People We Haven’t Met Yet (12)

“The Oscars are not so white this year” … Begitu kira-kira ungkapan yang menandai usainya “The Oscars 2018 : 90th Academy Awards”,  perhelatan akbar tahunan bagi para sineas dunia yang sudah berbulan-bulan lalu tapi baru dibahas sekarang hahaha.

Beberapa nama-nama latin mencuat sebagai pemenang, termasuk sutradara terbaik Guillermo del Toro sepaket dengan film terbaik garapannya, “The Shape of Water”. Not my kind of movie sih, zonk aja gitu pas nonton huhuhu.

Guillermo del Toro (gambar : youtube.com)

 

Lagu terbaik dimenangkan oleh film COCO, yaaaayyyyyy *tepukTangan*. Walau tidak sedikit penggemar The Greatest Showman, di mana film ini juga masuk nominasi yang sama melalui OST bertajuk “This is Me”, mengamuk via komentar-komentar di Youtube :p.

Di film COCO, pasti sudah terasa sekali ya pesan eksplisit dari film ini mengenai budaya orang Latin.

“Marginalized people deserve to feel like they belong. Representation matters,”  kata sutradara film Coco, Lee Unkrich, di akhir pidatonya saat menerima piala kemenangan untuk kategori “Best Animated Feature.”

Tekanan terberat pasca masa kampanye dan kemenangan Trump di Amerika Serikat, dikatakan oleh banyak pihak, dialami oleh The Latinos ini. Para imigran latin yang membanjiri Amerika Serikat yang datang dari berbagai wilayah di Amerika Tengah dan Selatan. Negara Meksiko penyumbang terbesar, mengingat negara ini berbatasan darat langsung dengan wilayah Paman Sam.

Apalagi di negara-negara bagian wilayah-wilayah selatan seperti Texas dan New Mexico. Pengalaman pribadi saya setahun di Texas tempo hari, sangat mudah berpapasan dengan orang Latin di mana-mana ^_^.

Sementara di Florida, sebagian orang-orang latin yang ada di sana berasal dari negara Kuba yang secara lokasi memang cukup dekat dengan Florida walau terpisah oleh perairan Selat Florida.

Titip vlog pas main ke Bayside Market Miami Beach yak, maaf gak nyambung hahaha.

Adapun isu-isu kebencian terhadap kaum muslim dalam kehidupan sehari-hari tidak terlalu terasa, kok. Mungkin karena komunitasnya masih jauh lebih kecil dibanding pendatang dari negara-negara latin. Overall lebih ramai di media daripada kenyataan sehari-harinya. Apalagi media Indonesia hahaha :p.  Terlebih lagi di level medsos zzzzz -_-.

TAPI TEKANAN TERHADAP MUSLIM MEMANG ADA lho ya. Hanya intensitasnya BELUM selebay seliweran info dll. Mudah-mudahan jangan sampai meningkat.

Nah, kalau The Latinos ini isunya memang sudah ke mana-mana. Termasuk kekhawatiran terhadap berbagai lapangan kerja yang dibanjiri oleh mereka. Bahkan tidak sedikit pernyataan-pernyataan nyinyir dari pemerintahan baru yang bikin kuping pedas terkait kalangan Latin ini.

Silakan deh ya di-googling sendiri urusan politik dan ekonomi terkait ketegangan dengan orang-orang Latin di USA pasca Pilpres 2016 kemarin. Di tulisan ini kita ngobrol santai saja :D.

Ada beberapa komentar senada di wall Facebook saya waktu saya share sebuah scene dalam film Coco. Katanya, kok mirip banget beberapa kebiasaan orang-orang di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya bawa-bawa bunga ke pemakaman.

Bukan hanya fisik dan bahasa yang membuat orang Latin terlihat sangat berbeda dengan ras Kaukasian yang disebut-sebut “pemilik US”, padahal mah sama-sama pendatang sih ya hihihihi –> cobak sungkem dulu sama orang Indian sana.

Secara umum kehidupan sosial para Latinos ini memang lebih “dekat” dengan orang-orang Asia ketimbang orang-orang berkulit putih/ras Kaukasian yang sebagian besar akarnya berasal dari Eropa Barat. Yang paling nyata hobi ngumpul-ngumpul mereka, persis kek kita, yes? Makin ramai makin seruuuuuuuu ^_^.

Gambar : forbes.com

 

Pernah sebelahan dengan keluarga Latin waktu jalan-jalan ke Fort Worth Zoo di area water park. Anak kecilnya cuma 2 tapi mereka datang bergerombol. Saya sudah tidak tahu yang mana orang tua dari kedua anak tadi karena ada 2-3 pasang suami istri yang mengiringi. Ada kakek neneknya juga. Tidak ketinggalan 2-3 orang abege tanggung. Ruameeeeeeee hehehe.

Belum lagi pas mengobrol. Rebut-rebutan pengin ngomong. Sayang nih, belajar bahasa Spanyol nya masih level unyu-unyu, kalau dengar mereka ngomong secepat itu, saya mengertinya paling cuma 20% :p.

Secara fisik, bodi cewek-cewek latin itu bikin ngiri deh. Lekukannya benar-benar mantap. Dengan kulit coklat eksotis dan rambut yang rata-rata ikal atau keriting, mantap sensualnya hehehe.

 

Salah satu tetangga di apartemen saya dulu adalah seorang emak-emak asal Ekuador. Woowww, bodinya cihuy abis dengan usia sudah mencapai 43 tahun dan nomor jinsnya sama dengan saya! Nah ini juga asyiknya sama The  Latinos, kalau ngobrol tuh bener-bener Indonesia bangeeettt. Bebas nanya-nanya umur sampai nomor celana! Hahahaha. Percakapan standar ala mereka juga ;).

Secara kasat mata, The Latinos banyak mengisi pekerjaan level informal. Tapi entah nih statistik benerannya gimana. Kalau ke toko-toko, lazim banget penjaganya ya mereka-mereka dkk. Bisa jadi karena ini di Texas, yak. Yang memang pintu gerbang orang-orang Meksiko untuk menembus Amerika Serikat.

Maraknya The Latinos juga sangat menolong lidah Asia kita karena mereka juga makan nasi hihihi. Kalau India dan sekitar rata-rata dominasi menunya kan Biryani dan berbagai nasi berbumbu lainnya. Sementara orang Mexico terbiasa makan nasi putih kayak kita.

Menu-menunya juga kaya bumbu mirip masakan oriental khas Asia pada umumnya. Enggak kayak Eropa yang kontinental, rata-rata ngirit bumbu menuju tawar >_<. Saya suka berbagai varian menu Ayam Alpukatnya ^_^. Taco-taco an juga doyan. Banyak yang jual taco murce di supermarket. Tinggal kita mainkan saja isiannya, yes? ;).

Wilayah latin juga cenderung tergolong wilayah tropis. Sama kayak Indonesia. Jadi hasil alam berupa buah-buahannya banyak yang mirip dengan kita. Kalau di Irlandia, nangis darah nyari mangga (huhuhu), di Texas mah banyaaaaaakkkk. Aneka rupa pisang membanjiri supermarket. Bukan cuma Cavendish tok. Ada sejenis pisang kepok dan pisang raja jugak, entahlah apa namanya di mereka.

Harga-harganya juga relatif murah, mungkin karena impor dari tetangga sebelah langsung :D. Aneka rupa beras juga banyak. Bagus-bagus dengan harga cukup murah. Impor dari Mexico juga mungkin, ya. Tapi di Texas juga tergolong lumayan tropis. Karena banyak pendatang Mexico, bisa jadi pertanian ala Mexico juga sudah banyak di Texas jadi tidak perlu impor. Hidup The Latinos! *elusPerut*.

Enaknyooooo tinggal di Texas hehehe. Pak Bos, assignment lagi duuunnkkk, tapi di Texas yaaaa, gak mao negara bagian yang lain hahahaha :p.

Mereka juga cenderung punya anggota keluarga yang banyak hihihi. Kalau lagi belanja, sering tuh ketemu keluarga Latin yang anaknya bisa 4 atau 5 hahaha. Kehidupan mereka lebih guyub jadi wajar kalau senang punya segabruk anggota keluarga.

Miguel and Family (COCO) Gambar : disney.wikia.com

Sebenarnya pendatang di Texas sudah terasa pembaurannya antar satu sama lain. Di negara-negara bagian lain pun mungkin sama. Mengapa ya, kalau ada kegelisahan ekonomi begini-begini, kita cenderung saling menyalahkan bukannya bekerja sama? The Latinos mungkin sudah sangat banyak yang beranak pinak di berbagai wilayah Amerika Serikat.

Toh Amerika Serikat punya jargon, “Land of freedom”. Negeri Jantung Dunia itu juga dibangun dengan jerih payah banyak pendatang. Yang dari Eropa kan juga itungannya pendatang, yes? Kenapa sekarang berasa Amerika Serikat hanya milik “kaum kulit putih”?

Sebal juga dengan politikus yang kok ya tega-teganya memainkan isu-isu seperti ini untuk meraih kekuasaan? >_<

Padahal sangat wajar jika orang-orang Latin membaur ke wilayah Amerika Serikat. Dan itu sudah berlangsung lamaaaaaaa, di Texas sendiri bahasa Spanyol sudah seperti bahasa ke-2. Kalau ke supermarket, petunjuk nama makanan dll disediakan dalam 2 bahasa : Inggris dan Spanyol.

Petunjuk bahasa Spanyol di Walmart Texas, gambar : alamy.com

 

Jangan bosan-bosan ya untuk berdoa semoga dilembutkan hati para pemimpin-pemimpin dunia untuk MENJAUH dari isu-isu perpecahan seperti ini hanya demi meraih kekuasaan. Ya, ya, ya, pasti pada skeptis, “Alah, namanya juga politik. Politik itu kotor.” Yadda-yadda-yadda.

Terus saya jadi ingat lirik lagu yang satu ini, “We Shall Overcome” :

We shall overcome
We shall overcome
We shall overcome, some day

Btw, inilah yang membuat film COCO terasa sangat istimewa. Bagaimana para sineas berusaha mengangkat kebudayaan Latin di tengah gencarnya isu-isu rasial terkait mereka dengan cara halus dan memikat. Alur cerita yang tidak cengeng dan tidak membahas isu panas. Hanya kisah keluarga sederhana yang cukup jelas menggambarkan budaya orang-orang Latin secara umum <3.

Representation does matter. Namun, kita bisa menunjukkan eksistensi dengan cara-cara yang lebih terpuji, bukan dengan menyerang balik dengan cemohan atau tindakan negatif lainnya. Bravo COCO dan segenap tim terkait (y).