ISIS

Bangun pagi-pagi senang melihat cuaca terik. Horeeee … mau jalan-jalan ah. Deket rumah ketemu satu pohon Sakura yang lagi mekar-mekarnya. Kudu buruan narsis pakai sweater pink nih hahahhahahaha.

Lalu, upload fotonya. Terus, banyak deh nanti komentar-komentar macam, “Iiiihhh enaknya ya jadi Mbak Jihan. Hidupnya kok beruntung banget.”

Hanami (gambar : whysojapana.com)
Hanami (gambar : whysojapana.com)

Mereply komentar begini seperti pedang bermata 2. Kalau kita bilang “Ah, tidak juga” –> tidak mensyukuri hidup! Kalau dibilang “Iya nih, senang terus” ya selain songong tiada terkira (hahahaha) juga mengingkari kenyataan kalau sebenarnya tidak begitu.

“Enak, ya, tinggal di luar negeri” sebenarnya cukup djawab dengan tulisan ini saja. Saya merangkum berbagai situasi sulit yang pernah saya hadapi dengan suami dari awal merantau hingga sekarang :D.

Ditipu agen pas kerja di Tehran yang paling seru. Tak hanya menjadi pengalaman pertama tinggal di luar negeri sekeluarga, tapi ‘cobaan’nya kayaknya paling cetarrrr :p. Di situ juga saya menyadari, status “formal” pun tidak otomatis membuat hidup pasti tenang. Boro-boro dibantuin. Oleh pihak KBRI kami malah mendapat komentar “pedas”. Duh, sampai tak tertahankan rasanya betenya waktu itu.

Sudah terbayang kalau proses ilegal yang sudah terlanjur dijalani oleh suami itu bisa berujung proses hukum yang tidak ringan :(. Perusahaan cuek, oknum KBRI malah gusar kepada kami, sementara media internasional sibuk menebar hoax soal situasi politik Iran yang waktu itu memang baru saja menuntaskan perhelatan besar, Pilpres 2009.

Pusing kepala. Paspor suami ditahan agen. Bayangkan, berbulan-bulan, dia tidak punya identitas resmi bekerja di negeri orang. Saya juga baru tahu pas ke sana! Berantem deh kita ujung-ujungnya. Hahaha. Makin pening karena mertua, kerabat, dan teman-teman juga memborbardir dengan kekhawatiran akibat hoax situasi politik di Iran waktu itu. Saya sendiri nonton TV tuh ampe bengong. Ini chaosnya di mana sih?????

Saya yang tinggal di tengah-tengah kota nyaris tidak melihat apa-apa. Ya iyalah, bentrok kecil-kecilan disulap jadi bentrokan besar yang kesannya Tehran sudah lumpuh! Hahahhahahaha, the power of media ;). Media sosial sampai diblokir oleh pemerintah Iran. Iyalah, lama-lama orang lokal ikut gila karena hasutan media hihihihi.

gambar : iran-visa.ir
gambar : iran-visa.ir

Pindah ke Jeddah ya beda lagi masalahnya. Ke Irlandia juga tidak lepas dari masa adaptasi yang “berbeda” :). Jadi yah, kalau patokannya hanya foto-foto, saya kasih senyum manis saja, deh, hehehe. Rangkuman soal suka duka bekerja di luar negeri pernah saya tulis di sini –> “We Can Go the Distance”.

Menilai orang mbok ya keseluruhan. Harus total. If you’re willing to have the good parts of their/his/her life, sanggup tidak menjalani masa-masa yang tidak mudahnya? :). Selalu ada harga yang harus dibayar, yes? 😉.

Menjudge orang hidupnya senang karena harta berlimpah, tinggal di luar negeri. Ya berkacalah kepada diri sendiri. Suami saya bisa ada di level begini itu bukan semata karena keberuntungan materi. Sejak kecil, sudah ditempa dengan keras oleh bapak ibu mertua tentang pentingnya hidup sederhana. Percayalah, itu bukan perkara gampang.

Hidup apa adanya saat ekonomi sulit ya apa susahnya :p. Tapi cobalah tetap bertahan saat keberuntungan materi datang secara beruntun. Contoh saat kami di Jeddah. Saya kenal suami sudah sejak kuliah. Belasan tahun berlalu nyaris tidak ada yang berubah. Dari gaji rupiah, riyal, dolar, euro, salut sekali saya dengan gaya hidupnya yang tidak pernah jor-joran :). Begitu-begitu saja dari dulu.

Teman-teman, kesannya kami sering liburan ke luar negeri, ya? Hihihih. Itu pekerjaannya dia memang yang mengharuskannya jalan-jalan ke berbagai tempat. Di Swiss pun kami ini modal apartemen gratis dari kantor! Dapat allowance pula tiap hari. Disindir kok pelit banget sudah di Swiss kenapa tidak melipir ke negara-negara lain ya karena memang mahalnya biaya transportasi tidak sanggup kami jalani hahahahaha. Kami tetap berusaha bertahan di sini dengan allowance kantor saja. Kalau perlu, malah tetap ngotot menyisihkan sebagian untuk ditabung! :p.

"Dying Lion" @Luzern, Switzerland
“Dying Lion” @Luzern, Switzerland

Di Jeddah, tidak pernah saya jelalatan mau ke Dubai, ke Abu Dhabi, ke Istanbul. Mahal gilak hahahahaha. Sabar saja walau kehidupan “sosial” di Saudi memang cukup menantang. Apalagi buat perempuan. Tidak pernah saya menuntut tiap minggu harus makan di resto bagus-bagus, harus tinggal di hotel bagus kalau ke luar kota, sebagai sarana rileks dan refreshing karena sudah ‘menderita’ dikurung dalam rumah hampir sepanjang hari hahahahaha.

Mending saya bikin blog, cari-cari kesibukan yang tidak perlu menguras kantong suami :p. Sebelum ke luar negeri, saya ngeblognya malas-malasan :p. Blog “Mama Sejagat” dan blog “Cerita Jeddah” itu dua-duanya lahir pas saya tinggal di Saudi ;).

Walau penghasilan jor-joran, saya tetap harus menghargai suami yang memang kurang senang dengan gaya hidup “hedon-hedon” an hehehe. Kata suami, “Sabar saja, siapa tahu nanti ada kesempatan kita jalan-jalan tanpa harus keluar duit.” Eh, benaran dijawab doanya sama Allah ^_^.

Tidak tanggung-tanggung, kami dapat sekeluarga dapat kesempatan tinggal di Swiss, salah satu negara tujuan wisata utama di dunia, negara yang wisata alamnya super kece yang biaya hidupnya salah satu yang paling megah di Eropa!

Kesempatan kerja juga di Irlandia yang bertetangga dengan Kerajaan Inggris. Alhamdulillah bisa melipir ke London, kota yang juga jadi kegemaran masyarakat dunia dan lagi-lagi juga biaya hidupnya “ampun”, dengan ongkos yang terjangkau. Ya iyalah, Irlandia sebelah-sebelahan dengan UK hihihihi.

In front of London Eye @London
In front of London Eye @London

Itu kan yang kurang kalian sadari. Jadi seolah, semua didapatkan tanpa jerih payah dan kerja keras :).

Banyak kok yang bisa dikeluhkan. Lebiih banyak lagi “kesulitan-kesulitan” yang tidak perlu diumbar ke publik. But … some things are better left unsaid, yes? ;).

Again, don’t judge others for often you don’t know the whole story ^_^.

Saya percaya, tiap orang punya ujiannya masing-masing. Saat terlintas rasa iri, cepat-cepat di-rem. Bagaimana kalau ternyata orang yang membuat saya iri itu posisinya sama dengan saya. Bosannya menerima komentar orang iri ini itu, apa tahu persis masa kecil saya seperti apa? :). Tak semuanya juga bisa saya ceritakan secara detail.

Saat terlintas rasa kasihan, ya di-rem juga. Many times in my life, saya melihat banyak orang yang patut dikasihan eh mereka malah menertawakan saya :). Tuhan Mahaadil, ada caraNya yang mungkin tak selalu bisa kita baca tak selalu bisa kita ukur dengan kapasitas kemanusiaan kita :).

Seperti dengan percaya dirinya dulu almarhum Bapak menghalangi ibu saya menggunakan kontrasepsi buatan dengan alasan, “Rezeki di tangah Allah, bukan di tangan pemerintah! Termasuk rezeki anak-anak.”

Takdir Tuhan memenangkan keyakinan almarhum. Walau beliau tidak pernah bersaksi langsung menyaksikan kami tumbuh besar karena serangan jantung sudah membawanya pergi selama-lamanya sejak 23 tahun yang lalu :).

Allah menjamin rezeki tiap makhluk di muka bumi. Jangan lupa, kitab suci mengajarkan kita, Bunda Maryam yang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki mana pun bisa hamil hanya dengan “kun fayakun”.

Jadi, jangan meremehkan orang-orang seperti almarhum Bapak saya yang cuma pedagang kelambu di pasar yang tidak pernah resah berlebihan soal duit walau anaknya ada 9! (2 orang kakak saya kembar, meninggal sejak lahir).

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7)

 

Clonmacnoise, Irlandia
Clonmacnoise, Irlandia

Jargon ISIS lagi trending nih di news feed saya :p.

Di masa-masa yang katanya ISIS ini, “Ini sulit itu susah”, nasihat terbaik apa yang bisa dibagi selain nasehat menasehati dalam menetapi kesabaran ;).

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

(Al Asr)

Padang Badr (The Badr Sand Dune), Arab Saudi
Padang Badr (The Badr Sand Dune), Arab Saudi

***

12 comments
  1. selalu suka sama tulisan mba jihan. But … some things are better left unsaid, yes? 😉 — bener bgt ini mba ^^

    1. Terima kasih Mbak :D. Iyah, some things are better left unwritten, yes ^_^

  2. Tak kira ISIS “ngadem” XD

    1. Yang nulis bukan wong Jowo nih hihihihihi :p

  3. kirain mo bahas ISIS yg suka bunuh2 ituw mbaaaaaaakk

    anw gimana ya cara agar tidak menghabiskan duit yg ada di dompet.. biar ga hedon hedon, gimana ya nafsu duniawi selalu sulit untuk ditolak..

    aku kan jg pengen jd bibi gober gaya mba Jihan,, bisa tu mbak di share di blog tips2 frugal ehehehehe

    keep on writing ya thanksssssssss

    1. Waduh, apa ya tipsnya hahahhahhahaha. Jangan-jangan emang bawaan genetik ini :p

  4. hahahha tak kira ISIS opo, ternyata ISIS yang lain :p

    1. Aamiin *khusyuk* 🙂

  5. waaahhh…seru banget sih mbak ceritanya…jadi mupeng saya hehe…apa lagi lihat foto-fotonya 😀

    1. Terima kasih 🙂

  6. Tulisannya bener – bener keren. Terima kasih mbak, setelah membaca tulisan mbak saya jadi leih bersemangat.Inspiratif banget tulisannya.

    1. Terima kasih juga sudah mampir ke sini ^_^.

Comments are closed.