Pendidikan di Indonesia : Battle Hymn of The Asian Parents

Ring a bell? :D.

Yup, tahun 2011 silam Amy Chua menerbitkan buku fenomenal “Battle Hymn of The Tiger Mother”. Banyak kalangan pendidik barat yang habis-habisan mengkritik ‘curhat’ Chua dalam buku tersebut. Di situ, Chua bercerita mengenai caranya, yang disebutnya sebagai “cara Ibu China”, membesarkan kedua orang putrinya.

Cari reviewnya di internet, ya.Banyak ituh :D. Di berbagai forum emak-emak, buku ini juga dibahas habis-habisan.

Amy Chua & anak-anaknya (gambar : thetimes.co.uk)
Amy Chua & anak-anaknya (gambar : thetimes.co.uk)

Terbitlah kembali dua kutub yang sebenarnya bukan barang baru, sih –> cara barat vs cara timur. Melambangkan “timur” sepertinya akan lebih berat kepada tipikal cara hidup sebagian besar orang-orang di Asia.

Jujur sih, ya, after living in Ireland for 2 4 years, saya kurang sepakat dengan gencarnya kenyinyiran beberapa kalangan “mengkritik” tajam sistem pendidikan di tanah air.

Tapi marilah saya ceritakan sedikit hal-hal menarik yang mudah-mudahan bisa kita tangkap benang merahnya bersama. CMIIW ya :).

Dengar-dengar ada seorang teman (asal Asia) yang akhirnya memilih meninggalkan sebuah kota kecil di salah satu negara Eropa karena lumayan syok saat anaknya bilang, “When I grow up later, I’m gonna work for McD!”

Ini maksudnya mau jadi waitress atau penjaga menu di kasir gitu, lho. Gelisah lah si ortunya. Apalagi katanya diulang-ulang terus sama si anak. Hihihihi.

Tapi, cita-cita si anak tadi itu hal yang sangat lumrah di Eropa sini :D. Padahal kita, kaum menengah di tanah air, apa enggak stres bin galau kalau anak begitu khusyuknya ingin menjadi pelayan McD. Ngaku saja! Hahaha.

Living in (most part of) European countries, tentu berbeda dengan bermukim di negara-negara berkembang padat penduduk macam India-Cina-Indonesia dan teman-temannya :).

Dalam hidup bermasyarakat di suatu komunitas tertentu, satu sistem memengaruhi sistem yang lain. Termasuk sistem pendidikan orang Eropa yang katanya bagaikan surga dunia *tsaaaah*. Apa benar?

Dimulai dengan hal-hal kasat mata. Pendapatan perkapita Irlandia, terakhir ngecek, mencapai 46 ribu USD per tahun. Itu rata-rata per kepala. Indonesia? Kayaknya sampai sekarang pun belum nyampe 4 ribu USD per tahun hehe :D.

Tapiiiiii … jumlah penduduk Irlandia enggak nyampe 5 juta jiwa :D. Indonesia punya lebih dari 250 juta jiwa. Jadi, secara GDP, Indonesia ya jauh di atas Irlandia. Peta kekuatan ekonomi Indonesia sangat patut diperhitungkan di mata dunia. Jangan inferior-inferior banget lah ;).

Kalau melihat pendapatan perkapita di Indonesia, sekilas kok kayaknya miskin-miskin benar, ya. Salah! Salah banget.

Siapa bilang tidak ada orang-orang kaya di Indonesia? Yang terjadi adalah, kesenjangan sosial ekonomi yang sangat curam. Orang kaya sih ada, tapi yang hidup pas-pasan dan nyaris jatuh ke bawah garis kemiskinan jumlahnya, unfortunately, lebih banyak :'(.

Dari pendapatan per kapita tadi, rata-rata tiap orang di Indonesia bisa dibilang punya penghasilan 3 juta rupiah per bulan. Nyatanya? Petinggi-petinggi sales dan marketing di perusahaan multi nasional di ibukota gajinya bisa mencapai ratusan juta, tuh ;). Ketinggian ya? Oke, pekerja IT deh. Mungkin enggak ratusan juta, tapi puluhan juta per bulan juga bisa banget ;).

Kontras dengan itu, banyak lapangan pekerjaan yang gajinya megap-megap :'(. Tukang angkat-angkat barang misalnya. Pekerja-pekerja supermarket juga paling penghasilannya di bawah 2 juta per bulan. Bagus kalau permanen, itu juga mayoritas karyawan kontrak. Ada lho lulusan S1 yang rela digaji harian saking sulitnya persaingan mendapatkan pekerjaan.

What do you expect? Jumlah penduduk sedahsyat ini mau hidup santai-santai macam orang bule! Realistis sajalah ;).

Di Irlandia, pendapatan perkapita segitu apakah berarti diantara 5 orang pekerja dari berbagai level ada 1 orang yang gajinya 150 ribu USD dan 4 orang lainnya berpenghasilan 20 ribu USD saja per tahun? Tet tooot! Salah lagi! :D.

Ilustrasinya begini, misalnya di gedung apartemen yang saya tinggali sekarang. Saya punya tetangga seorang ibu-ibu asal Polandia mungkin, ya. Saya sering mendengar dia ngoceh bahasa aneh-aneh ke anak-anaknya hihihihi. Di sini pendatang Polandia juga banyak bener hehehehe. Anak-anak kami sekolah di sekolah yang sama. Saban pagi sering banget papasan pas sama-sama nganterin anak-anak.

Tiap hari dia si emak-emak tadi berseragam biru tua. Saya pikir kerja di supermarket mana gitu, ya. Eh, belakangan sering ketemu dia lagi ngepel-ngepel lantai dalam mal :D. Besoknya ketemu lagi dia lagi bersih-bersihin toilet di mal yang sama. Oh, petugas kebersihan di mal. Belakangan, dia malah lebih sering nyetir mobil nganterin anak-anaknya.

pendidikan di Indonesia
My apartment 😀 (gambar : daft.ie)

Apa-apaan iniiiihhh, yang istri engineer saja bisanya cuma jalan kaki ke mana-mana? :v :v ;v. Apa kabar belajar nyetirnya, Mbak? –> suami sudah nyerah kayaknya hahahahaha.

Tak lama sering melihat dia jalan bareng seorang laki-laki yang belakangan ternyata satpam di mal yang sama. Kayaknya suami istri, ya. Berprasangka baik saja ;). Sering melihat mereka berdua naik lift bareng di gedung apartemen.

Saya tinggal di gedung apartemen level lumayan. Agak jauh dari City Center tapi harganya lebih mahal daripada apartemen-apartemen di jantung kota. Sebelah-sebelahan dengan sebuah hotel ‘level lumayan juga’ di kota ini. Dari luar, gedung apartemen saya persis modelnya dengan bangunan hotel di sampingnya :D.

Nah, seorang engineer + istrinya yang pengangguran (hihihihi :p) bisa saja tinggal di gedung yang sama dengan sepasang suami istri yang berprofesi sebagai satpam + office girl sebuah mal :D.

Btw, di sini juga apartemennya memang bagus-bagus sih, ya. Enggak yang jomplang banget macam di Jeddah dulu hahahahahaha. Di Jeddah, harga sewa apartemen range nya luas banget. Mulai dari yang super duper murah sampai yang level compound ;).

Jadi, pemerataan ekonomi di negara-negara maju Eropa sudah sangat lumayan :).

Contoh lain : Di Athlone, penjaga apartemen kami namanya Philip. Orangnya gempal dan sudah berumur. Sekali seminggu dia libur. Ngapain? Main golf, Kakaaaaaa :D. Busyet, olahraganya level pejabat gitu hahahahhaha.

Pernah dia menghilang agak lama, katanya cuti. Jalan-jalan ke mainland. Mungkin ke Perancis dan ke Swiss. Penampilannya memang necis, sih. Sambil vakum lantai dan ngelap kaca dia sering mengobrol dengan penghuni gedung apartemen yang juga sudah berumur. Kalau dia lagi enggak pegang kain lap, pasti enggak ketebak yang mana yang penjaga apartemen yang mana yang penghuni apartemen :D.

Tak usahlah saya jelaskan nasib “penjaga apartemen” di Jeddah atau nasib satpam di Indonesia. Sakitnya tuh di … mana-mana! :'(.

Itu adalah sedikit dari pahitnya fakta yang harus kita terima sebagai bagian dari negara berkembang. Singkat kata, di negara-negara maju Eropa, mau jadi kasir supermarket pun, insya Allah sangat mungkin untuk hidup layak dan bersanding dengan profesi-profesi lainnya :).

Kasarnya begini, di negara-negara macam Indonesia atau Arab Saudi, susahlah mau hidup nyaman kalau enggak ada duit :p.

Fasilitas kesehatan yang mumpuni dan menyeluruh di Eropa tidak harus membuat kita jungkir balik mencari perusahaan keren yang mampu menyediakan asuransi buat kita dan anak-anak kita.

Tinggal di kota kecil semacam Athlone sini yang jumlah penduduknya hanya 20 ribu, tidak susah nyari sekolah. Malah boleh pindah-pindah sesuka hati. Gratis pula hihihihihi. Kualitas ya kurang lebih sama lah. Enggak ada ya, gedung sekolah yang beratap rumbia atau banjir kalau hujan atau bikin kita menggigil kalau winter :p. Di kota selevel dusun sini pun, gedung sekolahnya keren punya ;).

Dunia Pendidikan Anak Jihan Davincka
Primary School in Athlone (gambar : www.rte.ie)

Jadi, buat orang-orang sini tuh, kalau anak-anak mereka santai macam di pantai, ya memangnya kenapa? Toh, ada child benefit dari anak-anak lahir sampai mereka berusia 18 tahun. Universitas negeri memberikan subsidi bagi warga negara Irlandia. Bayar kuliah bisa murah kalau mau kuliah. Enggak mesti bersaing memperebutkan beasiswa dan mesti punya otak seencer kancil atau prestasi setinggi elang. Beasiswanya buat siapa saja asal mau kuliah :D.

Ogah kuliah, mau nyantai kerja di swalayan. Go for it. Penghasilannya enggak kecil-kecil amat. Dengan jumlah penduduk minim, lapangan pekerjaan cukup memadai. Enggak perlulah sampai bersaing melawan ratusan bahkan ribuan applicant melewati rangkaian psikotes, bahasa Inggris, group discussion, wawancara, yang kadang proses seleksinya saja bisa memakan waktu setahun! Hahaha.

Anak-anak kita yang tumbuh dan besar di tanah air memang perlu punya sense of competition yang memadai. Kalian boleh memuja-muja sistem pendidikan Eropa yang katanya tidak ada ujian sampai kelas 6 SD. Well, di Irlandia sih sejak kelas 2 tiap minggu ada ujian tuh ;). And I’m very thankful for that! ^_^.

Ada yang katanya enggak ngasih peer. Wah, saya memandang peer sebagai bentuk pertanggungjawaban buat si anak :). Anak-anak kan naturalnya gitu. Penginnya maiiiiinnnn saja. Bisa sih kita provide macam sekolah-sekolah di Skandinavia. Maiiiinnnn saja sepanjang hari. Tapi ingat dong ah, di sana rasio guru vs murid berapaaaaaa. 5 orang anak konon dipegang 1 guru. Mungkin gak pakai rasio yang sama di Indonesia-India-Cina dan teman-temannya. Mungkin gaaaaaaaaaa…

Di masa depan mereka, anak-anak kita di tanah air memang harus melewati fase-fase seperti itu. Kecuali kalian, the Asian Parents, tidak merasa keberatan dan merasa fine-fine saja jika suatu hari anak kalian berkata, “Ah, aku mah maunya jadi kasir Indomaret saja nanti. Enak, bisa kerja sambil baca komik.”

Are you ready? ^_^

Tenaga guru di Irlandia relatif banyak. Jumlah murid pun juga tidak membludak. Di sekolah anak saya, belajar membaca intensif itu sudah dimulai sejak usia 4 tahun di level Junior Infant. Tapi gurunya banyaaaaaakkkk. Guru membaca pun khusus. Anak-anak benar-benar dibimbing satu persatu tanpa perlu dibanding-bandingkan hasilnya dengan anak-anak lain.

Is it possible to do that in Indonesia? Gaji guru berapaaaaaaaaa???? Jumlah murid berapa? Dana subsidi berapa? Pengalihan subsidi barang-barang energi saja bikin kalian berteriak-teriak hendak menerkam Pak Presiden hahahahahaha.

TDL naik, ngamuk! BBM dicabut subsidi, nyinyir! Memangnya situ kira di Eropa listrik murah apa? Hahahahahha. Winter pun kudu tabah biar heater enggak perlu nyala terus-terusan :p. Dinginnya winter seberapa sih? Sini yok, sini yok, tapi jangan datang sebagai turis kalau mau merasakan “the real winter life” :D. Percayalah, salju itu hanya indah dalam layar televisi saja :v :v :v.

Di sekolah anak saya, sejak kelas 1 SD, biar belajar efektif, tiap mata pelajaran anak-anak dibagi menjadi beberapa sub kelas. Ini digabung untuk seluruh kelas di level yang sama. Misalnya dalam pelajaran matematika ada 3 level : advanced, intermediate, basic. Uniknya, semua anak Asia (India, Pakistan, Bangladesh, China, Malaysia, Indonesia) itu rata-rata ada di kelas advanced hihihihi. Iyalah, mama-mama Asia gitu lho. Roaarrrrrrr :v :v :v.

Tapi dalam sehari-hari, pembagian kelasnya random. Itu hanya berlaku di pelajaran-pelajaran yang memang butuh skill khusus dan biasanya bervariasi sesuai kemampuan anak, misalnya : matematika dan bahasa.

Konon, Irlandia ini dijuluki sebagai Negeri Zamrud. Indonesia juga kan, ya. Zamrud Khatulistiwa ^_^.

Bentang alam Irlandia mayoritasnya adalah padang rumput. Rumput memang punya daya tahan yang bagus dalam berbagai musim. Irlandia juga tidak mengenal musim dingin level kronis macam-macam negara-negara di wilayah utara sana. Musim dinginnya paling banter -2 derajat saja.

Curah hujan cukup sering di Irlandia tapi kalau hujan tidak seganas di Indonesia hehehe. Sementara di Indonesia, ada wilayah yang kaya dengan hutan hujan tropis nan lebat macam Kalimantan dan Sumatera. Di Sulawesi pun, banyak hutan yang pohon-pohonnya tinggi menjulang. Ingatnya, hutan Pinus di Malino.

Sama-sama negeri Zamrud, tapi semesta menciptakan bentang alam yang berbeda. Tergantung musim dan cuaca yang menerpa masing-masing wilayah.

Dan begitu pulalah seharusnya kita memandang isu-isu kemasyarakatan antar negara dan wilayah :). Masyarakat kita ditempa dengan ‘musim’ dan curah hujannya masing-masing. Apa yang mereka lewati mungkin beda dengan apa yang harus kita hadapi.

Jangan sedih jika ternyata kita merasa kok cobaan kita lebih berat. Percayalah, alam yang keras, jalan kehidupan yang terjal, akan membentuk pribadi-pribadi yang lebih istimewa. Insya Allah :).

Jangan dikit-dikit Eropa, dikit-dikit Eropa lah.

Curah hujan yang lebih kejam, kelembaban yang tinggi, buktinya mampu mencetak batang-batang beringin yang lebar dan kokoh. Tidak hanya akan menghasilkan rumput cimik-cimik yang hanya mampu tumbuh sekian-sekian centi saja :D.

Memang, prinsip pendidikan jangan sampai memaksakan terlampau ‘kejam’ dan hanya akan mencetak robot-robot haus prestasi tanpa semangat berbakti :). But again, secara mental, kita, orang tua Asia, memang harus LEBIH berjiwa petarung. Kondisi kita berbeda.

Jawab tantangan itu. Mari menjadi bagian dari solusi bukan terus-terusan jadi orang yang HANYA paling pinter ngasih lihat masalahnya di mana ;).

Anak-anak harus kita persiapkan untuk menghadapi persaingan yang lebih ketat dan berat. Siapa bilang kita harus mengorbankan prinsip-prinsip hidup utama saat menuntun mereka menyongsong masa depan? Tidak juga kan? Tapi ya, jangan juga lebay ah, pengin mengadopsi rumput-rumput kecil yang dibesarkan dalam dekapan alam yang lebih nyaman?

Heyyyy, bukankah kita memang ditakdirkan untuk membesarkan pohon-pohon beringin? Yang batangnya lebar nan kokoh, dtiopang oleh akar yang kuat, daun-daunnya rimbun dengan cabang-cabang pohon yang tumbuh sampai ke mana-mana. Yang sanggup bertahan dalam terpaan hujan badai dan kemarau panjang.

Untuk membesarkan pohon raksasa selevel beringin, bukankah memang selalu ada harga yang harus kita bayar? 😉

pendidikan di Indonesia
Gambar : manusimanusia.blogspot.com

***

10 comments
  1. Waw..tetnyata salju hanya indah di layar tipi aja ya mak? Ya udah tak liat salju di tipi aja..hehe..
    Intinya, syukuri apa yang ada ya mak. Fabiayyialairobbikumatukadziban. Jleb ini mak..

  2. Selalu sukaaa baca tulisannya mba jihan. Jadi nambah wawasan soal eropa-eropaan sambil berkhayal kelak bisa mengunjunginya. hihi
    satu lagi, jadi menyadarkan… ternyata eropa juga gak selalu penuh kelebihan, sedangkan kita penuh kekurangan 🙂

  3. Mana ini tombol like nya kok ga ada?? hehe.
    Semangaaat mama mama Asia!!
    Di sini aku bersaingnya sama mama Jepang mbak Jihan, mereka lebih serem. Hihihi. :p

    1. Yoi mamak-mamak Jepang pastinya lebih ngeri hihihihihi. Kayaknya 11-12 sama mama-mama Tiongkok yak :D. Tapi secara sikon, Indonesia lebih cocok berkacac ke Cina-Jepang sih. Menurut gue entah kalau menurut pakar pendidikan :p.

  4. Setuju kalo kiblat Indonesia soal pendidikan sebaiknya Jepang. Bukan Eropa atau negara Asia lain. Amerika juga menurut saya terlalu nyantai. Yang membedakan Mamak2 Jepang dengan negara Asia lain kayak India, Cina adalah: mereka gak hanya nuntut anaknya punya daya saing tinggi secara akademik/profesional, tapi juga pendidikan manners; karakter dan budi pekerti. India atau Cina, betul kebanyakan mereka high bahkan over achiever karena tuntutan mamaknya… 😀 Namun di sini seriiiing banget saya ketemu oknum kedua etnis itu yg biar kata dokter, engineer, kerja di ngamerika tapi RUDE nya minta ampun. Lack of consideration and respect to other people seperti kebanyakan orang bule pada umumnya. “Me, me, me, it’s all about me” attitude-nya masih kentara banget. Bersaing boleh, tapi jangan abaikan manners lah. Beda banget ama Jepang: high achievers iya, great manners juga iya: Nolongin nenek2 nyebrang hayuk, bersiin wese bisa, nyiptain robot dan nemuin obat kanker, siapa takut 😀

    1. Jepang agak mirip Korea ya kurikulumnya. Ngeri juga lho hihihihi. Tapi sebenarnya Jepang juga ada kurangnya :p. Mereka tuntutannya juga tinggi banget secara materi ^_^. Agak beda dengan India dan China yang lebih ‘pasrah’. Pada akhirnya dunia bisnis kan ujung-ujungnya pakai prinsip ekonomi sederhana, gimana dapat keuntungan maksimal dengan biaya semurah mungkin hihihihihi :p.

    2. Kl ke jepang, mungkin untuk disiplin dan integritas bagus ya diadaptasi.
      Tapi kl yang lain – lain ngeri sih. Pernah punya bos orang jepang, jadi paham dikit kenapa di sana angka bundir tinggi.

      1. Setiap sistem punya kengeriannya masing-masing hehehehe. Di Eropa pun sekarang mungkin galau diserbu pendatang yang ternyata punya etos kerja yang lebih bagus dan mau pula dibayar lebih murah :).

  5. Sukaaaakkk bangett!
    Saya tipe mamak2 srigala soalnya hahahaa
    Yg g peduli sm metode² parenting kebanyakan pd umumnya, pokok kl utk yg baik² hayukk ajaaa :p

  6. Suuukaaaas bgttttt ji.

Comments are closed.