Kekerasan pada Anak : Hukuman Fisik di Sekolah, Yay or Nay?

Kekerasan pada anak : Setelah sekian lama kita ceritanya nih “berdakwah” tentang bahanya bullying terhadap anak dan “berfatwa” tentang sikap kita yang kontra terhadap hukuman fisik, saya benar-benar jadi bingung dengan reaksi banyak pihak terhadap kasus guru SMP yang dilaporkan ke polisi itu.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

Okelah, dilaporin ke polisinya LEBAY pake banget.

Cuma, mengapa kritikannya justru terkesan memuja-muja cara guru kita tempo dulu yang tidak segan-segan menggunakan hukuman fisik untuk mendisiplinkan murid?

Banyak yang nyinyir betapa lebaynya generasi sekarang dan betapa hebatnya kita yang dulu pasrah kalau digebukin sama guru-guru? Yaela, dicubit doang, kata mereka. Kita mah dulu sampai digamparin juga takut ngadu ke orang tua.

Seriously? Kalian tidak keberatan anak kalian dapat hukuman fisik dari guru-gurunya? Sementara kita, sebagai orang tua kandungnya, berusaha keras menghindari hal-hal seperti ini bahkan kata-kata kasar pun katanya sebaiknya dihindari????

Hampir 2 tahun lalu, saat anak kedua saya masuk preschool di usianya yang ke-3 tahun…bentar, apaaaaaaa, usia 3 tahun sudah masuk sekolah?

Sabaaaaar, tahan dulu nyinyirnya hahaha. For info, ya di sini memang aturannya gitu. 3 tahun sudah boleh masuk preschool. Bukan gaya-gayaan ortunya punya banyak duit apa gimana wong sekolahnya gratis kok hahaha :p.

Iyessss, tidak semua negara Eropa punya sistem pendidikan ala-ala Finlandia yang konon sampai kelas 6 pun enggak ada peer. Kalau sekolahnya kayak gitu, saya keluarin deh anak saya dari sana hahaha :p.

Di beberapa negara, termasuk UK dan Ireland, anak umur 4 tahun sudah diajarkan membaca, menulis dan berhitung 😉.

Balik ke preschool tadi.

Saya bingung waktu harus menandatangani pernyataan yang kira-kira isinya begini, “Apakah orang tua mengizinkan guru untuk mengganti baju si anak kalau si anak misalnya tidak sengaja buang air kecil dan mengotori bajunya?”

Saya heran. Ya bukannya itu bagian dari tugas guru ya, apalagi ini anak-anak umur 3 tahun. Apa maksudnya sudah harus dilatih mandiri?

Bukan begitu ternyata alasannya 😀.

kekerasan pada anak

Guru-guru tidak boleh sembarangan melakukan kontak fisik terhadap anak-anak. Benar juga ya. Tahu kan soal maraknya kekerasan fisik kepada anak termasuk kekerasan seksual.

Nah, di sini memang dijaga banget tuh interaksi fisik antara guru dan anak apalagi kalau gantiin celana kan harus bersentuhan dengan bagian-bagian “intim”. Itu kita harus tanda tangan lho dalam urusan yang kita anggap sepele ini 🙂.

Saya sendiri memutuskan untuk tanda tangan. Sekolahnya jauh boooo hahaha. Kalau dia pipis dan eike harus datang sendiri gantiin celananya, halamaaaaak :p.

Ya dibayangkan sendiri, “ditolongin” gantiin baju saya butuh surat pernyataan khusus apalagi mau sembarangan nyubit-nyubit anak orang.

Kedisiplinan tidak dibalas dengan kekerasan fisik. Di sini mulai kelas 1 SD ada istilah “stamp”. Tiap hari normalnya tiap anak mendapatkan 3-5 stamp tergantung tingkat kelas. Kalau mereka lupa pakai dasi misalnya, mereka akan kehilangan 1 stamp. Berbicara saat guru lagi ngomong, kehilangan 1 stamp. Enggak ngerjain peer, kehilangan 1 stamp. Terlambat masuk sekolah kehilangan lagi 1 stamp.

Maklum ya sekolah Katolik kan memang terkenal disiplin 😉. Tapi saya malah demen yang disiplin-disiplin begini ^_^.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

Walau guru dan staf sekolah banyak, orang tua juga harus aktif di sini. Duh, ini saja anak saya yang TK tiap minggu ada acara bermain bersama orang tua selama sejam di sekolah. Kita harus datang mendampingi anak kita di sekolah mengerjakan beberapa aktivitas.

Nanti tiap akhir sesi dicerahamin soal pentingnya orang tua mendampingi anak di rumah. Ish, Bu Guru tahu aja emaknya doyan fesbukan di rumah hahahahaha :p.

Disiplinnya bukan ke arah nilai harus bagus atau gimana lho ya. Itu sih tidak terlalu dipikirin hehehe. Toh enggak ada rengking dan award-award an terkait prestasi akademis 😉.

Yang jelas, tidak ada hukuman fisik sama sekali.

Anak kita enggak sengaja terjatuh keserimpet pas main dan menimbulkan luka kecil di bagian tubuh tertentu saja gurunya sampai sorry-sorry berkali-kali kepada orang tua. Apalagi kalau dilukai oleh temannya, itu pernah ada orang tua yang mengamuk di sekolah dan kepala sekolah sampai turun tangan. Hal ini dianggap sebagai kelalaian guru dan aparat sekolah.

Kalau berkelahi ya “diamankan” dan orang tuanya dipanggil untuk konsultasi bukannya digebukin balik lho yaaaaaa hahaha. Nah, ini kok ya ada yang bangga dulu katanya pas berantem ditempeleng sama gurunya -_-.

Tentu saja, kita tidak bisa gebyah uyah, “Amboiiii enaknyo tinggal di Eropa. Emang nih Indonesia parah abis. Ancur dah pokoknya. Ancur, ancur, ancur!!! Siapa sih presidennya?” ‪#‎eaaaaaa‬. Capek deh hahahaha :p.

Ya kita harus lihat-lihat sikon jugalah. Misalnya perbandingan jumlah murid dan guru. Gaji guru yang masih kembang kempis against their big responsibility in school. Fasilitas sekolah yang memang masih menyulitkan kedisiplinan model begini diterapkan secara sempurna.

We really need a real hard work regarding this, dari pemerintah dan dari masyarakat tentunya 🙂. Gaji guru dan segala macam hal terkait kan efeknya bisa ke mana-mana dan itu bukan persoalan sederhana.

Tapi apa iya, keterbatasan ini membolehkan kita membela si Ibu Guru secara “membabi buta” begini? 🙂. Memangnya kalau dia gajinya kecil, kerjanya susah then it will be fine kalau dia mau nyubit-nyubitin anak kita kalau lagi kesal. Wong anaknya juga yang salah kok. Begitu ya?

Yawdah, gak usah capek-capek bikin gerakan anti bullying di sekolah ajalah kalau gitu :p. Diperjuangkan sendiri ya dilanggar sendiri, zzzzzz -_-.

Gambar : pixabay.com
Gambar : pixabay.com

***

3 comments
  1. Maaf mba, sekedar koreksi, kami tinggal di finland, dan di sekolah anak anak kami tiap hari ada PR nya

    1. Tempo hari ada kabar katanya PR mau dihapuskan sampai kelas 6. Rame tuh dishare emak-emak di FB hihihi

  2. Lihat saja di Tatip sekolahnya. Kalau ada point yang menyebutkan, misal anak tidak tidak disiplin ketika upacara bendera, dihukum lari keliling lapangan 10 kali, ya laksanakan saja.. Kemarin anak saya juga kena hukuman lari lapangan 10 kali karena ketawa-ketawa ketika senam akan dimulai.

Comments are closed.