8 Kontroversi Penyebab ‘Perang’ Para Ibu

Foto koleksi pribadi (by Dani Rosyadi)
Foto koleksi pribadi (by Dani Rosyadi)

Dunia ibu penuh warna dan cerita dalam membesarkan para buah hati. Termasuk  merebaknya peer pressure antara sesama ibu-ibu sendiri. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya, hal-hal berikut ini sering ramai diperbincangkan, bahkan tak jarang dipertentangkan.

Apa saja?

Berikut 8 diantara kontroversi pilihan para ibu di tanah air :

1. Ibu bekerja di kantor atau ibu bekerja di rumah?

Apakah ibu seharusnya mengasuh sendiri anak-anak di rumah sepanjang hari atau apakah ibu boleh saja mendelegasikan masalah pengasuhan anak kepada orang lain? Perdebatan masalah ini yang paling sering memicu ketegangan di kalangan ibu-ibu hingga kini.

Apa pun topik yang menyangkut mengenai pilihan ini selalu ramai diperbincangkan oleh kedua belah pihak. Benarkah anggapan bahwa ibu-ibu yang bekerja di luar rumah cenderung menelantarkan anak? Betulkah stereotip ibu-ibu yang tinggal di rumah adalah simbol ketidakmandirian?

Anda sendiri, lebih pilih mana?

Ibu bekerja vs ibu di rumah
Bekerja di luar rumah atau stand by di rumah, Mama harus tetap dekat dengan anak-anaknya dong ya ^_^, foto : koleksi pribadi

2. Melahirkan normal atau melahirkan via operasi/SC?

Metode yang dipilih untuk melahirkan pun tak jarang menjadi pembicaraan hangat. Ada anggapan bahwa ibu-ibu yang memilih cara operasi takut menghadapi rasa sakit alami akibat kontraksi melahirkan normal. Sepertinya akan jauh lebih bijak jika melibatkan para ahli medis terkait masalah ini. Setuju?

3. Memberi ASI ekslusif atau memberi susu formula?

Gencarnya kampanye ASI ekslusif mulai menuai efek samping. Terjadilah kontroversi yang kadang-kadang cukup tajam antara pemberian ASI ekslusif kepada anak ataukah boleh memberikan susu formula.

Alangkah baiknya jika kita masing-masing menyadari bahwa tiap ibu pastilah ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hanya mungkin ada situasi dan kondisi tertentu yang membatasi pilihan ideal yang dimaksud.

4. Memakaikan si buah hati popok sekali pakai atau popok kain yang bisa dicuci?

Akhir-akhir ini makin marak anjuran penggunaan popok kain yang bisa dipakai ulang setelah dicuci. Mungkin awalnya ditujukan sebagai pilhan alternatif selain penggunaan popok sekali pakai. Namun belakangan malah menuai perdebatan tersendiri.

Isu ramah lingkungan sering diangkat dalam isu penggunaan popok untuk para balita. Ada benarnya juga, sih. Tapi tujuan yang baik jika seharusnya disampaikan dengan lebih bijak sehingga tidak perlu sampai menuai pertentangan, kan?

Popok bayi reusable (gambar : aliexpress.com)
Popok bayi reusable (gambar : aliexpress.com)

5. Mengolah MPASI rumahan atau menggunakan MPASI instan/buatan?

Pemberian dan pengawasan atas nutrisi pada si kecil merupakan salah satu tanggung jawab penting para Ibu. Termasuk soal MPASI, makanan pendamping ASI yang umumnya diberikan sejak usia 6 bulan. MPASI buatan banyak disediakan di toko-toko dan supermarket. Tapi tak sedikit yang memilih untuk mengolah sendiri MPASI buat si kecil.

Kedua pilihan ini mungkin bisa saja dikombinasikan sesuai kebutuhan dan kondisi. Namun yang kadang terjadi malah timbulnya pertentangan antara keduanya. Ada pihak yang menentang penggunaan MPASI buatan dalam kondisi apa pun. Sementara ada juga yang merasa MPASI rumahan cukup merepotkan dan menyita waktu.

Mari bijak menyikapi. Sesuaikan saja dengan situasi masing-masing. Mungkin sesekali, mau tak mau, kita tidak harus mengikuti pola ideal.

6. Memberikan vaksinasi atau tidak?

Pemberian vaksinasi juga cukup gencar diperdebatkan. Ada kalangan yang menentang kewajiban untuk memberika vaksinasi pada anak karena berbagai alasan. Alasan agama dan kenyamanan serta keamanan anak misalnya. Sementara tak sedikit pula kalangan yang menganggap pemberian vaksinasi kepada anak harus terus digalakkan demi mencegah menularnya banyak penyakit berbahaya.

Wah, kalau sudah urusan agama, seringnya diskusi akan jadi panjang dan ‘panas’. Pemerintah dan ahli medis sepertinya harus turun tangan serius untuk menangani soal ini. Menurut anda apa pilihan yang lebih tepat?

7. Mengenalkan bahasa asing dan calistung sejak usia dini atau tidak perlu?

Gambar : funny.wallpaperss.net
Gambar : funny.wallpaperss.net

Soal pendidikan anak juga menghadirkan beberapa pilihan sejak anak berusia dini. Diantaranya keperluan mengenalkan bahasa asing dan kemampuan membaca-menulis-berhitung. Dengan  mempertimbangkan kemampuan dan minat anak masing-masing, seharusnya tidak perlu ada perdebatan lebih lanjut.

8. Memilih metode homeschooling atau sekolah formal?

Metode belajar sehari-hari anak juga terus mengalami perkembangan. Kini, metode homeschooling banyak dilirik dan banyak diterapkan. Hingga tak sadar menjadi bahan perbandingan dengan metode konvensional yang sudah ada. Banding membandingkan inilah yang lama kelamaan sering berujung pertentangan.

Soal metode sekolah anak rasanya banyak faktor yang harus dipertimbangkan, ya. Kenyamanan anak dan kesiapan orang tua merupakan hal-hal utama yang menjadi perhatian terkait masalah ini.

8 comments
  1. Ini never ending war kayaknya ya :)))

    1. Eimbeeeerrrrr :D. Ada juga listnya bisa nambah hahahaha :p

  2. Saya lbh memilih jalan tengah dan tdk “nyinyir” dengan pilihan orang lain xixi

    1. Best choice Mbak 😉

  3. Hhahahaaaa baru nyadar serius banget para ibu ini memanfaatkan waktu selonya dg perang2an begini?

    1. Sadar tidak sadar, kita SEMUA rasanya pernah bergelut di perang macam ini :p. Apalagi pas era media sosial begini. Serba pecaaaahhhh :v :v :v.

  4. pilihan di tangan kita, kita yg jalani..buang2 waktu aja kalo debatin semuanya kan mak.. 😀

    1. Gak apa kok ya kalau “berdebat”nya sehat. Jadi membuka wawasan dan sudut pandang kan? :). Asal jangan keterusan aja. Ini juga sepertinya musim-musiman sih, kadang rame kadang enggak.

Comments are closed.