Courage Doesn’t Always Roar

Dulu bingung kalau menonton video klip lagu “Anything” dari 3T. Yuhuuu, abege 90an masa iya enggak tahu 3T? 3T itu lhooooo, ponakan-ponakannya Om Jacko yang kece-kece itu. Kece di masanya tentu saja :D.

Saya pikir mungkin mereka berhemat jadinya hanya menggunakan satu model perempuan.Β 

Di video klipnya, model ceweknya hanya satu. Sementara kan lagunya macam lagu cowo-cowo patah hati gitu. Tapi tiga-tiganya patah hatinya sama SATU perempuan gitu? Sudah semacam curiga ini simbol apa kali ya hanya make satu model doang?Β 

Kalau dulu susah kepo karena internet belum hits, sekaranglah baru segala misteri itu terjawab sudah! πŸ˜€

Saat lagi rekaman album itu, di tahun 1994, ternyata ibunda mereka tercinta, Delores “Dee Dee’, meninggal karena kecelakaan di kolam renang.

Personel 3T sangat terpukul. Konon mereka memaksa ayah mereka, Tito Jackson, untuk habis-habisan menuntut si tersangka yang merupakan pasangan baru dari Delores tadi, “Don’t let him get away, Dad!”

Jadilah katanya lagu “Anything” ini dipersembahkan untuk mengenang ibunda Delores tercinta :’). Bertahun-tahun menyimpan kecurigaan nan berburuk sangka sekarang nangis deh pas tahu backgroundnya huhuhuhu.

That girl in that video, yang mereka “ratap-ratapin” itu, adalah personifikasi dari almarhumah ibunda Delores “Dee Dee” yang keburu meninggal sekitar setahun sebelum album mereka rilis secara resmi.

Yang menarik juga adalah fakta bahwa Delores dan Tito Jackson sebenarnya sudah cerai sejak tahun 1990. Delores malah sudah punya cem-ceman baru lagi. But the boys still love her as much as before :’).

Kurang tahu cerainya karena apa, yang jelas 3T tetap sayang banget sama si Papa dan Mama. Apa karena udah pada gede-gede ya? :). They seemed completely understand about their parent’s situation.

Kalau menurut saya pribadi, dalam kehidupan pernikahan apalagi dalam urusan anak, beban terbesar terlalu sering diletakkan kepada sang Ibu :(. Sebenarnya senang juga mendengar istilah, “Ibu adalah madrasah utama untuk anak-anaknya.” Pokoknya ibu, ibu, ibu.

Bangga gitu ya :). But, but, but … bagaimana kalau seringkali kenyataannya tidak seindah itu?

As a mother, terasa tidak sih, selain beban bahwa “Anak gagal berarti ibunya yang gak beres!”, mamah-mamah kayak kita pun sering dirundung ketakutan apakah anak-anak akan menggambarkan kita sebaik yang kita inginkan?

Misalnya saya 7 bersaudara. Gedenya ternyata beda-beda. Nah itu gimana itung-itungannya hihihi. Kami dibesarkan oleh orang tua yang sama tapi kok ya ujung-ujungnya bisa beda-beda nasib gini. Berarti faktornya kadang tidak sesederhana itu dong ya :).

Lalu, saya jadi terkenang dengan sebuah film hollywood, duh lupa judulnya. Cuma film asal lewat gitu. Diputar di TVRI. Tentang anak perempuan umur 6 tahun yang setengah mati dibujuk oleh dinas sosial agar mau meninggalkan ibunya yang janda yang kecanduan minuman keras dan jadi pelacur gara-gara dipecat dari tempat kerjanya.

Ibunya sendiri pas diwawancara oleh dinas sosial ya pasrah-pasrah saja. Umumnya, di negara-negara maju, negara bertanggung jawab pada anak-anak yang terlantar. Negara berhak mengambil alih pengasuhan anak jika orang tua dianggap tidak mampu.

Ilustrasi aja ya, gak ada hubungan ama filmnya hehe (gambar : kadinsalmevzular.com)
Ilustrasi aja ya, gak ada hubungan ama filmnya hehe (gambar : kadinsalmevzular.com)

Sang Ibu dikirim ke pusat rehabilitasi. Ibunya oke saja. Tapi anaknya yang ngamuk-ngamuk, she was screaming, “You don’t know that she’s the only person that love me that much!”

Yang ada di memori si anak wedok itu adalah ibunya menyisir rambutnya tiap hari. Memasak makanan kesukaannya tiap hari. Pernah sekali diingatnya, ibunya tidak jadi beli lipstik gara-gara dia mengamuk minta es krim dan balon-balon waktu jalan-jalan ke toko something.

Waktu dikonfrontasi oleh Pak Polisi kalau ibunya sering mukulin dia, anak kecil itu tetap bertahan, “It’s because I’m not listening when she asked me to do something. But she hugs me after that. You know nothing! You know nothing!”

Itu adegan paling nyesek. Karena ibunya ada di ruangan sebelah.

Sebelumnya si ibu sudah menyatakan penyesalan dan bersedia menjalani hukuman apa pun. Dia mengaku stres. Standarlah. Suami kabur sama perempuan lain. Dia tidak punya apa-apa. Hanya sanggup ngontrak di flat sempit. Suaminya juga membebaninya dengan banyak utang.

Dia bahkan ingin meminta maaf pada anaknya tadi. Dia bilang dia pasrah kalau anaknya sampai dewasa nanti tidak akan kembali lagi padanya, “I deserved to be abandoned.”

Mendengar anaknya malah ngomong gitu, ibunya makin mewek lah ya pastinya. Berkali-kali dia bergumam, “Oh God, after all this time, she still thought that I’m her angel.”

Si anak kecil meronta kayak banteng saat melihat ibunya dibawa oleh Pak Polisi.

Akhirnya, sang Ibu yang tadinya ogah-ogahan menerima prosedur pengobatan, pas mau disuntik apa gitu. Dia maunya langsung masuk penjara aja.

Kemaren-kemaren dia meronta-ronta, habis dengar anaknya ngomong gitu, sang Ibu malah meminta prosedur pengobatannya dipercepat dan dia bersedia kooperatif asalkan cepat sembuh. Kalau gak salah ibu itu sempat bilang, “My girl needs me.”

Memorable banget flmnya hehehehe.

Ada satu video lagi yang lebih kekinian.

Sejumlah ibu-ibu dikumpulkan. Diminta untuk, “Describe yourself as a mother”. Keluarlah semua curcol. Emak-emak gitu lho hahahaha.

Kebanyakan grogi dan malah menyesalkan banyak hal. Berharap menjadi ibu yang lebih sabar, kepengin menjadi ibu yang lebih bisa mengendalikan diri. Intinya, rata-rata merasa mereka kurang capable dan merasa ada yang harus diubah.

But guess what, beberapa hari kemudian giliran anak-anak mereka yang dpanggil dan ditanyain tentang ibunya. Para unyu-unyu ini menjawab dengan mata bersinar-sinar, “My Mom was totally awesome” atau “She does cook a lot of food for me” atau “She’s just unique that’s why I love her so much”.

Ibu-ibunya diberi kesempatan menonton rekaman masing-masing anak mereka. Tentu saja, mewek lagi, mewek lagi lah mereka melihat ternyata beda banget persepsi anak vs semua kekhawatiran mereka :).

Ini maksudnya apa sih? Is it oke to be a monster Mom gitu? Boleh gitu jadi mamak-mamak tukang marah-marah? Sah-sah saja mamah-mamah jadi pencandu miras? Hehehehe.

Pesannya sih bukan begitu. Sepenangkapnya saya yaaaa, yang jelas-jelas bukan pemerhati anak-anak, bukan ahli parenting dalam bidang apa pun, background pendidikan juga banyaknya gaul ama mesin hhihihi ….

Bern zendermatelli 1

Menurut saya, as a mother, many times we need to stand back for a while :). Sekadar untuk mengingatkan diri sendiri untuk tidak terbebani dengan macam-macam slogan seperti yang saya sebutkan di awal tadi. Sadarilah, dengan menjadi seorang Ibu pun, kita itu TETAP MANUSIA BIASA.

Walau tentu, harapan kita pastilah ingin menjadi BIDADARI TERBAIK untuk suami dan anak-anak *benerinSayap*.

But you know… sometimes things did not go as we wanted them to be :). Sering juga lepas kendali. Kalau baca buku parenting kalau ibu harus begini, harus lembut tidak boleh marah-marah, bahkan katanya bilang jangan saja enggak boleh harus diganti dengan kata-kata lebih lunak bla bla bla.

Menghadapi sekian banyak pekerjaan tiap hari, apa mungkin tone suara kita bisa stabil sepanjang hari, sepanjang tahun gitu? :v :v :v.

Tidak nyari pembenaran apa-apa lho hehehe. Mengingat saya ini memang bukan tipe ibu bijak nan lembut penuh kasih sayang huhuhu. Enggak teriak-teriak sehari saja kayaknya sudah rekor tuh hahahahaha *tutupMuka*, minimal tiap pagi harus merepet ke sana kemari sembari nyiapin anak-anak buat sekolah πŸ˜€ *ngumpetDiBalikPanci*.

Tapi…janganlah hal ini membuat semangat ke-IBU-an kita perlahan memudar.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya. Selalu belajar memaafkan diri sendiri. Harus berani menerima kekurangan, tentunya ada usaha perbaikan diri juga hehehe. Diskusikan dengan suami, curhat di forum emak-emak, ya banyaklah caranya untuk bisa terus belajar dan mengasah diri lah ya :D.

Dan mungkin…waktu yang dibutuhkan juga beda-beda. Take your time. As long as kesadaran itu selalu ada kan ya? :).

Tidak hanya berani menghadapi macam-macam masalah tapi juga berani memasrahkan apa yang sudah terjadi. Mana sangguplah kita membeli waktu atau memintanya berputar ulang? ;).

Jangan juga kebanyakan drama mikirin apa kata pakar-pakar parenting something. Habisnya kadang kita kayak ditakut-takutin gitu gak sih. Belum lagi banyaknya label macam-macam. Baru ngeh pas dikasih tahu teman, “Ada lho sekarang label Ibu Profesional. Berarti ada Ibu Amatir gitu kali ya.” Hahahahahaha.

Bern gutern

Many times, kita terlalu dikuasai ketakutan yang tidak perlu. Tuh sudah ada buktinya. Seringkali anak-anak memandang kita jauh berbeda dengan apa yang kita galaukan :). Anak-anak lebih “murni” lho pikirannya, tidak macam orang dewasa yang sudah kena virus dan bakteri macam-macam :p.

Jadi perempuan apalagi sudah menyandang status “ibu”, pressure-nya kan memang tidak ringan. Apalagi peer pressurenya itu lho. Persaingan ketat sesama ibu-ibu hahahahaha.

Terima saja faktanya. Mari coba kita imbangi terus dengan cara … learn to love yourself. As well as learn to forgive yourself… all the time.

Jangan takut untuk memulainya dari awal lagi, berjanji kembali, dan tetap semangat menghadapi hari-hari ke depan walau dirasa kok ya kemaren-kemaren banyak errornya ini hehehehhe.

Pokoknya tiap bangun pagi kudu, “Cemungud eaaaaaa…”

β€œCourage doesn’t always roar. Sometimes courage is the little voice at the end of the day that says I’ll try again tomorrow.”
― Mary Anne Radmacher

Never lose that courage, Moms! ^_^

***

5 comments
  1. Duh, senangnya baca ‘pencerahan’ inih. Senang untuk di-‘judge’ sbg ibu dari sisi emak2 dgn segala keruwetan manusiawinya, dan bukan dari sisi emak2 dgn kesempurnaan (yeah i wish) sbg supermom nya. It feels fair, natural, heartwarming, encouraging. Aku share yah mbak πŸ™‚

  2. Wah aku ingat film itu kalo nggak salah yg mainnya orang kulit hitam yaa, sedih terharu, btw jd terinspirasi juga bikin video kesan2 anak2 tentang, makasih tulisannya mbak aku kok jd kgn emakku

  3. Hiks, Mba Jihan, makasih ya udah nuangin isi hatiku *lho :p
    Iya banget. Bukannya nggak boleh ikut segala macem ajaran parenting ya, tapi gimana caranya tetep seimbang aja, antara semangat memperbaiki diri dan tetap memaafkan jika ada salah2 dalam perjalanannya.
    Pressurenya iya banget. Apalagi kalau udah mbahas anakku usia segini udah begini begitu. Udah diniatin jangan baper ya tetep aja sometimes ‘makdeg’ juga.

    Aku share ya Mba πŸ™‚

  4. Iya…mommies are not angel..hehe.. *sebagai ibu (yang kadang jadi) ibu monster..haha

  5. Ihhh ga iget judul filmnya ya mbak.. aku lgs penasaran pgn nonton.. agak berkaca2 gitu br baca penggalan ceritanya aja..

    Ini ingetin ama anak di rumah deh.. kyknya ga keitung aku ilang sabar ngadepin anak, trs ujung2nya bentak2, marah, walopun nyesel kemudian.. yg bikin mewek lagi, kalo aku udh mulai reda marahnya, si kecil kadang takut2 meluk kita sambil ngucapin, Fylly sayang mami.. :(. Omg, gimana ga mkin ngerasa gagal bgt jd ibu mbak.. anakku yg udh dimarahin segitunya msh bisa ngucapin gitu… Kalo ada dijual obat utk bikin makin sabar, aku mau belinya..

Comments are closed.