Kembali Menjadi Manusia

Kembali Menjadi Manusia. Setiap orang punya pengalaman spiritual sendiri-sendiri. Termasuk saya yang (ngakunya) beragama Islam ini :).

Saya selalu terpikir saya banyak dosa karena banyak sekali hal-hal yang (katanya) “Islam memang begitu” malah bikin saya jadi ingin menjauh. Suka terasa paradoks. Saat ada yang bilang, asal kata Islam itu adalah as salaam. Salaam bisa berarti kedamaian.

Nah, saya sempat punya pikiran, “Ya Allah, apa kotor benar hati ini. Kalau disuruh ikut acara pengajian kok malah kedamaian makin menjauh.”

Tetap sembahyang tetap puasa tetap mengaji. Karena apa? Ya karena takut. Hahahaha.

Saya pernah ada di masa-masa, “Ya sudahlah. Dipikirin juga tambah gila. Toh, intinya saya percaya pada Islam. Kalau ada yang salah, itu pasti saya. Pasti saya, saya, saya. Jadi, jalanin saja yang wajib-wajib itu. Cukup begitu.”

Karena kepo, maraknya internet bikin kekepoan seolah mendapat fasilitas hihihi. Di sebuah situs anti Islam, saya pernah membaca ada pernyataan, “Di alquran ada lebih dari 200 ayat yang menyuruh umatnya membunuh orang yang tidak sepaham.”

Langsung bete, dong. Saya cek beberapa. Ealah, benar! Jadi tambah takut. Itulah dodolnya. Jarang menyentuh alquran, jadi lupa kalau jumlah ayat itu ada lebih darii 6600 ayat. Kok saya tidak bertanya, kalau memang ada 200 an yang (katanya) menyuruh kita membunuh, terus 6000 ribu lebih lainnya isinya tentang apa?

Jujur, dulu takut mau baca-baca terjemahan. Katanya enggak boleh sembarangan baca alquran. Mending baca bahasa Arabnya saja. Padahal enggak mengerti bahasa Arab. Katanya lagi, kalau sering baca nanti jadi damai sendiri hatinya, biarpun enggak mengerti isinya.

Bingung saya. Kok bisa bikin damai padahal ngerti juga enggak. Hahaha. Tambah takut, deh. Alih-alih damai, malah makin bingung.

Dulu pun pernah, saya membaca buku apa gitu. Tidak ada sampulnya waktu tidak sengaja saya temukan di rumah kosan dulu. Kosan saya menyatu dengan rumah ibu kos. Ibu kos punya koleksi buku banyak banget. Saya bandel, suka gratakin isi laci atau isi kursi yang ternyata di bawahnya dijadikan tempat menyimpan buku.

Waduh, isinya bagus sekali. Yang saya ingat betul adalah tentang mencapai tingkatan tertinggi dalam beribadah. Beribadah karena cinta. Sekali itu baca buku agama yang enggak ada kata kafirnya seingat saya hihihihi. Hanya cinta, cinta, cinta.

Belakangan saya tahu, buku itu mungkin dikarang oleh salah satu pakar sufi :). Ternyata jargon “jika surga dan neraka itu tak pernah ada” adalah ajaran sufisme :). Di situ juga dibilang, ayat-ayat alquran itu indahnya jangan ditanya. Damainya tak terbantahkan.

Saya baca alquran + terjemahan. Masya Allah, ke mana saja selama ini? Isi alquran bagus begitu, super komplit, super sejuk, kok bisa-bisanya menjadi hal yang menakutkan? *getokKepalaSendiri*.

Tuhan kan katanya Maha Membolak-balikkan Hati. Lama berlalu, jarang lagi baca-baca yang model begitu. Malah makin pusing dengan banyaknya aliran yang tidak lagi banyak berbicara tentang cinta :(. Tapi lebih kepada rasa takut, takut, dan takut. Doa yang mengancam, doa yang meresahkan.

Harapan yang tidak menyemangati tapi melemahkan. Karena penyebabnya selalu ada di luar diri, di luar sana. Kita tidak berdaya karena kita sedang dan sepertinya akan selalu menjadi korban. Begitu yang saya rasakan, kita diancam-ancam. Padahal alquran ngisinya ngajak-ngajak ke arah ketenangan.

Yang lebih sering membahas, ini masuk surga, itu masuk neraka. Kalau begini masuk surga, kalau begitu masuk neraka. Gampang saja, ya. Saya jadi bingung itu katanya ada malaikat pencatat amal ya nganggur dong. Wong, ini sudah pada ahli begini :D. Enggak guna lagi yang namanya Hari Akhir, wong sekarang saja bisa ketahuan.

Hawanya beda benar dah huhuhuhu.

Belakangan saya baru tahu, ada yang namanya ilmu tasawuf. Tasawuf inilah yang mungkin menjembatani antara ibadah dan hikmah di baliknya :). Itulaaaahhh, kebanyakan baca gosip artis kauuuu, ilmu tasawuf aja baru-baru ini saja tahunya. Hahahahahaha.

Tahu dalam artian definitif. Dulu-dulu sudah sering bersentuhan dengan bacaan model begini. Cuma baru tahu kalau itu toh yang namanya tasawuf :p.

Saya pikir dulu saya ini saja yang hatinya mudah bercabang. Akidahnya kurang kuat. Imannya enggak bagus karena dikit-dikit nanya, dikit-dikit nanya. Kan katanya iman tidak perlu punya alasan.

Saya pikir dulunya begitu. Sudahlah, imani saja. Jangan banyak bacot. Damai gak damai, itu urusan pribadi masing-masing. Pokoknya gimana biar enggak masuk neraka aja lah, hahahahaha. Bodo amat sama orang lain, ini adalah tentang kita dan Tuhan. Titik.

Mungkin masalahnya itu tadi … kurang membaca. Kurang memperluas wawasan. Sempat terpikir, apakah ada ajaran-ajaran agama yang bisa membuat keimanan bertambah kuat, kecintaan kepada Ilahi semakin dalam, ketulusan dalam beribadah menanjak naik tanpa perlu membuat saya membenci siapa-siapa?

Ingin merasakan ketenangan. Hati yang rusuh ya mana bisa tenang. Kalau terlalu banyak prasangka yang menimbulkan rasa tidak berdaya, ingin melawan, ingin membasmi, ya damainya datang dari mana? Apa tidak bisa agama itu membuat kita jadi lebih percaya diri? Percaya diri yang tidak perlu berbanding lurus dengan besarnya rasa tidak suka kepada yang tidak seagama?

Tapi tetap bersyukur, saya merasa dijaga oleh Tuhan. Geer lo! Ya bisa jadi sih geer doang hahahahaha. Segalau-galaunya, alhamdulillah, belum pernah terpikir berganti keyakinan. Karena obat galau ya … berdoa ^_^. Yakin tidak yakin, selesai shalat saya selalu berdoa, “Apa pun itu, tetapkan di jalanMu ya Allah.”

Pokoknya saya selalu menganggap saya yang kurang ilmu kurang mencari kurang ini itu. AjaranNya sendiri ya pasti sempurna. Cuma, mungkin saya saja yang masih meraba-raba.

Terima kasih kepada Yang Maha Menjaga yang sudah mempertemukan saya dengan si Doni Febriando ini.

Maturnuwun atas bukunya ya, Mas ^_^. Sesuai dengan judul bukunya. Kembali menjadi manusia. Seperti itulah mungkin, yang saya alami sesaat setelah membaca halaman terakhirnya barusan :).

Tak salah memang, Islam itu damai. Rahmat bagi seluruh alam :).

Btw, sesuai dengan kata penulisnya, ini bukan buku agama. Iya, sih. Ini bukan buku agama ;). Yang non muslim pun sebaiknya ikut membaca. Tidak ada doktrin apa pun di dalamnya. Tak ada tuduhan tak ada tudingan. Bahasanya enak banget, Euy. Bahasa Arab pun yang umum-umum saja ^_^.

Barakallah, Mas Doni Febriando. Resensinya menyusul. Banyak banget rasanya yang pengin ditulis. Tapi sementara, sedang menikmati rasa sejuk yang mengalir tak henti-henti ini. Rasanya pengin langsung ambil air wudhu dan bersimpuh dalam-dalam di hadapanNya. Tidak lagi karena takut. Tapi lebih karena … cinta :). Insya Allah.

Kembali menjadi manusia :).

-Athlone, 12-12-2014-

***

Kembali menjadi Manusia

Summary
product image
Author Rating
1star1star1star1star1star
Aggregate Rating
no rating based on 0 votes
Brand Name
Doni Febriando
Product Name
Kembali Menjadi Manusia
Price
IDR 50000
Product Availability
Available in Stock