Perempuan Indonesia di Arab Saudi … Jangan Sensi! ;)

Kisah tentang perempuan Indonesia di Arab Saudi ini berdasarkan pengalaman pribadi tentu saja 😉. Macam kisah antara Arab Indonesia :D.

Indonesia di mata Saudi (mungkin juga di kebanyakan negara Timur Tengah yang membuka pintu gerbangnya buat TKI informal) = negara pembantu! Hehehe. Suka enggak suka ya kenyataannya begitu terus gimana dong? ;).

 

Sebenarnya sektor informal yang tersedia di Arab Saudi bukan cuma ranah domestik rumah tangga seperti pembantu rumah tangga dan supir pribadi (yang sedihnya memang didominasi oleh bangsa kita 🙁 huhu). Tapi ada juga penjaga/pelayan toko, pelayan restoran cepat saji, cleaning service di perkantoran, cleaning service di rumah sakit, supir ambulans, supir buat delivery services… hmm, apalagi ya? Pokonya banyak lah.

Gambar : berita.plasa.msn.com
Gambar : berita.plasa.msn.com

Tapi kenapa cuma PRT dan supir pribadi yang banyak menyedot TKI informal asal Indonesia?

Alasan utama mungkin … kendala bahasa. Biarpun termasuk sektor informal, pekerjaan lain yang saya sebutkan belakangan rata-rata butuh kemampuan berbahasa Inggris, bukan cuma bahasa Arab. Apalagi di Jeddah yang rasa-rasanya memang lebih banyak warga pendatang dibanding penduduk asli Saudi.

Dalam hal berbahasa ini, TKI informal asal Filipina, India, Pakistan (=FIP) memang beberapa tingkat di atas kita. TKI informal asal Indonesia kebanyakan memang oke dalam hal berbahasa arab, tapi bahasa inggris? :(.

Alasan kedua (yang mungkin merupakan imbas dari alasan pertama tadi) adalah kemampuan berkomunikasi dengan sekitar yang berpengaruh pada networking juga, lho. Kelihatan bener deh pedenya orang-orang FIP jauuuuuh d iatas TKI kita. Ini masalah mental atau apa ya? Atau mungkin juga mereka memang ‘persiapan’ nya lebih matang. Konon, PJTKI (Indonesia) suka ‘main belakang’ dan kurang disiplin dalam pembinaan bagi para calon TKI yang dikirim? Enggak terlalu berani banyak omong, enggak punya bukti  langsung soalnya 😀.

Dari tadi kok Malaysia enggak disebut? Ho ho ho, jangan salah! Warga Malaysia itu lebih disegani di Saudi. AFAIK, bukan cuma di Saudi sih, secara umum di Timur Tengah, orang Malaysia termasuk figur “Asia” yang disegani.

Iyalah, di Saudi, Malaysia tidak mengirimkan tenaga kerja sektor informal. Minimal level teknisi, dan tidak ada sama sekali TKW asal Malaysia di sini! Begitulah faktanya, memang pamor orang Malaysia secara internasional lebih oke ;).

Ada enggak sih TKI kita yang bekerja di sektor formal?

Ya ada dong aaaah :D. Ini contohnya suami tercinta si penulis postingan ini hehehe. Suami saya adalah seorang telco engineer semasa di Jeddah. Tapi dibandingkan dengan jumlah TKI informal ya jauh perbandingannya. Persentase pekerja formal asal Indonesia sangat kecil dan kurang ‘kedengeran’.

Jadi, ‘jangan sensi’ ini  juga berlaku untuk anda kaum pria kalau tahu-tahu ada yang ngomong, “Wah, baru tahu saya kalau orang Indonesia juga ada yang jadi engineer di sini” :D. Atau ujug-ujug ditanyain, “Kamu supir di mana?” *ngakakGulingGuling*.

Dengan melihat kenyataan-kenyataan di atas, jangan heran kalau anda adalah seorang wanita Indonesia yang tinggal di Jeddah akan sering mendapat perlakuan yang ‘istimewa’ yaitu … dianggap pembantu! Hahaha *ngakakStres*.

Buku saya tentang Kota Jeddah, "Memoar of Jeddah"
Buku saya tentang Kota Jeddah, “Memoar of Jeddah”

 

Bukan itu saja ‘cobaan’ yang harus dihadapi :p, kalau anda seorang wanita Indonesia dan kebetulan bisa berbahasa Inggris, itu juga bukan hal biasa di Arab Saudi. Atau jika berpenampilan rapi dikit disangkain orang Filipina atau Malaysia. Jangan lupa, secara fisik, Filipina itu memang mirip banget dengan orang Indonesia, apalagi Malaysia 😉.

Waktu awal-awal saya pernah bilang ke suami, “Kampungan banget sih orang-orang sini, banyak kaleeee cewek Indonesia yang bisa ngomong Inggris. Norak!norak!norak!” Hahaha.

Waktu melahirkan di Jeddah tempo hari sampai bete saya menerangkan ke orang-orang di rumah sakit kalau saya asli Indonesia. Jadi bukan karena kulit gw yang kuning langsat makanya saya disangka orang Filipina, tapi karena saya selalu berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Abis mau ngomong pakai bahasa apa dong? Bahasa Arab saya kan pas-pasan dan so pasti mereka enggak bisa bahasa indonesia kan? 😉.

 

Pepatah “don’t judge a book by its cover” juga enggak terpakai sama sekali. Indeed, perlakuan sehari-hari yang kita terima tentu saja berbanding lurus dengan apa yang menempel di badan kita 😉. Untung saja dengan tampang saya yang by default sudah jutek dari sananya dan suara yang bariton nan terkesan galak, suster-suster Filipina di rumah sakit enggak berani macam-macam biarpun kemana-mana saya selalu bermodalkan abaya ‘biasa-biasa saja’.

Tinggal di Jeddah Arab Saudi
Main sama bocah di Corniche – Jeddah, 2012

 

Memang, banyak pula ibu-ibu Indonesia yang kebetulan suaminya pekerja formal memilih untuk meng’upgrade’ penampilan 😉. Pake tas-tas mahal, pake abaya keren-keren (ada yang abayanya rata-rata berharga 500 sr ke atas, ihiiiiyyy…pinjem dooong hahaha). Pakai jilbab pun yang sebisa mungkin ‘beda kelas’ dengan jilbab yang dikenakan para ‘bibik/embak’ di Saudi.

Aduh, kalo saya sih, mungkin karena pada dasarnya pelit dan keras kepala rendah hati dan tidak sombong, memilih cara yang lebih murah rajin latihan TOEFL biar grammar makin oke dan melatih aksen bahasa Inggris biar tambah keren hahaha.

Sok intelek banget sih loooooo. Emang intelek boooo :p. Karena yesss, biarpun pembagian kasta berdasarkan penampilan merajalela di Arab Saudi, once they knew you can speak english, they would instantly respect you more ;). Norak, ya? Hahahaha :p.

Kesimpulannya, ya balik lagi, kalau kebetulan berstatus ‘perempuan asal Indonesia’ dan tinggal di Arab Saudi, sesuai judul : Jangan Sensi! ^_^

Santai sajaaa ;). Tanggapi semuanya baik-baik, ingat bangsa kita juga terkenal karena keramahan dan senyum manis nya looohhh *nyengirManis*. Biarpun awalnya pasti bete berat yah, dulu di Indonesia rasanya kece-kece saja masa di sini disangkain pembantu hahaha.

Kalau mereka bilang : “Malaysia? Filipina?” Enggak usah emosi. Kan tinggal dijawab saja : “Oh bukan, saya Indonesia.”

Terus kalau dilanjut lagi, “Loh kok bisa bahasa Inggris?” Respons saja, “Ya bisa dong, enggak salah kan?” Biasanya bakal diterusin dengan, “Wah saya baru tahu ada perempuan Indonesia yang bisa bahasa Inggris, jarang-jarang tuh.” Jawab lagi, “Oo, banyaaak. Mungkin belum pernah ketemu saja” Dan seterusnya…dan seterusnya… :D.

Kesannya horor amat yaaa, ribet amat?

Jangan sensi dong saudari-saudari sebangsa dan setanah air ;).

Perempuan Indonesia di Arab Saudi arab indonesia
Berakhir pekan di Corniche Road, Jeddah ^_^

 

Sesungguhnya ada buanyaaaak hal positif di Saudi yang lebih menyenangkan. Anggap saja buat melatih mental, dan biar mereka jadi tahu bahwa perempuan indonesia juga keren-keren. Bukan cuma pekerja domestik rumah tangga saja yang lahir di sana *kedip2SokManis*.

 

Di Saudi mungkin sering di’remeh’in tapi jangan lupa, di sini harga-harga makanan sangat bersahabat, cari asisten rumah tangga gampang tidak seperti umumnya di luar negeri yang lain, makanan indonesia merajalela (dari yang kelas warteg  hingga yang kelas hotel), katering-katering bergelimpangan dengan harga oke, manalagi mal-mal besar buat cuci mata hihi, harga bensin mureeee *tepukTangan*. Harga mobil juga murah.

Bisa piknik setiap weekend ke luar kota, lihat pemandangan padang pasir yang eksotis ^_^. Pokoknya kenikmatannya jauh lebih menonjol lah timbang terus-terusan makan hati karena disangkain pembantu! Hahaha.

Oiya, ini lho role model mamak-mamak Indonesia yang “tabah” menghadapi “sengit”nya kehidupan ala perempuan Indonesia di Arab Saudi #eaaaaaaa hahaha :p.

Kehidupan perempuan Indonesia di Arab Saudi
Anak baru satu, yang nomor 2 dalam perut ;).
3 comments
  1. hahaha.. waktu masih kerja di travel umroh dulu, lumayan sering disapa sama sesama orang Indonesia, dan ujung-ujungnya ditanya: Majikannya di mana, mbak??

    susah nihhhh punya tampang pembantu 😀

  2. hahaha.. waktu masih kerja di travel umroh dulu, pas lagi nunggu waktu solat di masjidil haram lumayan sering disapa sama sesama orang Indonesia, dan ujung-ujungnya ditanya: Majikannya di mana, mbak??

    susah nihhhh punya tampang pembantu 😀

    1. Hoahahahahahaha…sama jemaah haji/umrah ya? Anakku malah pernah dikasih duit tuh, disangka anak pembantu hahahahaha :p

Comments are closed.