People We Haven’t Met Yet (7)

Sebelum baca yang ini, tengok yang bagian 6-nya dulu ya di sini biar enggak kejang-kejang duluan hahahaha.

***

Saya mendarat di Bandara Internasional Imam Khomeini di puncak musim panas tahun 2009. Namun, sisa-sisa musim dingin masih menyajikan pemandangan salju di puncak-puncak perbukitan yang mengelilingi Kota Teheran.

Waktu itu, Mbak kita yang satu ini masih bercita-cita melihat salju. Jadi, dari balik kaca besar yang memenuhi seluruh dinding ruang tengah apartemen, saya kerjaannya liatin salju melulu hahaha.

Pertama kali saya tahu kalau ternyata di Timur Tengah pun ada salju.

Gambar : theiranproject.com
Snow in Tehran, gambar : theiranproject.com

Walau kotanya tua dan minim bangunan mewah nan tinggi, bersihnya jangan ditanya. Dibanding Kota Athlone ini pun, Teheran masih juara rasanya.

Konon, “Kalau ada 10 perempuan Iran lagi jalan bareng, 9 diantaranya pasti cantik.” Itu ilustrasi yang pas untuk menggambarkan betapa kece-kecenya cewek-cewek Persia hehehehe. Emang cantik ya boooo, untung cepet-cepet nyusul suami nih hahahaha :p.

Perempuan di Iran juga wajib berpakaian tertutup tapi modelnya lebih ‘bebas’. Tidak harus ber-abaya, seperti misalnya di Arab Saudi. Yang penting bajunya longgar dan menutupi area paha, di atas lutut sedikit boleh. Celana panjang enggak masalah. Tapi namanya perempuan, banyak juga yang bandel hehehe.

Di Saudi juga sama. Ada lho model abaya ketat melekat gitu ;).

Soal tutup rambut, di Iran masih boleh kerudung-an yang jambulnya kelihatan sedikit hihihi. Di beberapa tempat umum, ada semacam “polisi Syariah” yang berjaga-jaga, menegur perempuan yang bajunya agak “melenceng”. Tapi tenang saja, biasanya mereka enggak rewel ke orang asing.

Soal warna baju juga mirip dengan Saudi. Sebisa mungkin di Iran berpakaian hitam-hitam, tapi dalam praktiknya yang warna-warni juga banyak. Bukan hitam pun, mayoritas warna gelap sih.

Tidak sedikit perempuan di Teheran suka dandan menor-menor. Ampun dah, lipstiknya merah membara dengan blush on tebel-tebel :p. Belum lagi poni disasak tinggi-tinggi pakai anting-anting gede karena kerudungnya enggak nutup kuping. Tapi yang pakai chador (baju perempuan khas Iran), baju hitam panjang mirip abaya tapi jauh lebih longgar, juga banyak.

Gambar : touchIran.com, news.bbc.co.uk, reuters.com
Gambar : touchIran.com, news.bbc.co.uk, reuters.com

Kalau di Saudi perempuan enggak boleh nyetir, di Teheran, embak-embaknya kalau nyetir gila-gila, Ceu! Hahahahhaha. Ngeri aja kalau mau menyeberang jalan di perempatan Vanak Street.

Saya suka jajan kue-kue manis di seberang jalan di area Vanak Street. Awalnya saya bingung gimana cara menyeberangnya. Lampu merah saja suka diterabas di Teheran -_-. Saya dinasihati oleh salah seorang lokal sana.

Katanya, kalau mau menyeberang, enggak usah lihat kiri kanan, jalan saja maju, nanti mobilnya berhenti sendiri. Ajegile! Horor amat! Hahaha. Kalau telat menginjak rem gimana? *ngelapJidat*. Makanya, saya kalau mau menyeberang tunggu ramai dulu. Lalu, saya ngintilin di samping orang-orang yang sama-sama mau menyeberang jalan hihihi :p.

Hal lain soal budaya ke-perempuan-an di Iran adalah soal dukungan terhadap ibu bekerja. Separasi ruang publik untuk laki-laki dan perempuan juga terasa banget di Iran. Bedanya, Iran punya transportasi publik yang lumayan bagus ;). Gak mesti ke mana-mana naik mobil sendiri walau pun Iran juga raja minyak, lho. Di Iran, harga BBM juga terbilang murah.

Separasi laki-laki dan perempuan di Iran itu sifatnya woman only vs Family. Jadi perempuan boleh bepergian tanpa kerabat laki-laki tanpa perlu umpel-umpelan di bus atau di subway/metro. Bujang-bujang yang pergi bareng tanpa perempuan silakan masuk gerbong/area untuk Family.

Tehran Subway Station (Gambar : wikimedia.org)
Tehran Subway Station (Gambar : wikimedia.org)

Kalau di Saudi, separasinya … single vs Family. Single ditujukan buat bujang laki-laki. Perempuan yang bepergian tanpa laki-laki (which is legally enggak boleh di Saudi) silakan gabung di area Family.

Waktu di Iran, anak saya baru satu, si sulung yang usianya sekitar satu tahun .Karena dia anaknya grasak grusuk tingkat tinggi dan menikmati berada di keramaian jadilah saya masukkan ke daycare. Buat nyari teman saja. Karena bingung di apartemen mau main sama tetangga yang mana hehehe.

Di daycarenya ya saya temenin saja. Yang penting dia ketemu teman-teman baru. Benar saja, hari pertama dia sudah melesat bak anak panah dari gendongan saya hihhi. Sama sekali tidak canggung, menghampiri anak-anak Persia dan ikut main bola bareng :D. Saya juga senang dapat teman ngerumpi hahahaha :p.

Saya mengobrol dengan ibu pemilik daycare. Saya terus terang kurang suka karena beliau terkesan meremehkan saya, “Kamu anak baru satu kok enggak kerja saja? Ngapain saja tuh di rumah? Padahal bisa bahasa Inggris. Masa enggak mau kerja?”

Inginnya sih nyolot balik, “Gimana ya Bu, enakan ngupil di rumah, hambur-hamburin gaji suami. Gaji suami saya gede, lho!” Hahahahaha. Becanda :p.

Nyatanya, pemikiran model begini bukan hanya di Iran saja.

Dari pengalaman saya, baik perempuan Iran maupun perempuan Mesir dan perempuan Saudi, yang pernah berkomunikasi langsung dengan saya, yang lebih sering mencecar, “Kok lulus kuliah malah enggak kerja? Tuh, bisa bahasa Inggris, kok di rumah saja?”

Apa mungkin karena stigma mereka tentang kondisi negara Asia Tenggara ya? Dikiranya kita datang ke Timur Tengah buat ngemis ke mereka hehehe. Disangka Indonesia semiskin apa :p.

Kalau perempuan Saudi mungkin lebih bisa saya maklumi karena mereka memang terbatas akses pendidikannya. Ya malas aja, wong lahan pekerjaan masih mendiskriminasikan mereka. Tekanan sosial terhadap perempuan bekerja masih tinggi.

Nah, Iran sama Mesir lebih norak! :p. Dikiranya mungkin perempuan berpendidikan tinggi masih jarang di Indonesia. Makanya, bagus juga kalau Indonesia itu jangan kebanyakan mengirim TKW informal. Kasihan nih, kita-kita yang dituduh perempuan pemalas hanya gara-gara enggak ikutan nyari duit secara “formal” hahahaha.

Buat kita orang Indonesia, walau memang perselisihan antara ibu di rumah vs ibu bekerja masih ramai, tapi ya tidak terlalu aneh rasanya ada ibu di rumah yang sekaligus lulusan perguruan tinggi ternama dan punya skill formal mumpuni yang milih ngupil-ngupil di rumah aja pas suami di kantor dan anak-anak di sekolah kan? Hahaha :p.

Gambar : en.wikipedia.org
Gambar : en.wikipedia.org

Hal unik lainnya di Teheran adalah hobi pasangan muda mudi mojok di banyak sudut taman kota yang memang dibangun secara serius di banyak wilayah Teheran. Di area taman yang sepi, sering lho mendapati semak bergerak-gerak yang pas dilewatin, ternyata ada sepasang pria dan wanita muda lagi duduk lengket-lengketan hahahahaha.

Iran juga ketat soal hubungan laki-laki dan perempuan di tempat publik. Kegiatan selevel pacaran ya mana boleh. Pengawasan juga lumayan ketat dengan wara wirinya “polisi Syariah” di banyak tempat umum.

Tapi ya mau sebanyak apa sih menyebar polisi Syariah kalau kesadaran itu dibentuk atas dasar paksaan dan kekangan ;). Anak muda yang pada dasarnya hobi main api ya nemu aja celah-celah semak buat sekadar ngobrol berdua, duduk empet-empetan *ihiiiiyyyy*. Mana taman-taman di sana memang segede-gede gaban.

Lupakan dulu yang lagi indehoy, karena taman cantik model begini adalah anugerah bagi keluarga Gober yang kikir ini hahahaha. Enggak pusing mau cari cara nyenengin anak. Ajak saja ke taman, Sudah lengkap dengan kebun binatang mini, bunga-bunga dan tetumbuhan yang dirawat serius tumbuh subur di berbagai sudut, plus taman bermain gratis yang dilengkapi aneka rupa mainan buat anak-anak ^_^.

Taman Sai di Teheran, Iran (gambar : panoramio.com, by Behrooz Rezvani)
Taman Sai di Teheran, Iran (gambar : panoramio.com, by Behrooz Rezvani)

Konon, taman-taman cantik itu termasuk hasil kerja keras mantan Pak Walikota yang sukses melaju menjadi Presiden hingga 2 periode. Waduh, jangan-jangan … ah enggak ah, nanti kaum cebong kesenengan hahahaha :p.

Secara yaaaa, Teheran modelnya mirip kota-kota di Eropa pada umumnya. Jarang ada mal gede-gede. Jadi, hiburannya banyakan outdoor.

Sekarang bahas laki-lakinya. Saya suka geli kalau melihat laki-laki jalan bareng sambil pegang-pegangan tangan dan rangkul-rangkulan hihihi. Itu bukan kebiasaan umum di budaya Indonesia kita kan ya?

Hubungan antar laki-laki di Teheran memang terbilang “mesra”. Ketemu saja bisa cipika cipiki dengan heboh. Ternyata, kebiasaan itu bukan hanya milik kaum Persia, orang-orang Arab juga begitu ternyata. Malah menurut suami saya, India dan Pakistan juga tidak masalah laki-laki saling bersentuhan atau pegangan tangan kalau jalan bareng. Penasaran saja, apa lagi-lagi ini karena budaya patriarki tadi kah? HIhihihi. Sotoy! :p.

Atau karena di wilayah-wilayah ini, percampuran antara perempuan dan laki-laki masih dianggap “tabu” jadi aja mereka jadi lebih dekat dengan sesama laki-laki? Hihihi.

Taman Mellat di Teheran Iran
Taman Mellat di Teheran (gambar : en. wikipedia.org)

Yang jelas, bukan karena faktor agama! Karena India kan mayoritasnya Hindu. Dan di sana tuh, kondisi “keamanan” untuk kaum perempuan di tempat umum masih memprihatinkan :(.

Kesulitan bahasa menjadi salah satu kendala terberat tinggal di Teheran. Walau sama-sama menggunakan huruf hijaiyah, bahasa resmi Iran adalah Bahasa Farsi, bukan Bahasa Arab. Bedanya lagi, bahasa Farsi mengenal huruf P, bentuknya seperti huruf Ba, tapi titiknya ada tiga di bawah.

Iran tidak terlalu terbuka pada para pendatang. Makanya, pendatang di Teheran tuh mudah mencuri perhatian. Sebelnya, cukup sulit menemukan orang lokal yang bisa berbahasa Inggris. Saya pernah membeli pizza di sebuah warung lokal hanya modal bahasa isyarat dan tunjuk-tunjuk menu hahahahaha. Nama warungnya justru lucu, sok-sok bule dengan memajang plang bertuliskan “UFO Pizza”, zzzzz -_-.

Jangan harap ketemu gerai-gerai standar macam KFC, McD dan Pizza Hut di Teheran. Gak ada! Mereka punya sih ayam goreng sejenis KFC atau McD tapi merek lokal. Enak juga sih. Coca Cola juga tidak ada. Tapi minuman sejenis banyak bikinan lokal.

Kendaraan yang lalu lalang di jalan juga banyak merek lokal. Iran lumayan juga. Kena embargo malah jadi lebih mandiri hehehe. Nah, kalau di Jeddah, senang cuci mata lihat mobil mewah lalu lalang di jalanan. Warna-warnanya gonjreng dan atraktif :D. Di Teheran, mobilnya dekil-dekil dan seperti mobil tua. Sama kayak di Irlandia hahaha :p.

Soal duit juga ribet di Iran. Di sana, ATM-nya tidak bisa menggunakan kartu jenis Visa atau Mastercard. Pendatang juga tidak leluasa buka rekening lokal. Suami saya gajiannya seru banget. Jadi berbaris gitu terus dibagiin amplop satu persatu, hahahahaha. Semua pekerja asing kayak gitu, level formal sekali pun :p.

Kontrak kerja pakai USD tapi terimanya dalam bentuk Euro. Jadi, nominal gaji berubah-ubah tergantung kurs Euro terhadap USD. Transfernya juga ribet. Tapi sebenarnya dalam peredaran sehari-hari, USD juga tetap boleh digunakan.

Urusan public service, orang Persia juga mirip dengan orang Arab, enggak ada ramah-ramahnya huhuhu. Malah Teheran parah karena ada kendala bahasa. Sempat butuh ke rumah sakit karena anak saya kena sakit mata. Sampai minta tolong ke KBRI buat ditemenin daftar di klinik hihihi.

Dokternya sih ramah ^_^. Surprisingly, harga obat juga murah banget di Iran. Tapi di Iran ini tapi mayoritas harga mahal-mahal. Yang terbilang murah hanya beberapa kebutuhan pokok. Misalnya roti, gandum, susu, tepung, dan itu tadi…obat :D. Sisanya sih, bikin pijet-pijet kening, deh hehe.

Soal kehidupan sosial, Saudi jelas lebih homogen. Karena di Teheran ya bebas-bebas saja berdiri rumah ibadah non Islam. Kalau di Saudi kan tidak boleh, ya. Hanya boleh ada masjid hehehe.

Sinagog juga ada di Teheran. Rabi-rabi yang pakai topi kecil khas Yahudi juga rasanya pernah papasan. Pemerintah Iran, wewotnya sepertinya hanya kepada pemerintahan Israel dkk :D. Ya enggak jauh-jauh dari urusan minyak dan duit lah :p.

Soal Sunni-Syiah waktu itu belum terlalu terasa sih. Jadi saya juga enggak terlalu merhatiin. Yang jelas, kalau shalat Jumat, suami saya shalatnya di gedung KBRI bukan di masjid umum. Mereka shalat jumat di lapangan tertentu saja kata suami. Suami juga takut-takut sih memperlihatkan identitas Sunninya hehehe. Walau selama di sana ya memang tidak diapa-apain.

Soal alquran beda ya jelas hoax. Di apartemen umumnya sudah disediakan alquran sama batu kecil something oleh landlord. Batu itu katanya buat sujud. Penganut Syiah sujudnya harus pakai batu/tanah dan semacamnya. Kira-kira begitulah. CMIIW ya.

Alquran-nya normal. Enggak setebal tuduhan orang-orang. Ukuran sama dan pas dibaca-baca ya nama surahnya sama. Saya bukan hafizah sih ya jadi enggak bisa bandingin ayat per ayat :D.

Saya di sana di masa-masa Pilpres sedang berlangsung. Konon, kemenangan Ahmadinejad di periode ke-2 bikin “lawan politik” luar negerinya bete. Jadilah itu ramai-ramai bikin berita hoax soal berita hasil Pemilu di Teheran.

Kota Teheran Iran
Lovely Teheran (gambar : commons.wikimedia.org)

Saya kan jadi bingung. Rasanya di Teheran biasa-biasa saja tapi berita di CNN, BBC, Al Jazeera dkk sudah kayak kerusuhan berdarah-darah. The power of media ya. Kasihan sih dengan kerabat di Indonesia. Ibu mertua ribut nyuruh suami pulang hahahaha.

Padahal masalah yang menjerat kami bukan soal itu. Tapi kena tipu oleh agen yang merekrut suami. Sampai suami overstay dan status tinggalnya terhitung ilegal. Lumayan menguras emosi menghadapi situasi saat itu. Ketambahan lagi kisruh politik jadi bikin tambah stres dah.

Ahmadinejad bisa dibilang Koppig versi Iran hahahaha :p. Beliau kaku dan tidak kenal kompromi. Sebenarnya, di kota-kota besar di Iran seperti Teheran, Ahmadinejad kurang disukai. Apalagi oleh kaum muda di Teheran. Dianggap terlalu konservatif.

Tapi katanya, di kota-kota kecil dan di pedalaman, Ahmadinejad masih didukung penuh oleh mayoritas rakyat saat itu. Wallahu alam lah, gak paham situasi politik. Namanya juga mamak-mamak ya, yang diterawang ya urusan seputar per-daster-an aja hahahaha.

Sayang ya, waktu itu suami belum hobi fotografi dan banyak masalah dengan agen jadi kami gak puas jalan-jalannya. Padahal Persia merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Tidak banyak rekaman gambar untuk bersaksi betapa indahnya Kota Teheran <3. Ya fotonya masih banyakan muka emak dan anak -_-.

Soal pekerjaan, untunglah gaji tetap lancar dibagiin dalam amplop tiap bulan hihihi. Somehow, we managed to get out from there, safe and sound 😀. Dari sanalah, suami akhirnya keterima bekerja di Jeddah. Berakhirlah episode Teheran di awal musim gugur di tahun yang sama :).

Saya rasa sih, Iran sama Arab Saudi banyak samanya daripada bedanya. Bedanya cuma di masalah Sunni-Syiah. Tapi hobi maksanya sama saja hehehe :p. Sama-sama tajir minyak juga jadi mungkin masing-masing merasa berhak menjadi “raja” di Jazirah sana :p.

Enakan jadi orang Jepang kali ya, kekuatan negeri ada di sumber daya manusia ;). Manusia yang seharusnya menjadi kekuatan terbesar sebuah negeri, bukan intan berlian, bukan minyak dan tidak juga hasil non tambang lainnya.

Apa karena itu ya, hikmah mengapa manusia dipilih menjadi khilafah di muka bumi ini? Kita ini khilafahnya, kita ini koordinator yang harusnya mengatur, kok malah diperbudak oleh materi? ;).

***

6 comments
  1. Keren banget tulisannya Mba.. Aku membacanya sambil berdecak kagum..ternyata di Iran itu lumayan modern.. banyak tempat2 publik seperti taman kota yang sangat indah .. Baru tahu juga nih ternyata wanita Iran itu suka dandan.. Dalam bayanganku wanita Iran itu tertutup..ternyata gak juga ya..

  2. panjang bener mba…
    bahasa Farsi mengenal huruf P, bentuknya seperti huruf Ba, tapi titiknya ada tiga di bawah. —– kirain P nya hufur fa titik tiga. hahaha
    Tamannya luas2 dan asik ya kayaknya (dibanding ke emol) 😀

  3. Tulisannya santai tapi enak dibaca, mengalir,
    Nice share (y)

  4. membacanya terasa terbawa situasi di kota teheran pada saat itu ? Keren mba pengalamannya ?

  5. Selalu keren dari mba jihan…:-)

  6. Subhanallah mengalir dengan membayangkan pada tiap alenia

Comments are closed.