Bisakah Perempuan Bekerja di Arab Saudi?

Bisakah perempuan bekerja di Arab Saudi ? Bisa dong ah ;). Pilihannya bukan cuman kerjaan ‘domestik’ macam asisten rumah tangga, IRT, ato nanny saja.

Tempat umum yang paling banyak terlihat pekerja wanita (formal) nya? Di rumah sakit!

Mulai dari suster, para admin, resepsionis, bahkan dokter :). Oh ya, pasti pada ngirain obgyn di Jeddah enggak ada yang laki-laki? Tet tooooot :D. Obgyn laki-laki boleh kok di Arab Saudi. Tapi saya dari dulu lebih nyaman jika ditangani dokter perempuan sih ;).

Women in Saudi (gambar : theguardian.com)

Biarpun di rumah sakit Jeddah ini susternya juga banyak yang berjenis kelamin laki-laki, tapi dominasi perempuan tetep terasa. Rempong enggak tuh jadi suster tapi ber abaya ria? Ya enggak pakai abayaaaaa hehehe.

Perawat perempuan pakaiannya ya selayaknya kostum perawat pada umumnya. Mengenakan seragam putih-putih. Tapi di Saudi pakai celana panjang semua. Penutup kepala juga tidak wajib. Mungkin hampir 100% suster di sana berkebangsaan Filipina, tapi ada juga sih orang Indonesia.

Contoh di RS langganan saya sekeluarga, thank God perawat si dokter anak favorit kita itu Ibu Nana, asli Jawa dan sudah bermukim 15 tahun di Jeddah! *glek*. Dokter pun standar yah, pake baju putih gitu, tapi bawahan nya bebas asal panjang, rok juga boleh.

Kalo admin dan resepsionis perempuan seragamnya warna gelap. Ada yang biru, hitam, atau coklat. Penutup kepala juga tidak diharuskan. Celana panjangnya yang wajib. Tapi yang pake cadar juga diperbolehkan.

Saya pernah kebingungan pas dilayani oleh resepsionis perempuan bercadar. Yah, aksen bahasa inggris orang arab kan rada beda yah, ngomongnya cepat, dari balik cadar pulak jadi saya kurang bisa menangkap dengan tepat. Ya sudahlah, pake body language sajahhh hehe.

Kalau di kantor-kantor non rumah sakit? Ya boleh juga.

Sebenarnya kendala utama adalah peraturan Saudi dimana laki-laki dan perempuan tidak boleh campur dalam ruangan yang sama gitu. Nah, kalo kantornya sanggup menyiapkan ruangan terpisah ya boleh-boleh saja.

Di beberapa bank di Saudi ada yang istilahnya “ladies branch” gitu, di mana pegawai di cabang bersangkutan kebanyakan adalah perempuan. Belum pernah masuk ke sana sih, tapi sepertinya melayani nasabah perempuan maupun yang family (suami istri, atau laki-laki yang dateng disertai perempuan).

Di kantor suami saya semasa bekerja di Jeddah juga ada kok karyawan perempuan. Tapi gedungnya enggak sampai terpisah. Ruangannya saja yang dibuat khusus, semacam “women section” gitu. Sepertinya levelnya belum sampe engineer sih, tapi bagian HRD atau administrasi lainnya kalau tidak salah.

Ada pun dalam praktik sehari-harinya para karyawan perempuan boleh-boleh saja sih wara wiri di luar ruangannya. Tapi harapan untuk bertemu jodoh via cinta lokasi sepertinya memang agak mustahil ya di Arab Saudi ini hihihi :p. Lah jadi ngomongin jodoh :p.

Terus, sejak tahun 2010 atau 2011, profesi kasir di supermarket besar juga sudah dibuka untuk perempuan. Pas awal saya tiba di Jeddah kan kasirnya laki-laki semua. Kasir perempuan sendiri harus pake cadar. Wajib,jib jib jib! Pakai seragam abaya hitam plus cadar hitam dan hanya boleh melayani customer perempuan atau family (suami istri, atau laki-laki yang datang disertai perempuan).

Kumpul-kumpul di salah satu rumah teman di Jeddah, 2011 😀

Adapun di toko-toko kecil (minimarket atau bakala/toko kelontong), di restoran atau rumah makan mana aja, dan di butik maupun gerai / toko pakaian baik yang stand alone maupun dalam mal, pegawainya hampir 100% laki-laki. Sudah ada perubahan sih jelang saya mau pergi dari sana, bagian “pakaian dalam perempuan” sudah mempekerjakan pegawai perempuan.

Di beberapa gerai kosmetik juga pegawainya sudah banyak yang perempuan. Karyawan toko sama seperti kasir. Pakai abaya dan cadar. Entah deh kalau sekarang sudah berubah aturannya atau belum.

Di sekolah sendiri, aturan pemisahan laki-laki dan perempuan sudah diterapkan sejak grade 2 (kelas 2 SD). Guru-guru untuk girls section ya perempuan semua dan sebaliknya. Aih, kasian, adik-adik jadi gag ngerasain deh serunya cinta monyet hahahahaha *racuuuunnnn :P*

Tempat-tempat kursus juga pasti dipisah. Di universitas apalagi :P. Tapi sekarang di kota Thuwal kan udah ada KAUST, universitas internasional pertama di Saudi yang menerapkan aturan internasional alias bebas merdeka dari aturan-aturan khas Saudi. Denger-denger sih KAUST ini memang mengandung pro dan kontra yang cukup sengit :P.

Kesimpulannya, memang buat yang masih galau-galau dalam urusan percintaan janganlah melabuhkan diri ke Saudi hehehehe, merantau gih ke negara laen :P. Tapi yah, era globalisasi sudah mulai merayap masuk ke Saudi. Sekarang era internet iniiiiii. Mungkin perlahan aturan ini bakal dilindas zaman pula pada akhirnya.

Tapi aturan abaya – nya saya merasa cocok aja sih, lumayan untuk menghemat waktu matching in baju-celana ama jilbab (abaya item tinggal sret-sret pake jadi, cocok ama warna kerudung apa ajah ^_^) dan tidak silau iri-irian penampilan (ama ngiri liat model-model rambut paripurna gitu? :p) hehe.

Abaya mah paling mahal juga warnanya sama-sama hitam :p. Jadi “kompetisi” nya bisa dikurangi hanya di seputar tas, sepatu, ama … kacamata hitam kali kalo di Saudi hahaha. We are girls, what do you expect? :p #elapKacamata.

Geng abaya di Obhur, Jeddah 2012 😀
1 comment
  1. wah menarik banget teh ceritanya.
    Kalo di bidang hospitality lainnya, seperti di perhotelan, adakah perempuan yang bekerja disana? Kalo ada, biasanya dibagian apanya?
    Makasih mbak

Comments are closed.