Hizbut Tahrir Indonesia, “Salafi”, atau PKS ?

Di kuartal terakhir tahun 2016 kemarin, Tunisia mengeluarkan perintah resmi melarang gerakan radikal Hizbut Tahrir dengan tuduhan “merusak ketertiban umum”.

Sudah bertahun-tahun pemerintah Tunisia memperjuangkan undang-undang ini hingga akhirnya tahun lalu berhasil diterapkan.

Gerakan Hizbut Tahrir muncul pertama kali di tahun 1950-an, gebrakan awalnya di Yordania dan Arab Saudi. Hingga akhirnya terus menyebar ke negara-negara lainnya.

Gambar : pixabay.com

Hizbut Tahrir menginginkan berdirinya khilafah Islam yang diharapkan mempersatukan dan menaungi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Secara “alami”, gerakan ini tentu ditentang oleh Kerajaan Arab Saudi dan sebagian besar negara-negara lain di Timur Tengah yang juga penduduknya mayoritas muslim.

Dalam salah satu situs resminya di Indonesia (hizbut-tahrir.or.id), HT-Indonesia (HTI) sering “mengecam” pemerintahan Saudi. Mengapa spesifik Arab Saudi? Mungkin karena negara inilah yang sering dijadikan “kiblat negara muslim” oleh sebagian kalangan muslim di tanah air. Dimana HTI tentu menentang keras anggapan tersebut.

Sejarah panjang keruntuhan khilafah terakhir di awal abad ke-20, pemberontakan internal dari negara-negara Arab di Timur Tengah menjadi salah satu penyebabnya.

Terlihat lebih “konsisten” ya . Bagi mereka yang mengklaim memperjuangkan pemerintahan islam via sistem khilafah tentu tidak akan bermuka dua dengan “memuji-muji” negara-negara monarki seperti Saudi, Brunei dll dan negara-negara demokrasi seperti Turki.

Negara tetangga kita, otoritas Malaysia pun sudah sejak lama punya hubungan “tidak mengenakkan” dengan organisasi Hizbut Tahrir ini. Saya coba cari berita resmi pelarangan HTI di Malaysia tapi tidak ketemu. Yang banyak itu kecaman dari kelompok Islam setempat terhadap organisasi ini dan desakan masyarakat untuk melarang HT.

Mayoritas negara-negara Timur Tengah juga melarang gerakan Hizbut Tahrir termasuk Mesir, Yordania, Irak, Suriah, Libya dll. Di Asia ada Turki dan Pakistan yang juga bersikap sama terhadap Hizbut Tahrir.

Justru “anggota-anggota” HT ini banyak yang bermukim di negara-negara “bule” hihihi. Di UK misalnya, lumayan ramai itu orang-orang HT ngumpul di sana. Aish, asyik ya tinggal di “negara kafir” #eh hahahaha . Emang enak ciiiiiihhhh  #iLoveLondon .

Hizbut Tahrir Indonesia
Gambar : pixabay.com

Tapi harus dipahami ya bahwa perjuangan HT ini TIDAK dengan jalan kekerasan . Mereka radikal dalam pikiran. Jadi salah banget kalau mengira ISIS-ISIS an itu identik dengan HT. Tapi saya pribadi menolak ide khilafah 100% ;).

Btw, yang sering terjadi adalah ungkapan dan makian “Wahabi lo” atau “Dasar salafi” kepada orang-orang yang merindukan khilafah. Nah, ini termasuk salah kaprah yang cukup parah hehehe.

Saya terus terang tidak mengerti terminologi “salafi” or “wahabi” ini maksudnya apa. Kalau Hizbut Tahrir kan jelas ya organisasinya. Nah yang 2 ini saya kurang jelas.

Setahu saya ya, pengajian-pengajian yang memakai istilah “salafi” atau “mengikut pada ulama salaf/ulama-ulama di masa awal” malah punya paham yang bertentangan 100% dengan Hizbut Tahrir.

“Pengajian salafi” (pakai tanda kutip ya karena again, saya tidak pernah tahu definisi resminya hehehe), menentang Bughot, memberontak pada pemerintahan yang resmi/sah.

Naturally, ajaran ini ya cocok dengan doktrin kemasyarakatan di Kerajaan Arab Saudi. Makanya, kalau “pengajian salafi” itu pro pada Arab Saudi, bertolak belakang banget dengan HT yang jelas-jelas mengecam pemerintahan Saudi.

Sepengetahuan saya ya, which is belum tentu 100% tepat makanya CMIIW , “pengajian salafi” fokusnya BUKAN ke politik. Tapi ke penerapan tauhid. Penerapan tauhid ala “pemahaman mereka”. Silakan dicari tahu sendiri .

Di Arab Saudi sendiri karena sistemnya monarki absolut, pemerintahan itu berdasarkan keturunan raja. Jadi memang situasi dibuat kondusif dengan beberapa aturan-aturan khusus. Kebebasan pers ya hal yang cukup langka lah di sana .

Hizbut Tahrir Indonesia

Ceramah-ceramah jumatan di Arab Saudi itu ada “aturan khusus” segala lho . Justru untuk mencegah para ekstrimis agama. Jadi, niatnya bukan untuk mengekang agama sama sekali.

Satu kelompok lagi yang suka kena serangan salah arah adalah kelompok PKS . Nah, yang ini partai politik. Sebenarnya PKS lebih jelas dan “tertulis”. Seharusnya sih karena berdiri dalam naungan NKRI, PKS secara organisasi masih berpegang pada Pancasila. Di mana Pancasila tentu tidak cucok buat khilafah, yes? .

Dalam lingkaran pertemanan Facebook saya sendiri, jangan salah lho ya, itu “teman-teman salafi” banyak yang suka nyinyir-nyinyiran sama orang-orang PKS hahaha. Dalam hal ini, saya yakin ini masalah oknum per oknum bukan atas nama organisasi mereka masing-masing.

“Teman-teman salafi” secara umum memang tidak suka perselisihan politik. Sementara yang dari PKS waduh, paling semangat 45 kalau urusan politik ya hehehe. Terlihat kontra dengan pemerintah karena ya jelas dong, mereka sekarang berada dalam lingkaran “oposisi”. Wajar saja.

Kalau HTI ya seperti itu tadi. Mereka fokusnya ke pendirian khilafah. Sama PKS ya tentu tidak cocok pandangan politiknya. Sama “Salafi” apalagi hehehe. Pernah tuh ngotot-ngototan dua oknum perwakilan “Salafi” vs HTI soal kedatangan Raja Salman tempo hari. HTI kontra tapi “salafi” pastinya pro .

Gambar : pixabay.com

Namun, dalam perhelatan Pilkada DKI kemarin, baik HTI, “Salafi” maupun simpatisan PKS, terlihat KOMPAK “menolak Ahok” . Tapi ingat penolakan mereka memiliki basis alasan yang berbeda-beda lho ya.

Sebagai pendukung Ahok, saya resmi menjadi musuh bersama, deh hahahaha. Becanda ya .

“Ulama-ulama salafi” ada yang menolak dengan tegas berkomentar soal politik di Pilkada DKI kemarin ini. Tapi ada juga yang mengeluarkan pernyataan “keras”. Kalau “anggota”nya mah tergantung oknum.

Ada juga “kerabat salafi” yang walah nyinyirnya pedesnya sekilo cabe rawit soal Ahok hahaha. Sementara ada juga yang memilih “tidak bersuara” dan dengan jelas menyatakan golput hehehe.

Antara mereka sempat bersitegang masalah demo turun ke jalan. Tentu saja, “kalangan salafi” MENENTANG demo-demo model begini. Sementara HTI dan PKS malah menyerukan sebaliknya.

Soal Syiah : HTI masih menganggap Syiah sebagai bagian dari Islam. HTI meyakini dalam Syiah juga ada banyak mazhab. Yang sesat ada dan yang masih sesuai tuntutan Islam juga ada.

PKS secara organisasi resmi belum pernah mengeluarkan pernyataan soal Syiah. CMIIW ya. Tapi simpatisan PKS tidak sedikit yang suka berkomentar kasar dan tidak sopan mengenai paham Syiah.

Sementara “pengajian salafi” ini saya tidak tahu situs resminya apa. Pernah bertanya kepada salah seorang “teman salafi” tapi dia juga tidak tahu. Katanya ada beberapa kelompok dalam istilah salafi ini di Indonesia.

Yang jelas, hampir 100% “teman-teman Salafi” dalam lingkaran pertemanan saya kompak MENGUTUK pemahaman Syiah secara absolut.

Agak rancu juga, ya. Mengingat di Arab Saudi sendiri, komunitas Syiah hidup aman dan tenteram dalam masyarakat. Mereka juga dilindungi oleh Kerajaan Saudi. Dijaga haknya dan segala macam. Entah juga mengapa “akar rumput” bisa berkobar sebegitu besar bencinya kepada kalangan Syiah?

Soal HTI kepada Arab Saudi juga saya tidak terlalu sepakat. Walau berbentuk monarki absolut, pemerintahan Saudi itu cukup menjaga tanggung jawab lho dalam urusan ekonomi negara. Indeks Persepsi Korupsinya termasuk bagus. Infrastruktur di sana keren-keren gila. Saya pernah tinggal di Saudi lho jadi lihat langsung bukan katanya-katanya-katanya .

Kira-kira, terbayang kan perbedaan antara ketiga “kelompok” ini?

Itulah mengapa kalian jangan suka seenaknya lempar label ke orang lain. Apalagi soal khilafah. Ketiga “kelompok” ini serupa tapi tak sama. Jangan lupa kehadiran oknum-oknum yang pemikirannya mewakili isi kepala masing-masing, belum tentu pendapat resmi organisasi.

Sebaliknya, jangan panik tidak jelas dengan aturan pelarangan resmi terhadap kelompok Hizbut Tahrir Indonesia. Organisasi ini sudah jelas MENOLAK Pancasila sebagai dasar negara. Harusnya sudah sejak dulu dilarang.

Ancamannya jelas dan di berbagai negara mayoritas muslim lain pun, Hizbut Tahrir sudah “dikecam” sejak lama.

Saya sendiri sih secara pribadi sudah membekali pengetahuan lebih detail tentang ketiga kelompok ini. Bukan untuk publik untuk diri sendiri saja hehehe. Makanya, tidak pro sama sekali kepada salah satu .

Saya enggak tahu juga cocoknya masuk mana. Masuk NU kok juga rasanya beberapa kurang pas. Jadi bagian dari Islam rahmatan lil aalamiin saja deh .

Saya meyakini sebaik-baiknya manusia dalam ajaran agama saya adalah mereka yang memiliki manfaat sebesar-besarnya dalam arti positif bagi orang lain. Terserah mau masuk kelompok yang mana hehehe.

Lakukan kebaikan sebanyak yang kita bisa dengan meminimalkan keburukan semampu yang kita sanggup .

Pergolakan terbesar ya melawan diri sendiri. Misalnya menundukkan hati untuk tidak merasa paling benar terhadap siapa pun (konteks sesama manusia ya). Itu termasuk perang yang paling sulit, kan? .

Nah, itulah perjuangan yang harus kita hadapi setiap saat. Seumur hidup kita. Mustahil untuk bisa menang terus. Kayaknya saya lebih sering kalah-nya hahahaha .

Berdoa untuk diri sendiri agar menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Prayer does not change God, but it changes him who prays.
-Soren Kierkegaard-

Aamiin .