Nayirah dan Hoaks Penyebab Perang Teluk 1

Dengan setengah menangis, Nayirah berbicara selama 4 menit di hadapan U.S Congress di bulan Oktober 1990, sekitar 2 bulan setelah Saddam dan pasukannya menginvasi Kuwait.

Nayirah bersaksi bahwa dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa tentara-tentara Irak mengambil paksa 15 bayi dan membiarkan para bayi ini tergelepar begitu saja di lantai hingga tidak bernyawa lagi. Kejadiannya di salah satu rumah sakit besar di Kuwait. Testimoni Nayirah tidak menyebutkan angka kematian para bayi. Namun di laporan tertulis, diklaim ada 312 bayi yang dibantai oleh para tentara Irak.

Kesaksian Nayirah benar-benar dieksploitasi secara luar biasa oleh Hill & Knowlton selaku pihak yang menyelenggarakan kampanye “Citizens for a Free Kuwait” di Amerika Serikat. Video Nayirah juga disebarkan ke seluruh penjuru dunia dan diputar berkali-kali di sidang-sidang internasional.

Masyarakat Amerika Serikat tergugah dan akhirnya kongres memberi ‘lampu hijau’ kepada pemerintahan Bush untuk ‘menyelamatkan Kuwait’.

Perang pun pecah. Perang yang kini dikenang sebagai Perang Teluk I berlangsung hingga Februari 1991.

Bulan Maret 1991, John Martin, reporter ABC melaporkan dari Kuwait bahwa meninggalnya banyak bayi dan pasien di rumah sakit disebabkan ketiadaan tenaga medis (dokter dan suster) yang memutuskan berhenti bekerja karena takut dengan situasi memanas. Terkuak fakta bahwa tentara Irak tak pernah mencuri inkubator mana pun!

Tapi adalah John MacArthur, yang mengungkap fakta lebih lengkap mengenai si Mbak Nayirah ini. Di bulan Januari 1992, tulisan MacArthur “Remember Nayirah, Witness for Kuwait?” dipublikasikan di The New York Times. Investigasi ini tak hanya membuat publik Amerika Serikat (bahkan mungkin dunia) terhenyak tapi juga mengantarkan MacArthur mendapatkan penghargaan di bidang jurnalisme di tahun 1992 dan 1993.

Perempuan lugu berpenampilan sederhana berusia 15 tahun yang memberikan kesaksian memilukan yang menggemparkan publik internasional tersebut ternyata anak dari Saud Nasir Al Sabah, duta besar Kuwait untuk Amerika Serikat. Berbagai investigasi lanjutan setelah itu menguak lebih banyak fakta lagi.

Nayirah telah dilatih secara profesional untuk berakting di depan kongres. Tidak hanya isi testimoninya yang hoax, aktingnya pun juga palsu. Pernyataan 4 menit tersebut itulah yang digunakan oleh Bush dkk untuk merebut simpati kongres dan masyarakat Amerika Serikat untuk merangsek masuk menghajar Saddam dan Irak.

Propaganda semacam ini tentu bukan hal baru. Ada yang mengklaim perang-perang besar di 200 tahun terakhir ini mungkin semuanya dipicu oleh propaganda sentimentil model Mbak Nayirah di atas.

Bayangkan, kesaksian Nayirah telah mengorbankan korban yang tidak sedikit baik dari pihak Irak, Kuwait maupun tentara-tentara US yang dikirim ke sana. Maka dari itu, SANGAT JELAS mengapa ancaman alquran sangat keras kepada para saksi palsu!




Propaganda macam “tentara Irak membunuhi ratusan bayi di Kuwait” ini bukan kisah tunggal. Tidak hanya terjadi di ‘dunia barat’. Indonesia pun pernah mencatat luka lama akibat propaganda yang tidak kalah kejamnya. Menengok kembali cara rezim Orde Baru membumihanguskan PKI pasca Gestapu 1965, saya masih merinding sampai sekarang .

Terlepas dari pro-kontra komunisme, propaganda yang diletupkan oleh rezim Orde Baru nyatanya tak hanya mengorbankan nyawa ratusan ribu (bahkan ada sejarawan yang berani mengklaim jumlah pembantaian mencapai 1 juta jiwa) tapi juga para loyalis Soekarno yang belakangan diketahui tak ada hubungannya dengan PKI.

Sayangnya, ratusan tahun berlalu, sejarah pun berkali-kali menyodorkan bahayanya propaganda negatif, kita pun tak pernah belajar .

Propaganda yang kini sebenarnya bisa diartikan sebagai berita-berita palsu alias HOAX. Sejak beberapa tahun lalu, saya memang kepo banget urusan foto-foto/info hoax. Termasuk dalam kisruh Rohingya atau Suriah atau Mesir.

Sebagai blogger saya paham betul, tulisan itu basi tanpa gambar! Kekuatan gambar atau foto efeknya tidak sedikit. Sejalan dengan ungkapan “a picture paints a thousand words”.

Gambar : forum.kompas.com

Bayangkan saja, konflik antar ras yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan agama bisa diramu sedemikian rupa untuk mempertentangkan Islam dan Buddha. Aneh banget sampai waktu lagi ramai-ramainya, banyak yang menghina dan mengatai-ngatai Dalai Lama dengan berbagai ungkapan kasar .

Konflik yang sebenarnya bisa dibilang adalah buah dari ketidakstabllan yang mengarah pada kemiskinan akibat perang saudara berkepanjangan di Myanmar. Junta Militer baru saja dirobohkan.

Sekitar 80% foto yang beredar ditengarai adalah hoax. Parahnya, itu foto hoax masih menyebar sampai sekarang!! Saya enggak bilang informasinya hoax, tapi mengapa harus disebar dengan foto hoax? Tentu saja biar lebih meyakinkan dan untuk mengaduk-aduk logika para pembaca.

“For every good reason there is to lie, there is a better reason to tell the truth.”
Bo Bennett

Propaganda/hoax sebenarnya bukan akibat media digital yang makin canggih. Bukan juga karena maraknya media sosial.

Propaganda ini sudah dari dulu ada. Perang Dunia 1 pun konon dipicu oleh kabar hoax .Perang Dunia II apalagi.

Itulah pentingnya selain bersemangat mencari ilmu kita dibekali dengan semangat mencari tahu alias tabayyun . Menyebarkan berita negatif tentu tanggung jawabnya besar sekali. Ingat, bersaksi palsu itu tiada bedanya dengan menyebarkan berita palsu!

Harus bagaimana? Whom to trust? Percaya sama diri sendiri, dong . Saban lihat berita-berita provokatif, mendingan kita menahan diri dulu.

Kalau berita positif sih mending, tapi berita-berita yang ramai justru sebaliknya, kan? Karena kadang ya teman-temanku, latar belakang masalah juga harus kita cek dan ricek secara menyeluruh. How dan Why-nya yang suka ketinggalan.

Kalau what, who, where and when kan relatif lebih mudah dan very easy to get. Padahal di banyak kejadian, HOW dan WHY ini yang justru bisa mengendalikan emosi yang berlebihan.

Be careful. Extra careful.

Gambar : linkedln.com
Gambar : linkedln.com

***

20 comments
  1. Pisau kaleeeee hehehehehe :P. Tajem sama sok tahu memang bedanya tipis yaaaaaa hahahahahaha 😀

  2. ikutin humming lagunya aje.dudududum Again you write it so well neeeeng dudududum

    1. keliatan jadulnya nih kita yak hihihihi :P. Taunya lagu2 abege 90 an 😀

  3. Salam kenal nih mbak first response …….loyal follower kesannya stalker banget ya…. Suka banget sama blog ya soalnya ditulis jujur dari hati……Kenapa melihat Amerika dari segi jeleknya aja kelihatannya agak anti Amerika ya ? Kenapa tidak melihat kekurangan dari negara sendiri yang pemerintahannya korup , fasilitas pendidikan dan kesehatan mahal, rakyat mayoritas naik motor, perokok ,dan biang kerok dijalan….Seperti Mbak saya juga pernah tinggal di Makassar, tapi lebih lama tinggal di U.S ……Apa Indonesia jauh lebih maju….Infrastruktur nggak memadai, panas , semrawut, , etc……..Apa bukan negara kita yg all about the money,…………The grass does not look greener on the other side , They are indeed greener than the ones left back home

    1. Lho? Kok nyasarnya ke Amerika sih? hihihihihi. Kebetulan aja kaliiii contoh pertamanya soal Nariyah. Soal propaganda kan di Indonesia juga ada tuh, yang soal pemberantasan PKI pasca Gestapu. Kayaknya baru baca blog saya deh ya hehehehe. Kalau sudah sering baca2 tulisan2 saya yang dulu2, pasti paham tulisan ini sebenarnya mengarah ke mana ^_^. Baca tulisan saya yang “How Islamic Are Islamic Countries?” deh, biar komen anda enggak judgemental gitu ;).

  4. Suka banget sama tulisan ini. Hehehe…wah…isu SARA juga selalu heboh di Indo, apalagi jaman kampanye begini.

  5. Baru tahu nih Ji. Dulu lebih sulit utk cross check. Sekarang lebih mudah karena teknologi canggih memungkinkan penyebaran informasi ke seluruh dunia dengan cepat tapi informasi yang beredar bisa beragam. Memang mesti menelaah informasi sebaik2nya. Tidak diduga si lugu itu ular berbisa ya. Sy itu pingin punya ilmu yang kelak bisa menilai calo mantu dengan hanya mengamati wajah dan perilakunya, biar ketahuan dia gadis baik2 atau bukan. Kalo pintar bersandiwara kayak begini … waduh …. #eh jauhnya mengkhayanya di’ :v

  6. Berhubung pada tahun 1991 saya masih unyu2 something, jadi saya ga tau bagaimana awal mulanya perang teluk ini. Salut buat mba yang meluangkan waktu buat ngumpulin data-data hingga menemukan si nayirah ini. Saya setuju banget sama mba, umat muslim diajarkan oleh nabi untuk selalu tabbayun dalam menerima informasi apapun itu agar tidak salah langkah.

  7. serem yaa gara2 berita palsu bs nyebabin perang

  8. noted mbaa….kebayaang kan geramnya kalau semua ujung-ujungnya duiiit euuy…dan frankly, ngg kaget kalau banyak ‘fenomena’ palsu yang highly manufactured model gini..TFS ya 🙂

  9. Wogh, Baru ngerti asal-usulnya. Dan baru kenal juga sama si Nayirah ini. Yah tahun 91 kan aye masih SD, Mak :p.

    1. Maish 5 tahun malah. Masih TK. Wkwkwkwk.

  10. Gerrraaaam…saya bush!!!!

  11. Benar, Jihan. Kadang yang menyebarkan link hoax pun merasa telah melakukan jihad fisabilillah 🙂

  12. Mak Jihan, tulisannya mendalam. Mengingatkan saya juga agar jangan kepancing HOAX. Gak engen nambah dosa. Beuh….

  13. Cuma mau komen, theme blognya baru 😀

  14. Wow, analisisnya keren banget… Saya mesti banyak belajar nih. Tapi saya setuju banget, bahwa kita mesti cek and ricek culu sebelum menyebarkan berita atau informasi. Daripada jatuhnya malah mem-fitnah. 🙂
    Sukses selalu ya Mbak Jihan.

  15. Analisis dan penyampaiannya keren.
    You’re good, Mba.
    You’re good.

    Salam kenal.

  16. Devide et Impera. Senjata paling ampuh untuk meruntuhkan kejayaan.
    Harta, kekuasaan, tahta tak dibawa mati tapi dikejar mati-matian sampai mematikan banyak orang. Ckkkk

  17. Kenapa bin laden yg asli saudi jadi teroris?

Comments are closed.