Time Trax

Kata “salary” berhubungan dengan kata “salt”. Garam.

Di masa lalu, garam ternyata dihargai sangat tinggi. Produksinya masih sangat jarang. Sehingga garam dijadikan alat tukar yang berharga. Dari sinilah, garam pun dijadikan sebagai upah bagi pekerja di masa lampau. Salt, then salary 😀.

pixabay garam

Di masa-masa Inggris kesusahan dalam soal materi, para serdadu akhirnya dibayar dengan … garam!

Garam, Cuuuy. Yang beberapa tahun lalu kalau saya borong daging ayam ke si Gondrong, tukang sayur langganan kompleks, suka dikasih gratis satu bungkus 😀.

Dulunya orang mau bekerja keras supaya dapat sejumput garam buat pelezat makanan kali ya. Sekarang … kasih duit seribu rupiah ke tukang sayur, bisa dapat sebungkus yang dipakai bisa sampai sebulan lebih ^_^. Jangan kebanyakan makan garam, sayangi tekanan darah 😉.

Ternyata, sesuatu yang di masa lalu sangat berharga bisa mengalami pergeseran sangat signifikan seiring perkembangan jalan. Enggak cuma garam.

Yang lebih kekinian misalnya ponsel.

Dulu masih ingat banget saya, kelar gajian bulan kedua di kantor pertama bekerja dulu (gaji pertama habis buat bayar utang hahahaha), langsung beli ponsel. Ponsel Nokia yang sangat hits waktu itu. Bangganya enggak ketulungan. Padahal cuma buat menelepon sama sms doang bisanya.

Nokia jadul :D (gambar : snapguide.com)
Nokia jadul 😀 (gambar : snapguide.com)

 

Sekarang? Beuh, ponsel dipakai nyari duit juga tokcer abessssss hahahaha. Makanye, media sosial jangan dipakai buat baper-baperan ajalah 😉. Banyak betul kesempatan dan keuntungan yang bisa kalian raih selain mikirin isi/makna status, kegiatan dan foto-foto orang lain toh yaaaaaa hahahaha :p #uhuk.

Di sekitar awal abad ke 19, ekonom Thomas Malthus meramalkan bahwa di masa depan dunia ini tidak mungkin menampung banyak manusia. Karena jumlah makanan yang mampu disediakan oleh bumi tidak akan bisa cukup. Ini berkaitan dengan perkembangan manusia = deret ukur vs perkembangan makanan = deret hitung.

Diprediksi bahwa jumlah manusia tidak akan mungkin mencapai 1 milyar orang. Karena keburu makanan tidak cukup. Jadi, akan terjadi kelaparan bahkan perang memperebutkan makanan dan banyak yang meninggal hingga akhirnya manusia enggak terlalu banyak lagi dan makanan cukup. Begitu seterusnya. Intinya, jumlah manusia tidak mungkin melebihi 1 milyar.

Concernnya, “Gimana cara menyediakan makanan untuk manusia sebanyak itu?” Catat ya, di abad segitu orang hanya mampu meramal sebatas apa yang terbayang di saat itu saja 🙂. Mana ada makanan instan/pabrikan zaman segitu 😉.

Jangankan abad ke-18, di awal abad ke-20 pun, Daniel Quinn memperkenalkan istilah “Food Race”. Intinya mirip dengan ramalan Malthus. Cuma fokusnya Quinn berbeda, “Gimana cara membatasi pertumbuhan manusia?”

Lihatlah kini. Jumlah penduduk Cina + India saja sudah 3 milyar kali. Disusul US + Indonesia yang jelas-jelas sudah melebihi angka 600 juta jangan-jangan, ya. Malas googling hehehe.

Kita rebutan makanan sampai perang gitu? Heloooooo, ada Indomie, ya, booooo hahaha. Segala macam rasa dari Sabang sampai Merauke juga ada :p. Makanan pabrikan dari semua lini terus menerus tercipta. Teknologi yang sebenarnya juga berasal dari “kecerdasan” manusia sendiri. Bukan sihir toh yaaaaa :p.

Nah, sama juga dengan prediksi beberapa pihak soal naik haji 😉.

Kata mereka, sebaiknya naik haji itu diubah aja fatwanya menjadi enggak wajib karena di masa mendatang nanti bakal ‘chaos’ bakal begini bakal begitu bla bla bla. Dikait-kaitkan pula dengan pemborosan segala macam endebre-endebre-endebre.

Kompleks jemaah haji di Mina
Kompleks jemaah haji di Mina

 

Belum 50 tahun berlalu lho, saat naik haji itu bisa terlaksana via perjalanan laut saja. Perjalanannya saja bisa memakan sebulanan kali.

Sekarang? Voila! Pakai pesawat yang 10 jam juga enggak nyampe 😉 –> maklum yak, saya pernah bermukim di Jeddah jadi hafal durasi terbang Jakarta-Jeddah hehe.

Mungkin baru lima tahun berlalu saat semua jemaah harus jalan kaki menuju Arafah saat wukuf. Sekarang sudah ada kereta, Kakaaaaa ^_^. Things changed. Many things did change.

Kita meramal begitu wajar sih. Sama seperti Opa Malthus dan Pakde Quinn tadi yang belum terbayang tentang makanan kaleng dan segala macam hihihi. Kita menilai sesuai keterbatasan kita sebagai manusia yang hidup di era sekarang 🙂.

bekerja di luar negeri

Siapalah yang tahu apa yang bisa dicapai manusia di masa mendatang 🙂. Teknologi apa yang sedang dalam proses menunggu untuk ditemukan oleh manusia-manusia di masa depan.

Sebagai muslim, buat saya teori Malthus dan Quinn jelas bertentangan dengan keyakinan saya bahwa Allah yang menjamin rezeki tiap manusia. Ekonom ya boleh saja mengeluarkan berbagai macam teori, tapi faktanya … bukan tanpa dasar Tuhan memilih manusia sebagai khalifah di muka bumi ini 🙂. Sesuatu yang dulu sempat dipertanyakan oleh para malaikat bahkan dilawan oleh kaum iblis.

Saya tidak menantang para ilmuwan lho ya. Ampuuuun. Saya percaya 100% kalau bumi itu bulat lho! #eaaaaa hahaha :p.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

 

Tapi jangan terlalu pesimis terhadap masa depan. Saya sih sepakat kalau umat muslim harus diberi pencerahan soal naik haji. Jangan juga menganggap bahwa meninggal sebelum naik haji itu “terhina” sehingga hanya menghabiskan waktu dan materi di dunia untuk mikirin gimana biar naik haji doang. No, no, bukan itu maksudnya.

Justru karena itu umat muslim jangan malah menjauh dari ilmu pengetahuan muamalah. Jadilah ilmuwan-ilmuwan di berbagai bidang ilmu yang cetar membahana untuk membuktikan pada orang-orang yang tidak lagi percaya pada agama bahwa agama dan kehidupan dunia itu bukan 2 hal yang bertentangan.

Kejar ilmu dunia untuk kemaslahatan bersama bukan untuk kafir-kakfirin orang lain huhuhu.

Challenge what the future holds, yes? 😉.

Belajar juga dari sejarah garam tadi. Jangan suka takut dan galau soal sumber energi yang katanya mulai menipis.

Di awal tahun 2000 an, produksi minyak dunia dan hasil tambang ditakutkan tidak akan mencukupi kebutuhan dunia lagi. Orang dilanda kekhawatiran dan minyak dunia dianggap penting banget.

Kalau sudah kerja di perusahaan minyak atau tambang, beuuuhhh, kayaknya sudah akan bahagia sampai 7 turunan hehehe.

Sadar tidak, beberapa tahun terakhir ini baik tambang dan minyak dunia terus merosot popularitasnya 🙂. Kendaraan listrik mulai menuai pamor di berbagai tempat. Energi baru mulai ditemukan.

Roda pedati ya, teman-teman. Dunia ini berputar seperti roda pedati. Jangan jumawa pun jangan pesimis. Ada gilirannya siapa yang di atas siapa yang di bawah.

Tugas kita cuma berusaha dan berprasangka baik pada Tuhan. Selalu <3.

Have a nice weekend ^_^.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com
2 comments
  1. Mbak Jihan, salam kenal, baru main ke sini dan langsung suka sama tulisannya. Memang ada alasan luar biasa kenapa manusia dijadikan khalifah ya Mbak. Jaman berubah dan pemikiran manusia selalu berkembang. Optimis banget baca tulisannya. Salam kenal dan have a nice weekend Mbak Jihan. 🙂

    1. Terima kasih, Mas. Salam kenal juga 🙂

Comments are closed.