X

Avatar, The God on Earth

Menjelang sebuah peristiwa penting, Avatar Aang galau bukan kepalang.

Komet diperkirakan akan datang ke dunia. Fire Lord akan memanfaatkan habis-habisan kesempatan ini untuk terus memperkuat posisinya dan membumihangsukan Ba Shing Se, pertahanan terakhir Negara Bumi.

Gambar : avatar.wikia.com

Avatar Aang adalah harapan terakhir penduduk dunia untuk perdamaian keempat negara : Bumi, Air, Api dan Angin. Aang yang menjadi tempat bertumpu untuk mengalahkan Fire Lord yang makin membabi buta.

“You should kill him. No other way!” Begitu kira-kira desakan orang-orang terhadap Aang.

Problem is .. Aang juga adalah seorang biksu. Dalam keyakinannya, Aang merasa kurang sreg kalau harus melenyapkan nyawa Fire Lord. Sekali pun tujuannya adalah perdamaian dunia.

Tapi Aang juga ribet. Naon etah mencegah keganasan Fire Lord tanpa harus ditebus ajal? Jalur perundingan ibarat kata sudah tidak mungkin lagi. Apalagi Prince Zucko (anak kandung Fire Lord yang akhirnya balik arah melawan ayahnya sendiri) terus merongrong Aang, “If you don’t kill him, he will kill you!”

Macam jalan buntu gitulah. Seolah membunuh Fire Lord adalah satu-satunya jalan mencegah kemungkaran yang makin merajalela.

Aang pun sempat menghilang untuk “menenangkan diri” sekaligus mencari jalan keluar.

Gambar : avatar.wikia.com

Sekilas sih ya, kita juga sering berada dalam posisi Aang. Ya enggak perlu selebay itu juga. Kudu bunuh siapa buat perdamaian dunia bla bla bla hahaha. Ngeri amat -_-.

Kadang, sesimpel apakah kita harus merayakan Breastfeeding week atau tidak? #eaaaaaa. Gatal kan loooo pengin bahas gini-ginian hahahahaha :p.

No, no, saya enggak ingin ceramah soal pentingnya ASI anu-anu. Sebaliknya, saya ingin membagi pengalaman saya mengapa peer pressure ASI vs sufor ini menjadi sedemikian rempong.

Si Mamah (ibu kandung saya), ASI full untuk kami bertujuh. Waktu saya tanya, jawabnya santai saja, “Kalian semua ogah dikasih botol. Majjallo’ maneng ko muitai botolo’e. Mana botol susu dulu mahal-mahal. Susu kaleng juga mahal.” Sesimpel itu hahahaha :p. Mana paham ibu saya soal generASI anu-anu, soal pentingnya ASI anu-anu. Pokoknya dulu sufor mahal.

(Majjallo’ maneng ko muitai botolo’e = mengamuk semua kalian kalau lihat botol susu!)

Tahu tidak sih, ibu saya tetap ke kios membantu bapak di pasar. Gak ada cuti-cutian pasca melahirkan. Tetap juga jahit menjahit dan segala macam. Jadi dulu, kalau ibu ke pasar, bayinya ditojang-tojang saja biar tidur dan tenang :p. Tojang = ayunan :p.

Mana kepikir ASI perasan. Kulkas aja enggak punya hahahaha. Nyusuinnya entar kalau sudah pulang dari pasar. Tidur malam nempel deh kita semua dinenenin sampai pagi. Katanya gitu strateginya biar bayi-bayi tetap ASI tapi si Mamah enggak perlu mompa apalagi cuti. Singkat kata, faktor ekonomi. Orang susah memang pilihannya enggak banyak ya hahahaha :p.

On the other hand, Mami (ibu mertua) saya, enggak ngASI :p. Alasannya ya karena tidak tahu. Malah karena harga susu formula dulunya agak mahal dan stok juga jarang, ngasih sufor menjadi prestise tersendiri. Don’t judge her, ya. Sebagai menantu, saya adalah saksi langsung, selain soal ASI, kita semua mungkin tidak ada apa-apanya dibanding beliau ;).

Mami itu merantau sejak menikah. Dari Sumatera ke Sulawesi. Tidak ada kerabat segala macam. Tahun segitu mah nazi-nazi ASI bisa dibilang belum ada hihihihi :p. Sedangkan kata si Mamah, kakek saya (bapak kandung si Mamah) selalu siap ceramah panjang lebar penuh ancaman kalau si Mamah ogah netekin anak kalau anaknya lagi nangis. Literally! Hahahaha.

Both si Mamah and Mami, dua-duanya role model saya dalam berbagai hal ^_^.

Gambar : bolsademulher.com

Kita jadi mamak-mamak di era yang berbeda. Era digital. Jangankan perkembangan anak sebelah rumah, ibu-ibu nun jauh di kutu sana bisa kita tahu anak-anaknya ngapain saja. Tinggal baca blog emaknya saja hahahaha :p.

Belum lagi media sosial. Segala Facebook-Path-Instagram, tersaji lengkap untuk memuaskan hasrat narsis kita. Manusia biasa pun kita semua. Penginnya diperhatikan kan? Enggak usah nyari-nyarii pembenaran. Mari kita iyakan bersama sambil salam-samalan :D.

Salahkah? Like I’ve said, dunia berputar, era ikut berubah. It’s something that you cannot deny. Terserah saja ngomong sampai berbusa, “Ih, sumpah lho, saya mah cuma mau sharing, enggak mau pamer.” Ah maca ciiiiihhhh? :p.

Dan lebih absurd lagi kalau kalian meributkan orang yang kalian anggap pamer. Oh C’mon. Ini internet, Cuy! Bukan diari! Hahaha :p.

Inilah yang mungkin terjadi kepada saya saat masa-masa ASI anak saya pertama dulu. I can’t stand my ego :'(. Dulu, karena terbawa emosi, saya pikir salah satu cara sukses berASI adalah being stubborn no matter what!!!

“Being stubborn” nya mungkin sudah cucok. Tapi … “no matter what”-nya itu yang harus belajar lagi kepada Avatar Aang :p.

Sangat percaya diri dengan semua persiapan yang sudah saya lakukan sejak hamil, benar-benar tidak siap kalau ternyata ngASInya … totally drama! Saya sampai ke klinik laktasi nun jauh di Cikini sana. Asking for help di milis ini itu. It broke me more, ASI tak kunjung lancar.

Bodohnya, saya kurang bisa menjaga perasaan ibu mertua dan suami saya. Padahal suami saya itu sangat-sangat mendukung keinginan saya untuk full ASI sekalipun faktanya si doi kan produk sufor :p.

Tentu saja, sebagai orang tua yang hidup di zaman berbeda, baik ibu mertua mau ibu kandung tidak bisa memahami kegalauan kita-kita ini, mamak-mamak muda era internet yang dikit-dikit google dikit-dikit ngintip wall orang lain hahahahaha :p.

SI Mamah maupun Mami sama-sama menasihati, “Pakai sufor aja napa sih?”

Disitulah dodolnya. Saya melampiaskan rasa kecewa kepada suami dan ibu mertua. Waktu itu masih tinggal di rumah mertua hihihi. Tanpa sadar, keras kepala saya dianggap perlawanan kepada sufor. Helooooo…suami produk sufor tuh! 😀 :p.

Padahal suami saya dan ibu mertua awalnya cukup mendukung. Cuma memang setelah dicoba banyak cara, ya disuruh kasih sufor saja. Saya juga tidak paham salahnya di mana waktu itu. Kalau gagal berarti ada masalah sama ibunya! Makin down, saya apa kena kutuk ya? Huhuhu.

Setelah masuk kantor dan lebih pasrah dan santai, voila! Saya sukses relaktasi ^_^. Dari meras cuma 50 cc saja sudah kayak orang gila senangnya, lama-lama penghasilan nambah :p. Sekali meras bisa hajar 300-400 cc. I did nothing! Gak tahu kenapa hahahaha.

Nah dari situ jadi belajar, sometimes, it’s just a matter of time dan memang kadang tidak harus semulus orang lain. Saya dulu kayaknya gagal berdamai dengan diri sendiri dan sok jagoan bakal berhasil. Stubborn-nya salah arah hahaha. Abis itu ASI lancar-lancar aja tuh ;). Prediksi saya sih harusnya anak kedua lebih gampang.

Memang benar, anak kedua lancaaarrrrrrrrrrrr, no drama at all! Ya ada sih puting lecet dan rasa sakit saat awal-awal. Tapi saya sudah tahu. Enggak usah drama, nanti juga sembuh sendiri hahaha.

Di anak ke-2 pun saya punya back up plan. Sebesar apa pun keinginan mau ngASI ekslusif, saya tetap beli botol-botol susu dan membeli sekaleng susu formula buat jaga-jaga ^_^. Ya jadinya buang-buang duit, karena expired tanpa tersentuh satu sendok pun! :D.

Nah, belajar dari kondisi si Mamah di masa lalu, saya sepakat satu hal. Sekarang itu gampang bener jualan sufor bayi. Gila, mereknya macam-macam dan menguasai sampai beberapa lorong sekaligus di supermarket. Bukan “barang mewah” lagi kayak dulu. Belum lagi iklan-iklannya yang bagus-bagus banget dan sangat inspiratif :).

Iklan sufor biasanya penuh pesan bersahabat dan non judgemental.  Iklan ASI? Slogannya saja kadang sudah  ngajak berantem duluan, “Anak ibu minum susu ibu, anak sapi minum susu sapi.” Inspiratif belah mana coba? Hahaha :p.

Sadar tidak sih kalian, iklan keren ini digagas oleh produsen susu formula? 😉

Ini yang harusnya kita ‘lawan’ sama-sama ;). Gimana caranya biar produsen sufor bayi tidak seleluasa itu “jualan” di “tempat umum”.

Di Jeddah agak susah lho nemu sufor bayi. Kalaupun ada, terbatas banget. Pilihannya sedikit. Susu tertentu hanya dijual di apotik bukan di supermarket terbuka. Lumayan kan membatasi effort untuk mendapatkannya.

Di Irlandia sini, mereka sangat mendukung breastfeeding. Tapi tidak disertai dengan judgemental berlebihan. Misalnya nih, setiap cek ke rumah sakit, kita selalu ditanya apakah mau ASI atau tidak? Ada pilihan itu di kartu kita. Jadi, pihak medis berusaha keras kampanye ASI tapi pada akhirnya … pilihan tetap diserahkan kepada para ibu :).

Yang kurang kita sadari, memang ada ibu-ibu yang SECARA SADAR memang tidak mau ngotot ngasih ASI.

Memang ada yang enggak ngASI karena kudet. Tapi percayalah, orang-orang kudet ini bukan mereka yang aktif berantem di media sosal atau di blog hahahaha. Mereka ada di dusun-dusun terpencil sana yang boro-boro fesbukan atau menikmati foto ASi kalian satu freezer di blog masing-masing :p, punya TV aja mungkin enggak.

Itu yang harusnya jadi sasaran kampanye lebih intensif :).

Saya sih pesimis kalangan menengah ke atas yang melek internet enggak ngasih ASI karena “ketidaktahuan” :p. Kalau pun mereka terlihat bersembunyi di balik alasan “ketidakberdayaan”, ya itu jangan-jangan karena kalian, yang pro ASI, terlalu keras judgement-nya ;). Jadi, yang nyalinya agak lemah mana berani terang-terangan hahaha.

Pilihan mereka bukan urusan kita. Toh mereka memilih bukan karena tidak tahu ;). Leave them alone. Bukan mereka sasaran kampanye model begini.

***

Kitara, perwakilan dari Negara Air, sahabat dekat Avatar Aang, ikut bersuara soal Fire Lord, “Jangan khawatir Aang. Orang-orang tahu niatmu tidak jahat. Kau harus membunuh Lord Fire untuk kebaikan yang lebih besar.”

Yes, Aang juga sadar soal itu. Dia tahu, yang dilawannya adalah dirinya sendiri. Menurut dia, itu justru yang lebih penting ketimbang mikirin ucapan orang lain :). Walau seluruh dunia akan mampu memahami niatnya, tapi Aang tahu tindakan membunuh itu bukan jalan keluar terbaik.

Gambar : avatar. wikia.com

Spoiler dikit, ya. Aang berhasil menaklukkan Fire Lord sekaligus memaksanya hengkang dari tahta kekuasaan. Tapi TIDAK dengan membunuh. Aang, somehow, menemukan cara untuk menghapuskan kekuatan Fire Lord yang punya kemampuan mengendalikan api dan petir. Kekuatan itulah yang dihilangkan oleh Aang ;). Karena sudah tidak berdaya dengan jurus-jurus api dan petirnya, ya tentu sulit bagi Fire Lord mau petantang petenteng lagi ;).

Nah, itulah yang harusnya kita temukan solusinya bersama. Apa sih kira-kira yang menyebabkan pemberian ASI kepada bayi masih kurang maksimal selain “penyerangan terhadap kaum ibu itu sendiri”? Malah berantem sendiri coba yaaaaaaa :p.

Sekeras apa pun niat yang kalian klaim baik itu, cobalah untuk mundur sejenak dan sedikit menekan ego. Kalau cara yang kalian anggap baik itu nyata-nyatanya akan menyakiti (sebagian) orang lain, bisakah kita sedikit menjelma jadi seorang Avatar? :p.

Mungkin … kita bisa lebih fokus mendesak perusahaan untuk menyediakan lebih banyak nursery dan kenyamanan buat para perempuan bekerja yang lagi ngASI. Sufor buat bayi kita usulkan untuk dinaikin harganya. Persulit akses membeli sufor bayi. Kalau untuk nambah cuti ya gimana ya. Belum cocok dengan sikon ekonomi tanah air kita :).

Tapi jangan merasa terhakimi ya. Mohon maaf :). Ya, ya, ya, kita pun semua pernah ada di masa-masa di mana rasanya anak nyengir dikit aja pengin upload foto-fotonya dia dari semua posisi! Hahahaha. Anak pertama dokumentasinya paling tokcer dah :p.

As time went by, nanti semuanya juga settle sendiri kok ;). Monggo diterusn berantemnya. SEperti biasa, saya numpang eksis ajah kok intinya hahahaha *benerinKutang* :p.

***

davincka@gmail.com:

View Comments (7)

  • Saya cukup 'menikmati' drama ini sih mak... jd nambah wawasan dan memperkaya sudut pandang aja. Itung2 belajar sebelum ngalamin sendiri 'drama ASI' nanti :D

    • Setujuuuuu :). Saya juga termasuk yang menikmati sih. Dengan alasan yang sama : memperluas sudut pandang diri sendiri ^_^. Ada kan yang kadang enggak kepikiran sama kita hehe.

  • ahahaaayyy..
    udah ada feeling sih kalo dirimu akan "turun gunung" bikin postingan ngebahas masalah ini (ini lagi) :)

    • Hahahahahahaha... abisnya blog kelamaan gak diisi. Ada masalah dengan foto-foto huhu. Harusnya tulisan jalan-jalan sudah banyak. Tapi mentok karena fotonya masalah :(.

  • Butuh bantuan benerin kutang?bwahahaha....

    Mamak2 era nenek2 macam eike juga bingung nih mau ikutan berantem dari sudut mana, secara tenaga udah loyo xixixiii.... Kenapa dulu awal 2000an belum ada yg beginian ya, kan lumayan bisa ikutan rame2, bisa ikutan juga jadi kayak Aang gitu mendamaikan dunia perkutangan.

    • Ya tahun segitu emang udah ada media sosial Mak? Hahahaha :D. Blog aja belum ada kali :p

  • ih mba jihan.. sukaaaa bgt ma tulisannya.. menyentil, menjewer, n menggaruk emosi.. *apacoba? :D

    kalo saya c prinsipnya serap ilmunya, terapin ma diri sendiri, n jgn nge-judge pilihan org (hanya Dia dan Allah yg tau alasan atas sesuatu)

    Mba, asli deh.. kenapa ya klo abis baca blog mba jihan rasanya fresh.. :)
    Keep inspiring ya mba..