?
Kalian kesal kan kalau dianggap menistakan agama bla bla bla lah terus kenapa dibalas dengan hal yang sama? -_-.
People with bad behavior only exists to remind us to NOT to do the same, yes? 😉.
Susah? Ya susah bangeeeeettttt hahaha.
Makanyaaaa, jangan ikut-ikutan bahas agama kelesssss :p.
Biarkanlah mereka ngotot. Soalnya mereka merasa berkewajiban untuk menyampaikan hal ini. Yes, mereka wajib menyampaikan tapi kalian tidak harus sepakat. Tapi tidak sepakat tidak selalu berarti berantem kan yaaaaaaaaaaa.
Merasa benar vs merasa benar sendiri itu 2 hal yang berbeda-nya pakai banget
Susah? Pastinyaaaaaaa hahaha.
Makanyaaaaa, bahas yang lain sajalah.
Kalian sendiri kenapa memutuskan berkampanye untuk Ahok? Hayo ooo kenapa hayooooo :p.
Kalian sama tidak seperti saya?
I simply see … a hope 🙂. Terus terang, dulu-dulu sih tidak terlalu ngikutin masalah politik. Malas ah hahaha. Enggak paham dan kayaknya enggak ada gunanya juga.
Apalagi untuk selevel Jakarta. Yah, maksud saya, mereka tidak korupsi habis-habisan saja kayaknya sudah cukup, ya, hehehe. Berat lah mau gimana-gimana karena dukungan partai lebih dominan 🙂. Ada gitu yang berani mendobrak tradisi ini?
Ternyata ada!
Menurut saya lho iniiiiiii 😀.
Saya tuh kalau mengurus hal-hal seputar birokrasi juga sudah enggak pernah mikirin bakal gimana-gimana. Mau marah juga kayaknya ngabisin tenaga. Ya sudah, siapkan saja uang calo dan semacamnya. Malas pusing. Enggak ngaruh juga rasanya.
Kemarin ramai isu tanah kuburan pun menjadi “mainan” buat ladang duit di kalangan birokrasi. Ah, apa istimewanya sih? Dana haji saja bisa kena masalah kok ya hehehe. Ya memang gituuuuu. Apa-apa harus bayar, harus lewat calo, harus begini harus begitu. Terima saja.
Itu juga tuh, yang isu tempat sampah bisa sampai 100 juta di anggaran dana. Printer harga puluhan juga. Pokoknya banyaklah mark-up anggaran hal-hal aneh yang sebenarnya kita juga sudah tahu dari dulu. Tapi terus mau apa selain gigit jari dan mengutuk dalam hati?
Sekarang, saya merasa ada perubahan. Tapi bisa saja perasaan saya salah dong ya hehehe –>takut dibully ni yeeee hahaha.
Di Pemrov DKI juga ternyata beneran ada “perubahan besar”. Lagi-lagi ini informasi dari orang dekat saya. Ya kalian boleh tidak percaya 😉.
Tekanan Ahok kepada pejabat eselon tertinggi membuat tekanan itu terus berlanjut ke bawah. Makanya, sekarang tuh kalau enggak kerja ya kena mutasi.
Stereotip “PNS kerjanya santai” kayaknya sudah tidak berlaku untuk Pemrov DKI hihihi. Tetap semangat ya teman-teman di Pemrov DKI 😉. Proud of you all (y).
Perubahan secara sistem juga ada.
Misalnya nih, soal pasukan oranye. Saya takjub ya, ketemu mereka di jalanan kompleks depan rumah lagi sepi begitu kok ya tetap kerja dengan rajin, sih? Ya duduk-duduk saja santai-santai kan sepi ini.
Ternyata, ada aplikasi online yang bisa diakses masyarakat dan dipakai untuk “melapor”. Dan itu yaaaa, lurah terkait juga bisa dinyinyirin sama Ahok kalau sampai ada pengaduan.
Iyah, partisipasi masyarakat bagian dari sistem yang coba dibuat berkesinambungan ini.
Lah memangnya dulu kita enggak bisa ngomel-ngomel? Ya bisaaaaaaaaa.
Tapi dulu ditanggepin gak? 😉.
Masalah pendidikan dan kesehatan secara umum juga terlihat jelas perkembangannya. Kalian lebih tahulah daripada saya 😉.
Tentu saja selalu ada celah untuk menjatuhkan. Pastilah hehehe.
Makanya berikanlah celah itu pada “toko sebelah” :p. Kalian fokus ke hasil kerja dan kinerja Ahok yang ada. Kalau bisa yang kalian rasakan sendiri.
Jangan ikut-ikutan ngeributin reklamasi dengan mengandalkan info-info cupu. Malu taukkkk :p. Memang harus ada penyeimbang dalam persoalan seperti ini. Lagian kenapa sih yang anti reklamasi atau anti gusur-gusuran selalu dituding anti Ahok?
Ya siapa pun gubernurnya, kalangan aktivis akan selalu memperjuangkan hal yang sama. Pahami lah. Enggak semua urusan terkait Jakarta harus melulu soal Ahoker vs Anti Ahok.
Pada intinya kita semua ingin ibukota terus berbenah ke hal yang lebih baik. Karena itu kan kalian ingin Ahok melanjutkan kepemimpinannya untuk 5 tahun ke depan? Bukan karena tidak suka dengan calon lainnya kan?
Ya makanya bahas Ahoknya sajaaaaa 😀.
Hati-hatilah, situasi kayak begini bikin media berpesta pora seenak jidat menyiram bensin dengan berita-berita menghasut.
Kayak kemarin tuh, Pak Anies bilang apa, sama media dipelantar pelintir. Dibikin berantem dan kebawa-bawa nama Foke hehehe. Padahal mah, yang dibilang Pak Anies tidak salah.
Buat saya sih, Pak Anies Baswedan bukan tokoh tercela. Saya join relawan Turun Tangan sejak tahun 2014 itu karena terpukau dengan beliau. Terbakar euy mendengar ceramah-ceramahnya yang menyejukkan ^_^.
Hanya saja, saya yakin Ahok adalah eksekutor yang lebih baik, bahkan jauh lebih baik, untuk level DKI Jakarta. I really want him to win 🙂.
Untuk Mas Agus, ya no komenlah. Selain urusan fisik, kayaknya belum ada gebrakan yang gimana gitu dari sana hehehe. Katanya badannya tinggi, ganteng pula. Aduh gimana ya, suami saya juga tinggi dan ganteng nyahahaha –> dilempar granat!
Jadi, jangan terpancing dengan isu-isu yang mengeksploitasi ketakutan dari toko sebelah hehehe. Biarkanlah. Memangnya kita bisa apa.
Tapi gatel pengin kampanye tapi kadang bingung mau share apaan? Ya coba saja sodorkan bukti kerja dan harapan versi kalian sendiri?
Atau mungkin bisa dicoba menelisik hasil kerja Pemrov DKI di bawah kepemimpinan Ahok via fanpage-fanpage berikut ini :
Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Pemprov DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama
Yuk yaaaaa, putuskan lingkaran setannya. Sampai kapan ini saban ada kampanye berantem meluluuuuuuu :p.
Kita memilih atau mendukung dengan harapan agar DKI Jakarta bisa dibawa ke arah yang lebih baik. Bukan karena takut sama ini itu, yes? ^_^.
“May your choices reflect your hopes, not your fears.”
― Nelson Mandela
Itu.