When You Gotta Be

Sebelum ngikut suami yang sudah hampir 6 tahun terakhir ini bekerja di luar negeri, saya pun sudah merasakan “merantau” dalam arti pergi jauh dari keluarga dan tinggal sendiri.

For me, living abroad is not my first “going away” :D.

Mungkin, klimaksnya sudah lewat. Itu sudah terjadi, saat pertama kali saya melambaikan tangan dari geladak KM Umsini yang mulai bergerak menjauh di pelabuhan laut Soekarno-Hatta di Makassar kepada adik bungsu saya yang menangis karena ibu saya ikut pergi mengantar saya.

Gambar : pelni.co.id :D
Gambar : pelni.co.id 😀

Namanya sama-sama Soekarno-Hatta, cuma yang satu melayang di udara, yang ini dilepas di laut hihihihi. Waktu itu ya mana sanggup beli tiket pesawat. Ini saja terpaksa meninggalkan adik bungsu dititip di rumah tante biar lebih hemat hahaha.

Sudah terasa oleh saya, mudik kembali ke kampung halaman tercinta akan menjadi kemewahan tersendiri. Gimana enggak mikir gitu, sejak koran pengumuman UMPTN mengumumkan nama saya di salah satu PTN di Jawa, ibu sudah sering kelihatan “bengong”. Mungkin sudah mulai kriyep-kriyep, sanggup gak ya ngongkosin sampai lulus? Hahaha.

Istimewanya, setiap saya bertanya, jawabannya selalu sama, “Jammoko pikir macam-macam. Belajar yang benar. Cepat lulus. Itu saja.”

Kekhawatiran ibu saya sangat beralasan, begitu semester ke-3 sudah tersendat-sendat kiriman hahahahahaha. Tapi yah, rezeki sudah ada yang mengatur ^_^. Saat akhirnya ibu sudah “menyerah” soal biaya kuliah dan segala macam, salah satu kakak saya merantau ke Negeri Matahari Terbit.

Jangan dikira menjadi pegawai berdasi. Menjadi pekerja pabrik saja di sana :D. Tapi, penghasilan di sana kan memang gede, ya. Apalagi untuk ukuran biaya kuliah saya yang memang murah banget dibanding sekarang-sekarang.

Sebuah suratnya beberapa bulan kemudian tiba di tempat kos saya. Masih surat-suratan beneran hhihihi, email belum begitu popular.

Gambar : baltyra.com
Gambar : baltyra.com

Dia berjanji dan memberi komitmen akan mengirimi saya uang tiap bulan. Walau jumlahnya ngepas. Ya tahu dirilah. Pokoknya asal cukup buat bayar kuliah bayar uang kos sama makan. Sisanya? Mungkin itu gunanya pas kuliah harusnya punya pacar, Neng! Hahaha.

Bahagianya tiada terkira. Makanya, setiap bulan Ramadan akan segera berakhir dan rata-rata teman kuliah sesama perantau ribut mau mudik, saya harus banyak-banyak bersabar. Mengingat harga tiket, baik laut maupun udara, yang akan melambung setinggi langit menjelang hari raya.

Buat apa saya membebani kakak hanya demi pulang kampung pas lebaran doang. Lebih kasihan dia jauh-jauh ke Jepang. Menjadi buruh di negeri orang. Uangnya pun sebagian besar untuk ibu dan adik-adiknya.

Insya Allah, amalnya akan berbalas ya, Daeng Bro :). Insya Allah pasti sudah dipersiapkan balasan terbaik ;). Kakak-kakak yang lain juga tidak sedikit jasanya. Yang sini duitnya habis, tinggal minta sama yang satu lagi hahahahahaha :p. Tenang Daeng Broh, tidak akan terlupakan sepanjang hayat :).

Dari situ sudah terpikir, kalau mungkin saya sudah mulai harus berpikir soal kemandirian. Terbiasa lebaran di tengah-tengah keluarga besar, harus lebih tangguh kalau ternyata mulai dari saat itu, harus pasrah akan menghabiskan lebaran di mana, tanpa siapa-siapa.

Membiasakan diri dengan pikiran “Apa-apa harus bisa sendiri. Jangan cengeng! Jangan manja!” Kandatto kalo jabe deh :p.

Cengeng tidak berarti enggak boleh menangis. Nangis mah teteuppp hihihi. Tapi kalau pun harus mewek, harus cepat-cepat dihapus air matanya dan berusaha mencari solusi sendiri :).

Gambar : feminspire.com
Gambar : feminspire.com

Makanya, dulu pertama kali pindah kosan. Hanya berduaan sama supir angkot yang saya berhentikan di jalan sendiri. Takut juga sih hahaha. Itu pokoknya kalau supirnya masih muda saya enggak mau.

Agak lama mencoba menimbang-nimbang di jalan, angkot mana yang kira-kira aman diajak kerja sama. Keterbatasan memang sering membuat kita menjadi mendadak berani, tiba-tiba nekat :D.

Walau sudah bekerja pun, saya sayang duitnya. Karena jalan masih panjang ya. Mana tahu kena pecat atau gimana-gimana. Teman yang lain kalau kena pecat tinggal pulang menumpang ke rumah orang tuanya. Lah eike disuruh pulang ke mana? Hahaha :p.

Tetap berbesar hati untuk tidak mudik saban lebaran. Lagian pulang juga mau ke mana coba? Paling numpang juga di rumah tante. Harus mikirin akomodasi di sana juga. Tahu dirilah, yang di sana bukan keluarga yang benar-benar dekat.

Malu dong dulu waktu kuliah sudah menjadi beban Kakak. Sekarang harus pandai-pandai menjaga diri sendiri termasuk soal keuangan :). Jadi, harus kudu nabung-nabung-nabung buat serentetan hal-hal yang di depan sana. Buat ongkos kawin juga misalnya hehehehe :p.

Walau kadang banyak juga bisikan syeitannya, “Udaaaaahhhh, upgrade penampilan sana, udah punya gaji lumayan. Pindah ke kosan yang lebih mahal, naik taksi gih biar enggak kayak orang susah” dan bla bla bla lainnya :D.

Begitulah. Hidup seperti roda pedati. Kadang susah, kadang agak susah, kadang susah banget. Hahahaha.

Waktu pertama kali mengikuti suami ke Tehran, ada juga dia yang lebih sering kangen sama keluarganya. Bukan karena dia lebih cengeng lah. Tentu karena jalan hidup orang beda-beda. Yang terbiasa tinggal sendiri jangan belagu lah yaow ;). Mari menghibur dan menguatkan suami.

Di Jeddah juga begitu. Saya mah santai-santai saja menghadapi suasana Ramadan dan lebaran di sana :D. Teman-teman banyak yang mengeluh. Rindu kampung halaman dan segala macam. Ya saya paham juga.

Karena begitulah mungkin dulu perasaan saya waktu kuliah dulu ;). Cuma mereka belakangan ngerasainnya hehehe.

Far from home Gambar : theworldeffect.com
Far from home Gambar : theworldeffect.com

 

Sudah sejak lama saya berpikir, “Fokus sama ibadah puasanya saja. Sisanya hanya gimmick. Bukan yang utama” :). Di mana suami berada, di situlah saya menemani, selama tidak ada kasus darurat yang membuat saya dan anak-anak harus terpisah dari suami ;).

Menurut saya, dalam beberapa hal, kita memang tidak bisa leluasa memilih. Inginnya saya sih, waktu usaha yang ditinggalkan bapak, maunya rumah tidak dijual. Tapi ternyata dijual untuk menutupi utang.

Maunya saya, saya tidak perlu tinggal pisah-pisah dengan segambreng saudara dan ibu saya pasca rumah dijual. Tapi kira-kira dong lo, kerabat mana yang mau ketiban kami berdelapan? Hahaha.

Suka tidak suka, tinggalnya harus dibagi-bagi. Si anu sama tante ini, si onoh sama tante itu.

Waktu kuliah maunya bisa mudik tiap tahun, sekadar melepas penat habis belajar ria selama setahunlah minimal. Entah mudik libur panjang entah mudik lebaran. Enggak ada yang kejadian :).

Inginnya tinggal di luar negeri ya macam tinggal di Indonesia saja. Fasilitas umum bak negara maju, tapi maunya tetap punya simbok tetap dekat dengan semua keluarga besar, tetap punya banyak teman-teman, tetap mau makan enak-enak dan murah-murah hihihihi,

Jadi yah, sometimes you have to be on your own :).

Barusan membaca artikel “How an Indonesian diaspora feels like when going home for holiday”. Tertarik dengan kalimat ini :

“Just like how it begins, you end up in a plane, going somewhere, taking off into the sun. It’s just that each time you complete this circle, this ritual, the whole set of motions, you are less and less sure where home truly is.”

Wherever we are, let’s always try to create our home. Perempuan yang sudah menikah, bersama suami adalah rumah kita . Di mana pun itu. Mereka yang kita tinggalkan apa benar-benar terhapus dari ingatan kita?

Enggak dong ah ;). Memangnya sudah berapa tahun saya tidak tinggal seatap dengan ibu saya? Hampir 20 tahun. Saya pulang pun, belum tentu ibu menginap di rumah. Terakhir mudik, enggak pernah malah :(.

Bukan karena somse apa gimana. Ya enggak ketemu waktu yang pas saja. Tapi untuk saya, simpel saja, jauh di mata selalu dekat di hati :).

Namanya orang hidup, ya masalah pasti datang ganti-gantian. Kalau enggak sekarang, besok pasti ada saja. Entah besar entah kecil.

Are we strong enough to get through? Kalau kata orang bijak, “Don’t ask for an easier life. Ask to be a stronger person” :).

You gotta be
You gotta be bad, you gotta be bold, you gotta be wiser
You gotta be hard, you gotta be tough, you gotta be stronger
You gotta be cool, you gotta be calm, you gotta stay together
-Des’ree, You’ve Gotta Be

Gambar : dailyyogaseed.com
Gambar : dailyyogaseed.com

***

 

5 comments
  1. ya ampun kapal ituuu, jadi inget pas kerumah nenek di pinrang ^_^
    mau naik umpel2an nggak karuan. udah diatas bingung mau tidur dimana. maklum dulu mampunya juga beli tiket ekonomi 😀

    suka sama kalimat “Don’t ask for an easier life. Ask to be a stronger person”
    (y)

    salam kenal mbak ^_^

  2. iya mak, saya juga suka kutipan ini : “Don’t ask for an easier life. Ask to be a stronger person”
    Hidup memang tak selamanya indah, juga tak selamanya suram

  3. Akhir-akhir ini gue jadi lebih sering mikir jalan hidup nih, Mbak Jihan. Dari yang terakhir dirikuh ini minta tolong dikau, trus ternyata ada juragan sawit mau nolongin, trus ternyata ada temen ngasih tau ada beasiswa jadi daftar dulu, trus ternyata beasiswa gak dapet, trus ternyata harus ngurus visa juga, dan ternyata ternyata yang lain … gue suka mikir; umur segini aja gue harus begini ya, apalagi nanti? Kalo mau kebanyakan nangis ama kebanyakan cengengesan, gak bakalan dapet apa-apa gue nanti. Jadi yang gue lakukan; menurunkan ekspektasi tapi dibarengi sama meningkatkan usaha. Apapun hasilnya, ya diterima aja. 😀 Yah, namanya juga hidup. *halah*

    1. Hahahahahhahaa, itulah gunanya SABAR bukan? :p. Sabar memang berat makanya pahalanya luar biasa. Kalau kata teman gue, kalau ringan hadiahnya kipas angin doang hahahahahaha. Ah darling, dulu gue pun mati-matian 7 tahun bekerja mencari jalan gimana caranya bisa keluar negeri hahahahahahha. Enggak pernah kesampaian sama sekali! Lucu emang, pas resign, malah suami yang keterima kerja di luar negeri :D. Keep trying, keep fighting ;). Kata Ustaz Salim A Fillah, keajaiban suka datang dari arah yang tidak disangka-sangka ^_^

  4. Halo Mbak Jihan, lam kenal yak, I’m your silent reader *ngaku deh hehehe*
    Jadi malu sekali abis baca postingan yg ini, krn akir2 ini saya ngomel mlulu gara2 issue kenaikan harga tiket pesawat, padahal saya pulang kampung baru beberapa bulan lalu =p Thanks sudah “menyadarkan” saya wkwkwk

Comments are closed.