This Best Feeling in The World ^_^

Waktu pindah kerja, gaji naik. LIngkungan kerja berubah. Isenglah saya meng-upgrade merek kosmetik. Eh, setelah pakai bedak yang agak mentereng, entah kenapa kepikiran gini, “Ish, sayang nih, muka udah agak bagusan, masa sepatu masih gocap!” Hahahhahaha. Apa coba hubungannya? -_-.

kata kata hidup sederhana
Sumpah, ini bukan saya! Hahaha (gambar : commons.wikimedia.org)

Terasa enteng saja mau beli sepatu yang agak bagusan. Merasa berhak. Helooooo … gaji sudah naik toh ya? :p. Punya sepatu agak bagus, pikiran makin korslet, tas gimana tas? Masa mau terus-terusan pakai yang gocapan? Hihihihi. Beli deh tas yang agak bagusan :D.

Dari tas, makin gelisah, “Tas oke, sepatu maknyus, baju gimana baju? Celana gimana celana?”

Pergilah ke toko-toko baju yang agak bagusan. Biasanya kan berkeliaran di ITC ajah hihihihi. Nah, pas beli baju ini kepikiran lagi, “Hm, dalam seminggu harus 5x ganti baju + celana. Enggak lucu dong, hari senin pakai baju mahal, selasa balik ke yang gocapan. Berarti harus agak banyak nih belinya.”

Huaaaaa, lagak lagunya yang sudah punya gaji lebih :D. Bolak balik masuk ruang ganti nenteng-nenteng baju dan celana. Sesuatu yang tidak lazim dilakukan dulu.

Waktu itu saya ingat, kartu ATM saya bermasalah. Kartu kredit ketinggalan di rumah. Uang cash seadanya saja. Bisa sih, keluar sebentar narik tunai di mesin ATM, tapi udah capek gonta ganti baju dan bergaya bak model depan kaca ruang ganti hahhhahahahaha. OKB sekaleeeeee :p.

Untuk ke toko baju dengan leluasa memang hanya memungkinkan dilakukan di hari libur saat weekend. Malas ngajak pacar. Dia bawel hahahaha. Ya sudah, ayo kita tunggu minggu depan.

Best Feeling in the world Gambar : telegraph.co.uk
Gambar : telegraph.co.uk

Sembari menunggu itu makin macam-macam ya pikiran. Dari baju sekarang mau coba upgrade celana/bawahan. Terus diceritain soal krim muka macam-macam sama teman. Ada yang bisa bikin muka jadi kinclong kayak artis gitu lah.ย Gagal jadi artis, ya tidak mengapalah minimal bisa mirip artis hahahaha.

Nah, terus jadi mikir lagi, apa nanti bakal naik metromini atau KRL ekonomi terus? Sepatu bagus, tas bagus, baju juga sebentar lagi bakal mau dibeli, dan lain-lain apa masih pantas naik metromini? Gengsi dong! :v :v :v.

Terus nanti kalau sudah naik taksi, tempat kos harus pindah dong. Dan apa mungkin dengan penampilan yang nanti dikhayalkan mentereng begitu masih mau makan siang di tempat ecek-ecek? Makin panjang saja ceritanya :D.

Lama-lama saya menertawakan diri saya sendiri. Hahahahahaha. Sampai kapan mau begitu terus? :p.

Subhanallah, lemahnya kita sebagai manusia ya :).

For your info, weekend berikutnya tidak satu pun saya beli baju-baju yang sudah habis-habisan saya jajal di kamar ganti toko seminggu sebelumnya :). Belum apa-apa sudah capek dulu mikirinnya hihihihi.

Sudah terbebani duluan. Kalau baju-baju bagus apa bisa dimasukin laundry kiloan murah meriah standar mahasiswa di sekitaran kos saya? Jangan-jangan saya juga harus mempertimbangkan gimana biaya perawatan bla bla bla nya :D.

Karena untuk urusan tas saja, kakak saya berceramah panjang lebar kalau tas biar awet itu harus begini begitu. Repot amat! Ah, enakan pas tas murmer. Habis pakai bisa langsung lempar sana sini tanpa harus khawatir bakal rusak apa gimana-gimana hihihi. Rusak pun tak perih hati ini mengenang harganya :p.

Dan memang terasa, sekali melangkah, cukup susah untuk direm. Karena tidak ada habisnya. Tas yang dulu dirasa keren seantero jagad raya, hanya dalam tempo sebulan sudah terlihat membosankan. Pengin punya lagi dan lagi. Sepatu juga begitu. Baju apalagi karena mode kan berkembang pesat ya :D.

Saya merasa pantas, merasa berhak. Untung cepat-cepat disentil sama Tuhan hehehehe. Jangan belagu, Neng. Baru gaji segitu :p.

Setelah menikah kalau tak pandai menguasai diri mungkin akan terjebak dalam pusaran yang sama. Contoh : habis beli rumah. Saatnya ngisi rumah. Awalnya mungkin sederhana saja. Punya duit lebih, mulai gonta-ganti. Ganti televisi dulu. Ganti yang gede. Terus terpikir, televisi gede kok sofanya gini doang. Ganti sofa. Eh, sekalian sama meja satu set ah, masa sofa udah keren, mejanya kucel.

Habis itu, merasa perlu punya rak. Abis itu masa sofa set sudah keren ada rak pula, lantainya enggak pakai karpet? Beli karpet baru. Karpet keren, masa lampunya cimik-cimik? Beli lampu kristal! :D.

Hingga akhirnya terasa … kok rumahnya jadi kecil ya? Yaiyalah, beli-beli barang melulu hihihihi. Suami sudah punya duit lebih. Ya beli rumah baru dong. And here we go again. RUmah baru lebih besar. Semua barang-barang tadi terasa tidak cukup. Ganti lagi. Televisi yang lebih besar lagi,, sofa yang lebih mewah lagi, lampu kristal yang susunannya lebih panjang lagi, endebre, endebre, endebre…

Best Feeling in the world (gambar : buyinghouse.info)
Ini juga bukan rumah saya la yaowww! ๐Ÿ˜€ (gambar : buyinghouse.info)

Mau sampai kapan? :).

Kapan tenangnya hidup? Ada uang lebih, upgrade gaya hidup. Uang lebih banyak lagi, upgrade gaya hidup. Dari isi rumah merembet ke tempat liburan, tempat makan, merek mobil, endebre, endebre, endebre.

Why not? Uangnya ada. We deserve better!

Really???

Ternyata rumusnya bukan begitu. Jangan sampai kita menyandarkan makna hidup pada dinding yang salah. Karena sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi banyak orang. Bukan merek baju atau tasnya, ya, Kakaaaa hehehe ;).

Karena kalau keinginan terus yang kita ikuti, tidak akan ada habisnya. On and on and on … Harta itu memang cobaan ya ternyata.

Mengapa harus begitu? Uang sedikit, uang banyak, tak ada yang harus diubah ^_^. Suami gaji rupiah, gaji dolar, gaji riyal, gaji euro, merek bedak tidak harus ngikut kurs kan? Hihihihi. Merek parfum tidak harus otomatis berganti begitu angka di tabungan suami melonjak naik :D.

Bagus kalau takdir membawa kita ke posisi yang lebih baik. Tapi kalau sebaliknya. Nasib malah menjatuhkan kita ke bawah? Susah kan? Sudah biasa pakai yang mahal-mahal, makan mewah-mewah, liburan keren-keren, apa sanggup downgrade ke bawah? Belum menahan gengsi dan malu :D.

Mendingan kita biasa-biasa saja terus. Harta berlimpah, harta pas-pasan, tak perlu jor-joran ^_^. Tetap stabil. Sehingga hidup kita tak pernah dikendalikan oleh kemewahan. Tak sebegitu terluka saat tadinya bergelimang harta harus tiba-tiba terhempas jatuh :(. Jangan gengsi naik angkot walau suami sanggup beli pesawat! Ha? Suaminya kerja di mana Mbak? Hahaha.

Banyak barang itu banyak pikiran. Iya gak sih? Pusing saban mau keluar rumah. Mau pakai baju yang mana, jilbab yang mana, tas yang mana. Coba punya mantel cuma satu biji. Setiap mau keluar rumah, tidak rusuh pikiran! Wong cuma punya satu! Hahhahaahha. Satu lagi lah buat emergency in case yang satunya kotor padahal winternya bisa berbulan-bulan ;).

Sepatu punya 10 pasang! Saya jamin pusingnya 5 x lebih berat daripada yang cuma punya 2 pasang! :v :v.

Kalau pesan Warren Buffet, “Manusia yang membuat barang. Bukan barang yang membuat manusia.”

Jangan sampai kita berusaha mengidentifikasi diri kita, menunjukkan diri pada dunia berdasarkan barang yang menempel di badan. Terbalik ittuuhhhh! :D.

Again .. jangan menyandarkan hidup pada dinding yang salah ;).

Ini nasihat buat saya juga hihihihi. Maklumlah, perempuan gitu lho :v :v :v. Pegangan mesti kenceng di musim diskon begini hahahahhhha.

Letakkanlah dunia di tanganmu, bukan di hatimu. Jangan sampai tertukar. Di tanganmu, bukan di hatimu ;).

The best feeling in the world is realizing that youโ€™re perfectly happy without the thing you thought you needed
– marxie

Have a nice weekend ^_^.

kata kata hidup sederhana
Gambar : radioparadise.com

 

11 comments
  1. Sebaiknya sih, semakin banyak uang yang kita miliki maka semakin banyak pula amal kita (sedekah) ๐Ÿ™‚ Ya kan yaaa.. Like this post so much, mbak!

  2. wah…baru tahu rumahnya baru
    “bila kelebihan rejeki jangan menaikkan taraf hidup, melainkan jadilah lebih dermawan”

  3. Jadi inget quote ini:

    “When you raise your salary, don’t raise your standard of living but raise your standard of giving”

    Yg diartikan sama yg komen sebelum ini, hihi

  4. heheheh g habis2 ya mbak kl nurutin yang satu itu ^^

  5. Like this post much mbak Jihan ๐Ÿ™‚

    Dan aku mencoba resep itu di ramadhan kali ini , berusaha tidak gagap THR ๐Ÿ˜‰ Menutup mata atas discount baju berikut temen2nya yg di mall , menutup hidung ( meski gak rapat ) atas puluhan pedagang takjil dan ifthor di sepenjang jalan dari kantor menuju rumah . Belanja dan masak seperti hari2 biasa
    Melegakan krn ternyata bisa
    Salam kenal ya

    1. Setuju banget. Begitu bisa tuh rasanya legaaaaa banget. Ke mana saja ya kita selama ini? Hehehhe :D. Teria kasih ya sudah mampir ke sini ^_^ <3.

  6. Slalu suka baca tulisanmu, mba, walau ular naga panjangnya hihihi. Kalau prinsip saya, punya uang atau tidak, muke pasang tampang lempeng aja. Jadi ga ketahuan bedanya ^_^

    1. Nah! Baiknya kan gitu :D. Kalau ada apa-apa kita juga enggak pusing nerangin sana sini hehehehe :p.

  7. Eh, asli aku kemarin baca tulisan ini lho. baruuuuu…kemarin. oh, ternyata tulisan mbak Jihan…ealah…

    1. Hahahaha iya. Tulisan lama, November tahun lalu, 2014 :D. Di Facebook juga memang ada statusnya :D.

  8. jadi ngebayangin istri di rumah..

Comments are closed.