Perempuan, dari Masa ke Masa

Tiap zaman punya figur perempuan idola masing-masing. Konon, 2 abad sebelumnya, justru perempuan dengan bentuk tubuh “penuh berisi” adalah gambaran ideal di masanya.

Sekarang? Bahkan suplemen pelangsing ada yang sukses dijajakan lewat jalur MLM. Tidak sedikit perempuan yang mati-matian mencoba diet ini itu demi melangsingkan tubuh.

Gambar : pixabay.com

Lalu tahun 80 an, rambut super keriting megar ke mana-mana sempat menjadi tren. Padahal tahun 70 an, rambut lurus panjang belah tengah yang digila-gilai kaum perempuan.

“Ketetapan” atas gelar “perempuan terhormat” atau apalah-apalah juga datang dari ranah agama. Sebut saja, kewajiban menutup tubuh dari atas ke bawah. Berlindung atas perintah Tuhan. Jangankan modelnya, sampai-sampai ada yang berkeras bahwa warnanya pun konon “dibatasi”.

Tidak boleh yang menyolok. Menyolok menurut siapa? Ya suka-suka yang bikin aturan. Jangan yang merah jambu, jangan warna kuning, tanpa motif. Ya biar gampang, pakai hitam saja!

Kalau melanggar, bersiaplah kena “hukuman”. Hukumannya ya macam-macam. Bisa saja situ diperkosa. Itu salahmu sendiri. Siapa suruh pakai gincu merah menyala dengan atasan ungu menggoda pakai bawahan di atas lutut pula dengan warna oranye menggigit.

Pokoknya … perempuan yang salah! Huhuhu .

Karena laki-laki itu enggak bisa digituin. Pada dasarnya laki-laki ya laki-laki. Mereka memang diciptakan untuk “memperkosa” apa gimana ya enggak paham juga. Pokoknya mereka harus dijaga matanya, dijaga nafsunya. Siapa yang menjaga? Ya perempuan! Zzzzzz -_-.

Kata siapa? Eit, kata Tuhan lho ini, lalu buru-buru mengeluarkan dalil-dalil penuh ancaman dengan hentakan pamungkas, “Itulah mengapa perempuan banyak yang menjadi penghuni neraka.”

Anehnya, setiap zaman ngotot sekali figur perempuan idola harus SERAGAM dari masa ke masa.

Hingga kisruh beberapa waktu lalu terkait salah satu pahlawan perempuan dari Serambi Mekkah, “Ah, cilaka! Mengapa Cut Meutia, pahlawan muslimah itu, bisa-bisanya tampil tanpa penutup kepala di lembaran uang resmi Republik ini?”

Konspirasi apa ini? Lihatlah, umat Islam hendak dihancurkan! Saksikanlah, begitu keras “,ereka” berupaya melawan syariat!

Saya tidak pernah mengerti siapakah “mereka”, monster jahat yang entah mengapa selalu saja hendak menghancurkan Islam. Apa pun yang kita lakukan hanyalah kesia-siaan belaka karena mereka, PASTI akan menghancurkan Islam. Alasannya apa? Ya enggak tahu pokoknya jahat ajah. Titik. Siapa? Ya mbuh! Pokoknya mereka!

Sampai-sampai cicit dari Cut Meutia pun harus ikut bersuara menerangkan ini dan itu. Suara dan penjelasan pemerintah ya tentu hanya debu ditiup angin. Pemerintah kan bagian dari konspirasi *kunyahUangKertas*. Tetap saja perlawanan harus ditegakkan, katanya.

Gambar : pixabay.com

 

Kalau beliau paham agama ya PASTI beliau pakai jilbab. Anda paham logika kalimat ini?

Jika A maka B.
Jika A (“beliau paham agama”) MAKA B (“beliau pakai jilbab”)
Beliau ini mengacu ke perempuan, ya.

Dalam logika matematika :

A = benar, B = benar , DIANGGAP BENAR
Beliau paham agama dan beliau pakai jilbab

A = salah, B = benar, DIANGGAP BENAR
Beliau tidak paham agama dan beliau pakai jilab

A = salah, B = salah, DIANGGAP BENAR
Beliau tidak paham agama dan beliau tidak pakai jilbab

A = benar, B = salah, DIANGGAP SALAH
Beliau paham agama dan beliau tidak pakai jilbab

Kalimat terakhir dianggap SALAH.

Berarti satu-satunya kemungkinan yang bisa membenarkan logika tersebut manakala beliau tidak pakai jilbab adalah karena BELIAU TIDAK PAHAM AGAMA. Zzzzzz .

Makanya, orang-orang ini ngotot kalau Cut Meutia kudu pakai jilbab. Terserah deh ada bukti enggak ya pokoknya harus pakai jilbab.

Toh konon kesaksian dan bukti foto datangnya dari kompeni yang jelas-jelas kafir dan tidak bisa dipercaya kesaksiannya. Tapi nanti kalau ada foto-foto lain yang pesannya “bagus” tidak apa-apa ya dijadikan bukti sejarah? Tidak perlu di-tabayyun-kan? *kunyahFotoAntik*.

Gambar : pixabay.com

 

Sebenarnya busana kan memang bagian dari budaya. Zaman dahulu ya terimalah kenyataan kalau busana muslimah ya memang bukan yang seperti sekarang yang ngotot kalian jadikan “ACUAN KEIMANAN” tunggal .

Memangnya zaman dulu tidak ada ulama-ulama besar yang mengerti agama? Wah, ini tuduhan yang berat lho hehehe. Sejak abad ke-17, kaum alim ulama sudah mulai menyebarkan Islam di tanah air.

Kalau pakaiannya tidak seperti yang kalian mau ya mungkin lepaskan kacamata kuda kalian . Lihatlah dunia dari berbagai sudut pandang dari masa ke masa.

Biar tidak kaget kalau misalnya film mengenai Kesultanan Ottoman yang tempo hari diputar di salah satu televisi swasta menayangkan bahwa Sang Khalifah selirnya banyak. Karena memang begitulah adanya di masa itu :).

Isu poligami dan perbudakan memang bagian dari cara hidup masa lalu yang dulu-dulunya dianggap WAJAR . Yang tidak wajar itu adalah kalian yang tetap memaksakan keduanya harus ada hanya karena tercantum dalam kitab suci dan kitab suci itu sifatnya kekal.

Kalau pahamnya begini (ngotot mengusung poligami dan perbudakan) ya wajar pada takut sama Islam ya hehehe.

Gambar : pixabay.com

 

Soal perempuan memang tidak lepas dari pengaruh agama. Entah mengapa ya, agama itu kesannya memang misoginis, agama yang mana pun.

Makanya katanya ada poligami, kan kasihan para janda. Emangnya para janda sudah selesai hidupnya kalau tidak segera dikawini? Ya belum tentu juga kaaaaan. Zaman sudah berubah ^_^. Sudah banyak perempuan sanggup mandiri dan tetap bisa mengurus rumah tangga tanpa kehadiran suami.

Justru para duda yang kayaknya sulit melajang lama-lama, yes? Wajar. Kan sudah biasa diladeni segala macam ^_^. Coba saja dilihat di kehidupan sehari-hari. Duda vs Janda lebih “tahan” yang mana tanpa pasangan? :D.

Anehnya, janda yang suka kena cap macam-macam. Janda kembang lah, janda gatel lah. Kalau duda katanya duren, duda keren. Aiiiihhh :p.

Laki-laki, kalau bantu ngurus anak ya malah keren, suami sempurna. Kalau ogah ngurus anak bisa pakai alasan, “Kasihan, dia dari pagi sampai malam cari uang. Bagi tugas ajalah.”

Coba kalau perempuan! Hahahaha. Dia di rumah = oon, menyia-nyiakan ijazah. Dia kerja di luar rumah = durhaka, enggak mau ngurus anak dst dst dst.

Makanya, jadi laki-laki itu menjadi privilege tersendiri ya? Hehehe.

Gambar : pixabay.com

 

Laki-laki suka merasa perempuan ribet. Lah situ yang bikin ribet. Segala baju dan kegiatan sehari-hari diurusin. Soalnya katanya perempuan makhluk yang lemah. Wah ini tinggal balik lagi ke cerita tentang janda vs duda di atas hehehe.

Semoga makin ke sini, perempuan makin berani ya menunjukkan rasa percaya diri. Semoga hukum dan keadilan juga jangan terus-terusan mendiskreditkan perempuan. Di kasus-kasus perkosaan misalnya. Apalagi jika menimpa wanita dewasa, status janda dst. Itu bisa ke mana-mana dah komennya :(.

Benci banget sama istilah “kehilangan kehormatan” bagi perempuan yang diperkosa. Yang hilang kehormatan ya pelakuknya kali aaaaahhhhh -_-.  Duh, udah emosi. Udahan ah nulisnya >_<.

 

3 comments
  1. Never ending issue ini mah, Neng. Mirip chicken & egg, mana yang duluan, mana yang belakangan. Gak bakal abis dibahas dalam waktu seribu purnama ^_^

  2. hahahahah ini nulisnya sambil ngos ngosan ngga. aku bacanya esmosi ??

  3. Sama kaya pikiranku.. kenapa tafsiran2 hukum2 itu (padahal di alquran nya simpel..ditafsiran jd ribet) seperti lebih memudah2kan laki2? krn yg menafsirkan laki2..kebanyakan para ulama mumpuni memang laki2 kan.. dr segala pengalaman di organisasi islam..di ponpes modern.. di lingkungan islam strict..dilingkungan islam bebas..baca alquran dan tafsir..kesimpulanku sendiri islam it tetap simpel..Allah memang maha adil.. manusia yg membuatx ribet dan tidak adil..krn penafsiran pun dibuat pada kondisi saat itu berdasarkan fakta masyarakat itu.. yg bisa jd sebenarx pada masyarakat yg lain berbeda.. tapi kemudian diklaim semena2 bhwa aturan islam universal utk semua..pdhl itu kan penafsiran saja bukan kebenaran mutlak..

Comments are closed.