Saya memang sejak beberapa hari lalu pengin menulis opini tentang orang-orang yang menghina terpilihnya Aceng Fikri dengan perolehan lebih dari satu juta suara di DPD Jabar.
Lucunya, orang-orang ini justru lebih banyak mengecam mereka yang memilih Aceng Fikri. Lebih asoy lagi, dari beberapa yang marah-marah itu, mayoritas golput Kakaaaaaa hahahhahaha. Ini nih yang paling gue demen dari orang-orang yang tidak hanya golput sendiri tapi juga aktif menyuruh orang lain untuk ikut golput . Dia kagak milih bahkan meminta teman-temannya untuk ikut golput tapi begitu selesai, suaranya paling kenceng hehehe.
Memang, tiap warga negara berhak untuk protes. Saya tidak melarang mereka yang golput untuk mengkritisi para pejabat, lho, ya :). Golput tidak golput, kita semua harus ikut aktif mengawasi para pemegang kekuasaan siapa pun orangnya kelak. Tapi helooooo, dilantik aja belon, situ sudah mangap duluan hehehe.
Cuma saja, kok rasanya kurang pantas jika kritikan malah ditujukan kepada para pemilih. Pakai embel-embel ‘bodoh’ dan ‘kurang pendidikan’ pula? 🙁
Kita, yang berada di middle class, memang kadang suka menertawakan dan mengaku tidak habis pikir dengan tingginya perolehan suara Aceng Fikri, anak-anaknya Ratu Atut, bahkan trah Cendana masih ada yang melangkah mulus ke Senayan.
Komentarnya rata-rata begini, “Itu berarti orang-orang Indonesia masih banyak yang tolol.” Terus biasanya ditambahkan, “Ih, untung deh gue enggak nyoblos. Kalau nyoblos ikut-ikutan tolol.”
Marah-marah sendiri di wallnya dan nuduh-nuduh orang lain tolol . Coba kalau kenal baik sudah saya paketkan sebuah cermin cantik ke rumahnya untuk berkaca hihihihihi.
Justru, sebagai masyarakat dengan pola pikir terdidik, kita pikirkan dong sumbangsih apa yang kita berikan timbang saban Pemilu/Pilkada bisanya cuma tolol-tolol-in orang lain saja? Shame on you, no?
Coba lihat dari perspektif yang lain. Memang sulit kan kalau anda mau menumbangkan raksasa di depan mata. Bisa apa? Tapi anda bisa memberi sugesti kepada orang-orang lain yang berlarian panik tak tentu arah di bawah kaki sang raksasa yang siap menginjak siapa saja yang diinginkan. Ajak mereka ramai-ramai berlari menjauh misalnya 🙂.
Walau mungkin butuh berhari-hari, bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun untuk membuat mereka sadar kalau berlari random tak tentu arah tak akan membuat mereka terhindar dari pijakan kaki sang raksasa nan jahat itu. But at least you did something. Timbang ngata-ngatain bego-bego-in orang toh? 😉.
Pernah nonton film Finding Nemo gak? Saat adegan-adegan penghabisan, sang nelayan sukses menjerat ribuan ikan kecil dengan jaring raksasanya. Si kecil Nemo, Dory dan Marlin berusaha mengarahkan agar ikan-ikan kecil yang panik ini berenang berbarengan ke arah bawah, “Swim down! Swim down! Swim down!”
Nemo malah masuk ke dalam jaring dan bergerilya secepat kilat meneriaki para ikan yang menggelepar tak tentu dalam jeratan si jaring nelayan. Marlin berteriak dari luar jaring. Berenang ke atas dan ke bawah sambil berkoar-koar, “Swim down! Swim down!”
Voila! Para ikan serempak menurut. Dan sang nelayan dkk hanya bisa melongo ketika jaring putus dan jatuh ke air. Para ikan bersorak gembira melepaskan diri dari jaring yang akhirnya robek tersebut ^_^.
Dory: Hey there, Mr. Grumpy Gills. When life gets you down do you wanna know what you’ve gotta do?
Marlin: No I don’t wanna know.
Dory: [singing] Just keep swimming. Just keep swimming. Just keep swimming, swimming, swimming. What do we do? We swim, swim.
Yeah, that’s what we learn from our little buddy Nemo and his friends. Mungkin, karena film ini fiksi jadi gampang saja si ikan-ikan disuruh manut hihihihi. Unfortunately, many times real life challenged us more, much-much more than what we thought we could handle 🙁.
When life gets you down you just do what you have to do 🙂. Tentunya bukan dengan ngata-ngatain orang lain tolol, kan? 😉.
Nah, itu tadi versi nyinyirnya dari saya hahahahaha. Period oh period. Biasanya saya mengendalikan diri untuk tidak ngoceh kalau lagi datang bulan. Tapi sudahlah ya. Sometimes, we just do what we need to do, regardless pencitraan hahhahahaha 😀. Sila baca artikel ini untuk melihat versi ‘bijaksana’ nya 😀
https://midjournal.com/2014/04/membela-pemilih-aceng-fikri/
View Comments (4)
Hyaaaaa..... super-duper keren kakaaaak... Emang sih, lebih gampil ngatain orang lain ketimbang instropeksi. Social media itu jadi sarana cihuy banget buat kasih negative statement ke orang lain. Aih, untunglah daku kemaren kagak golput, kakak. Dan, tentu saja, tidak pilih Aceng Fikri, dstnya ituh. Lah wong aku di Jatim kok, hehehehe.....
Udah komen di FB, tapi rasanya kurang afdol euy, kalo tak komen dimarih.. :)
Itu film finding nemo salah 1 film favoritnya A3, loh. Dan aku inget tuh adegan yg mereka berusaha renang ke bawah supaya bisa lepas dari jala ikan. Wuahhh, betapa sesuatu yg tadinya mustahal dilakukan ternyata bisa juga dikerjakan ya kalo bersama2. *komen edisi sholehah* :)
Tiba-tiba ada kupu-kupu di perut saya alias sakit perut karena tersindir habis-habisan dengan artikel di link yang mbak pautkan. Saya sih masih belum termasuk si keyboard warrior seperti yang digambarkan di artikel tersebut. Saya tersindir dengan ungkapan yang mengatakan apa peran nyata kita dalam memberikan solusi untuk isu yang kita kritisi. Selama ini cuma bisa kritik saja tapi tindakan nyatanya NOL besar. Ah...terimakasih mbak atas artikel yang tautan artikel yang menyadarkan saya untuk tidak terjebak lebih jauh.....
kalo saya sudah aksi tp sebatas tidak golput doang siy
tp sekaligus juga wondering, itu knapa si aceng fikri bisa kepilih lagi?!
jadi semacam take action but i have no faith in it..
hehe