X
    Categories: Chit-chat

96 dan Geliat Film-Film Kollywood

96 adalah film India Tamil terbaru yang saya tonton.  Saya posting trailernya minggu lalu di akun Facebook saya.

Terus nanyain rekomendasi film-film India yang lain hahahaha. Duh, saya nonton film-film di luar Hollywood itu based on recommedation aja, Kakaaaaa . Itu juga saya tungguin banyak yang komen apa enggak.

96 ini bukan film Bollywood (Bombay-Hollywood) yang basisnya di wilayah belahan utara India yang umumnya berbahasa Hindi. Yang ini film India Tamil.

Nah, ternyata wilayah lain di India juga punya produksi film sendiri. Termasuk wilayah Tamil di selatan. Dari Tamil juga banyak lahir film-film berkualitas level dunia.

Film-film berbahasa Tamil berpusat di Kota Kodambakkan (Chennai) jadi disebut KOLLYWOOD. Ada juga TOLLYWOOD yang berbahasa Telugu. Ini juga dari selatan India pusatnya kira-kira di Hyderabad City.

Industri film India memang makin kokoh. Ditopang dari berbagai wilayah, bukan hanya dominasi Bollywood saja.

Beda dengan kita, India sebenarnya tidak punya bahasa Nasional. Bahasa pemersatu mereka ya Bahasa Inggris hihihihi. Saya juga baru paham pas tinggal di Ireland karena temenan sama mereka.

Orang-orang dari wilayah selatan umumnya jarang yang bisa berbahasa Hindi. Kalau ketemu dengan sesama India yang dari New Delhi ya mereka berbahasa Inggris biasanya.

Tidak hanya bahasa, secara fisik juga agak beda. Lama-lama tanpa cek Google pun, saya terasa sendiri perbedaannya. Orang utara lebih putih dengan hidung mancung, mirip-mirip ras Arab. Yang selatan kulitnya lebih gelap dengan bentuk hidung lebih lebar. Ada juga yang hidungnya runcing, sih.

Makanya kalau nonton film “96” pemeran utama lakiknya ya jangan bayangin yang kayak bintang pria India pada umumnya yang kebanyakan kita ketahui adalah bintang-bintang Bollywood.

Justru di sini ya istimewanya film 96 ini. Saya juga nontonnya gak ada ekspektasi apa-apa selain penisirin .

Sekitar 8 menit pertama sudah tahan napas nonton scene-scene yang ternyata menggambarkan profesi si Ram (Vijay Sethupathi), pemeran utama pria.

96 ini fokus di reuni 20 tahunan temen-teman lama di lulusan SMA yang sama. Ceritanya ketebak banget, kok. Saya gak pernah baca spoiler dari setengah jam pertama saja sudah mampu merakit sendiri plotnya dalam pikiran.

Tapi itulah keunggulannya. Plot es-te-de banget, nothing special. Pemeran prianya ya ampun secara fisik biasa banget. Beda sama Rangga AADC yang saya sendiri gak terlalu ngikutin ceritanya tapi ngefans lebih karena Nicolas Saputranya hahahaha .

96 juga tidak menyajikan dialog mendayu-dayu yang quotable segala macam. Percakapan biasa bangeeeeet. Mengalir gitu aja. TIDAK ADA yang puitis nganu-nganu macam, “Kulari ke pantai kubelok ke hutan” gitu-gitulah.

Ini bandingin sama AADC karena ceritanya fokus ke Ram dan Janu (Trisha Khrisnan), dua teman SMA yang naksir-naksiran.

Walaupun pemalu depan Janu, Ram bukan tipe lakik yang suka baca buku diam-diam di gudang sekolah dan tidak punya banyak teman. Ram mah temannya banyaaaaak. Bukan tipe yang populer banget-banget juga sih. Ya anak SMU kebanyakan gitulah pas sekolah.

Skenario standar tapi akting pemain-pemainnya, baik versi remaja vs versi dewasa itu looohh yang bikin emeeeessssshhhh. Saling menatap aja itu kita sudah keliyengan nontonnya.

Sudah ketebak banget endingnya tapi tetap napsu nonton ampe abis. Nyaris tidak ada airmata tapi bapernya sampai ketusuk-tusuk dalam hati. Malah meweknya (walau dikit kok yaaaaa ) pas Ram masukin baju-bajunya Janu ke dalam koper.

Kasih sayang antara Ram-Janu juga tidak digambarkan dalam hubungan fisik sama sekali. Duh, pegangan tangan aja ribeeeet. Janu sengaja naruh tangannya di persnelling mobil biar kepegang sama Ram yang lagi nyetir. Gitu doang.

Banyak nyanyi-nyanyinya karena Janu diceritakan seneng nyanyi dan suaranya bagus. Tapi malah menyatu dengan cerita banget. Makin tersayat-sayat, yes? Hahahahaha.

Karena ini settingnya cuma satu malam saja plus banyak flashback, di beberapa bagian mungkin akan terasa membosankan. Mungkin.

Jangan bayangin mereka yang patah hati dan terpenjara keadaan atau korban keangkuhan dunia bla bla bla lho, ya.

Nope. Ram is happy, Janu is completely okay with her life. Tapi chemistry mereka saat bertemu terjalin kokoh tanpa perlu cipok-cipokan sama sekali .

Walau ikhlas dan bahagia menjalani takdir masing-masing, tetap saja kita tercabik-cabik pas adegan di bandara itu.

Terlepas ‘fisik’ pemain yang jauuuuhhh dari kata ganteng versi Indonesia, karakter Ram ini love-able bangeeeeettttt. Anak rohis mungkin waktu SMA #eh hahahahahaha .

Adegan favorit waktu Janu bertanya kepada Ram, “Kamu masih perjaka, ya, Ram? Holy shit!” ????

Endingnya juga sangat realistis. A lil bit painful tapi kita tahu semua akan baik-baik saja 

Kusenang tema-tema rileks begini. Adegan percakapan-percakapan di WAG di grup-grup alumni yang kekinian banget, minus perdebatan politik dong ya hahahaha.

Beda dengan Andhadhun yang menghentak-hentak, 96 ini lebih maniiiiiiis .

 

Selamat menonton. Mayan lah buat bulan Valetine nih hihihihi.

davincka@gmail.com: