X

Budak Nafsu

Tanggal 5 November 1605, Guy Fawkes gagal meledakkan gedung parlemen Inggris dengan bubuk mesiu yang sudah disiapkannya di bawah tanah. Peristiwa yang dikenal dengan Gunpowder Plot of 1605 ini membuatnya harus menerima hukuman mati.

Guy Fawkes berusaha membunuh King James, raja Inggris yang beragama Protestan. Sementara Fawkes sendiri adalah pemeluk Katolik.

Topeng Guy Fawkes, gambar : pixabay.com

Fawkes dan pemeluk Katolik lain hidup dalam tekanan saat Kerajaan Inggris berada di bawah pemerintahan raja-raja Protestan. Sebaliknya, saat kerajaan diperintah penguasa Katolik, pemeluk Protestan yang terpinggirkan.

Guy Fawkes sebelumnya pernah menjadi serdadu Kerajaan Spanyol yang sedang menghadapi pemberontakan sekelompok orang yang ingin mendirikan Dutch Republic.

Kerajaan Spanyol yang dipimpin oleh kekuasaan beragama Katolik memanfaatkan orang-orang seperti Fawkes dengan dalih “berjihad” atas nama agama. Spanyol menyewa serdadu bayaran dengan iming-iming mempertahankan Spanyol dari pemberontak yang diklaim sebagai “pihak” Protestan.

Tentu saja, otoritas Spanyol saat itu sebenarnya hanya ingin mempertahankan keutuhan wilayahnya semata. Tapi, apa yang lebih ampuh mengobarkan semangat “bertempur nan berani mati” selain alasan agama? Sad yet true, it continued happening years and years after that.

Setelah Spanyol, Fawkes kembali ke Kerajaan Inggris dan kembali “dimanfaatkan” oleh sekelompok Katolik yang ingin merebut kekuasaan dari King James saat itu. Politik, politik, politik. Politik atas nama agama. Kok kayaknya familiar, ya? :p.

Dalam beberapa peristiwa lain, atas nama agama, banyak nyawa melayang di berbagai tempat. Bahkan tidak mesti berbeda kepercayaan antara yang membunuh dan yang dibunuh.

Mohandas Karamchand Gandhi, mati tertembak oleh seorang ekstrimis Hindu (Nathuram Godse), saat hendak menuju ke tempat peribadatan. Gandhi pun seorang pemeluk agama Hindu.

Pemicu pembunuhan karena ketidakpuasan kalangan ekstrimis Hindu terhadap sikap akomodatif Gandhi kepada kaum muslim India. Pertikaian berdarah antara Hindu-Muslim-Syikh mewarnai awal kemerdekaan India sekitar tahun 1947 silam.

Gandhi, salah satu pelopor kemerdekaan India yang juga terkenal dengan gerakan nonviolent resistance-nya. Gandhi memimpin protes kepada para penguasa pra kemerdekaan India dengan cara “damai”.

Saat kemerdekaan telah direbut dan hubungan sengit antara Hindu dan Muslim terus membara, Gandhi muncul sebagai penengah yang akhirnya dibayar dengan nyawanya sendiri.

Anwar Sadat, juga ditembak mati oleh pemuda muslim (Khalid Islambouli) saat parade militer di Mesir. Pemuda tersebut diperkirakan bagian dari sebuah gerakan Islam dalam Mesir sendiri.

Presiden Anwar Sadat, gambar : pixabay.com

Anwar Sadat dimusuhi pasca menyetujui perjanjian Camp David yang berusaha menurunkan tensi ketegangan antara Mesir dan Israel pasca pemerintahan Gamal Abdel Nasser yang terkenal sangat kontra dengan Israel.

Tahun 1995, Yitzak Rabin juga tebunuh di tangan seorang ekstrimis Yahudi (Yigal Amir). Pembunuh Rabin berasal dari kelompok Yahudi yang menentang perjanjian Oslo, perjanjian perdamaian antara Israel dan Palestina.

Fawkes, Godse, Islambouli dan Yigal Amir, keempatnya mengklaim perbuatan mereka sebagai bagian dari “pengabdian terhadap agama” masing-masing.

Yitzak Rabin, gambar : eteacherhebrew.com

Mengutip ucapan Gus Nuril (2013), ” “Banyak orang mengira sedang mengabdi kepada Tuhan dan agama. Padahal sebenarnya, mereka hanya sedang melayani nafsunya sendiri.”

Damai terus bumi Indonesia tercinta. Tempat bersatunya berbagai macam agama dan kepercayaan, suku dan bangsa, bahasa dan ragam budaya.

Persatuan dalam keberagaman adalah kekuatan kita sebagai bangsa Indonesia. Kalau kita bersatu, pihak mana pun hanya akan menemui kesia-siaan jika ingin mencoba mengail di air keruh . Biarkan saja belahan dunia lain rusuh. Tugas kita mendoakan dan mendamaikan. Bukan ikut ribut ya, Cyiiiinnn ^_^.

“When there is no enemy within, the enemies outside cannot hurt you.”― Winston Churchill

Satu lagi dari Gus Nuril,

“Kalau sampeyan sudah mengakui Tuhan sebagai Yang Maha Kasih, menjadi anak-anak Tuhan, maka kewajiban anda semua mengaplikasikan makna Sang Pengasih itu dalam kehidupan sehari-hari.” -Gus Nuril-

Mari kita hadirkan Sang Maha Kasih nan Penyayang, Ar Rahman Ar Rahiim, dalam kehidupan kita sehari-hari.

“Christmas is not as much about opening our presents as opening our hearts” -Janice Maeditere-

Damai di bumi, damai di hati <3.

Selamat hari Natal 2015 kepada teman-teman yang merayakan <3. Selamat liburan buat teman-teman lainnya ^_^.

Gimana nih yang kejebak macet di jalan? Gimana, gimana? Jadi perlu ndak nih kita punya kereta cepat Jakarta-Bandung? Hahahaha :p.

Enjoy your holiday anyway! *kiss*

 

davincka@gmail.com: