Fotografer Dani Rosyadi

Belajar Fotografi : Jejak Alam di Mata Manusia vs Lensa Kamera

Saya memang tidak begitu mengerti fotografi. Jadi, dulu saya pikir, fotografer andalan itu ya yang benar-benar hanya motret thok. Fotonya enggak diapa-apain sudah bagus! Kalau masih harus diedit, wah, itu mah tukang foto kacangan! Tukang foto apa tukang edit, sih? #eaaaaaa.

fotografer Dani Rosyadi
Tower of London, fotografer : Dani Rosyadi

Lucunya, suami saya dulu suka saya sindir. Dia biasa-biasa aja, tuh. Kata dia, “Duh, malas berdebat dengan orang yang enggak ngerti fotografi!” Awas yaaaaa hahhahahaha.

Terus saya juga akhirnya sering ikut mantengin video-video tutorial fotografi yang sering ditonton suami via youtube.

Jadi kata suami, bodi kamera plus lensa plus filter dan bla bla bla yang harganya biasanya tidak murah itu memang punya pengaruh terhadap kualitas foto. Tapi ternyata, dengan skill editing yang memadai, ketergantungan terhadap teknologi yang tiada henti tersebut bisa sedikit diakali ;).

Heran juga saya, kok fotografer kawakan banyak yang ngajarin soal edit foto. Lho? Tidak orisinil dong? *garukGarukKepala*. Malah, di beberapa artikel, selain penempatan obyek yang ilmunya cukup “rumit”, kemampuan editing juga menjadi nilai jual seorang fotografer terkenal lho ;).

Padahal dulu, saya ledekin suami, “Halah, kalau cuma ngedit, semua orang juga bisa!”

Disuruh deh saya ngedit foto. Hasilnya … byarrrrr hahahahahhahaha. Kagak ada bagus-bagusnya! Bingung juga adanya hahahahahaha.

fotografer Dani Rosyadi Masjid Apung
Masjid Apung, Jeddah-Arab Saudi, fotografer : Dani Rosyadi

Suami sibuk kasih instruksi, “Exposure dikurangi. Cahayanya lebay tuh. Coba bayangkan melihat pemandangan dengan mata asli. Mana ada sih langit putih doang? Itu salah warna pohonnya. Mana bisa pohon hanya satu warna gitu? Perhatikan dong cahayanya dari mana!”

Huaaaaa … ternyata ngedit foto itu tidak asal klak klik. Ya iyalaahhh *toyorKepalaSendiri*.

Saya baru paham, karena akhirnya saban ngambil foto, saya suka penasaran pengin lihat hasil awalnya.

“Lho kok enggak sebagus aslinya Bang?” Sering saya protes seperti ini.

“Ya kemampuan lensa kamera enggak bakal bisa sebagus mata manusia, dong. Mata ciptaan Tuhan, kamera hanya buatan manusia.”

Fotografer Dani Rosyadi Swiss
Bern (Swiss), fotografer : Dani Rosyadi

Sebagai contoh, di suatu siang suami menyuruh saya melihat pohon di teras belakang apartemen. Dia nanya, warna daunnya gimana. Ya karena sebagian kena tampias cahaya, warnanya bergradasi. Dan juga kalau dilihat benar-benar, hijaunya itu banyak.

Nah, itu maksud suami saya. Mata manusia tidak punya keterbatasan mengenali gradasi warna bahkan dalam terik matahari sekali pun. Sementara lensa kamera punya banyak keterbatasan. Mau dipasangi filter rupa-rupa juga tidak akan sanggup menyamai kemampuan mata manusia.

Di situlah peran penting photo-editing :). Bagaimana mengembalikan gambar ke “fitrah asli” nya :D. Segala keterbatasan lensa dan kamera sedikit banyak bisa diatasi dengan kemampuan editing yang memadai :).

Meme ilustrasi kamera vs mata manusia :D
Meme ilustrasi kamera vs mata manusia 😀

Ternyata, banyak juga teknik-teknik fotografi yang sekarang banyak dibantu oleh perangkat lunak di komputer. Misalnya, kalau enggak salah ada yang namanya HDR.

CMIIW ya. Katanya, HDR ini biasanya untuk mengakali kurangnya cahaya di momen-momen tertentu. Di sore hari, walau matahari sudah redup, mata manusia masih sanggup menangkap bayangan sempurna walau minim cahaya. Beda dengan lensa kamera.

Jadi, diambillah beberapa gambar dengan exposure beda-beda. Kalau single capture, entah obyek satu terlihat terlalu gelap atau obyek lain yang terlihat terlalu terang. Mata kita sih tidak perlu filter. Dengan multi-shot tadi, tinggal editingnya saja yang diatur. Jadilah gambar yang diambil bisa diusahakan semirip mungkin dengan hasil pandangan mata kita ^_^.

Pening, ya, hahahhaha. Itu juga saya neranginnya belum tentu bener hhihihi. Yang punya kemampuan visual pas-pasan seperti saya memang kurang tokcer disuruh belajar fotografi hahahahaha. Enggak mudeng, euy.

Fotografer Wibowo Pujokongko Adi
De al Ain village, Al Baha-Arab Saudi, fotografer : Wibowo Pujokongko Adi

Sudahlah, mungkin memang begitulah jodoh datang :p. Istri hobi menulis, biarlah suami yang hobi motret :D. Mari saling melengkapi ^_^. Dan jangan nyolot lagi. Hargai skill masing-masing hahahaha.

Kalau lihat di artikel-artikel fotografi, proses editing itu seringkali ribetnya minta ampun. Kadang perlu beberapa bantuan perangkat lunak untuk menghasilkan gambar yang benar-benar “cetaaarrrr” :D.

Masya Allah, mata kita tidak perlu diutak atik, otomatis bekerja dengan kemampuan tidak terbatas. Sekian tahun dunia fotografi berusaha menyamai kemampuan mata manusia, dari dulunya hanya sanggup menangkap gambar hitam putih hingga kini dengan kecanggihan kamera-lensa dan printilannya. Dibantu pula dengan rupa-rupa perangkat lunak, tetap saja kemampuan mata manusia tak tertandingi.

Ciptaan Tuhan vs ciptaan manusia. Mau berapa ratus juta pun uang dihamburkan, tak akan mampu menyamai yang orisinil dari sanaNya ;).

Maka, nikmat TuhanMu manakah yang engkau dustakan?

Sudah seringkah bersyukur dengan nikmat penglihatan yang sehat? ;).

Btw, ngedit foto pun perlu skill khusus. Jadi, jangan suka durhaka sama suami yaaaaaa hahahahhaahha. Sungkem dulu sama Pak/Bu Fotografer 😀 .

Enjoy the pics! ^_^.

 

fotografer Dani Rosyadi
East Pier-Dun Leary, Irlandia, fotografer : Dani Rosyadi
3 comments
  1. Saya jadi penikmat hasil karya fotografi aja deh 😀
    Btw, foto2 di blognya mbak Jihan keren2 banget! Sukaaa :))

    1. Terima kasih ya. Yang suka motret suami saya, saya senengnya dipotret hihihihihi :p.

  2. Mbaa…jangan lupa feelingnya,melihat dengan mata sendiri dengan melihat hasil foto kan beda jauuh…

    Di foto,kadang gak keliatan ‘perjuangan’ kita untuk bisa dapet foto itu atau perjalanan kita bisa sampai obyek tsb..

    Liat foto sunrise bromo dg kabut2nya paling pol komennya “wahh…bagus yaa” beda banget sama bangun pagi buta,melawan udara dingin,nongkrong nunggu sunrise bersama org terdekat menikmati indahnya ciptaan Allah pasti rasanya jauuh…hihihi….

    Aku belibet gak si nulisnya?ya gtu deh ,,hehhehe…

    Ps: blm pernah ke bromo si,perumpaan aja sik..

Comments are closed.