Food Combining : Kontroversi Susu Sapi, Yay or Nay?

[Food Combining] Kontroversi Susu Sapi, Yay or Nay?

***

Jujur, saat baru mempelajari teori Food Combining, susu sapi ini yang sempat membuat saya urung. Eike kan penggemar susu coklat sejati. Hehehe. Seumur-umur, baru kali ini tahu ada teori kesehatan yang mendiskreditkan si ‘5 sempurna’ ini.

Gambar : lankatruth.com
Gambar : lankatruth.com

Menurut teori Food Combining, susu sapi ternyata kurang baik bagi pencernaan manusia. Karena kandungan susu sapi memborong 3 komponen makro dalam makanan lemak-karbohidrat-protein dengan sama tingginya. Sementara, FC meyakini, pencernaan manusia hanya bisa melakukan penyerapan OPTIMAL jika makanan yang kita makan hanya mengandung mayoritas 1 komponen makro saja.

Yang aneh-aneh diserap juga. Cuma tidak optimal dan akan menghasilkan ‘residu’. Kalau ‘residu’nya cuma sekali-sekali, tubuh punya kemampuan mentoleransi. Tapi, kalau saban hari, ‘residu’ ini menumpuk dan akhirnya keluar dari gudang penyimpanan lalu berkelana ke mana-mana. Bahkan ke bagian-bagian yang seharusnya tidak dia datangi. Ngeri, kan?

Bedakan dengan ASI. Komponen tertinggi dalam ASI didominasi oleh karbohidrat. Tidak menyalahi aturan main sistem cerna manusia.

Kalau ada yang intoleran laktosa itu saya percaya. Anak saya yang pertama contohnya. Tapi, kalau susu secara umum ternyata seharusnya tidak dikonsumsi regular (bukan dihindari 100%, ya, tapi dijadikan menu ‘rekreasi’ saja alias sekali-sekali), benar-benar berat sekali mau percaya hehehe.

‘Ledekan’ pertama justru datang dari aktivis Gesamun hehe. Tak jarang pula di Twitter, @erikarlebang berantem sama para dokter :P. Sampai pusing deh bacanya :P. Akun ini adalah salah satu penggiat FC yang cukup tenar di tanah air. Salah satunya ya karena sifatnya yang anti basa basi dengan tweet setajam silet! Hahaha.

Saya mah langsung mainin logika sederhana saja :). Langsung merujuk ke bukti nyata. Secara masa kecil saya memang enggak nyusu hihihi. Bukan karena orang tua menganut paham FC. Tapi lebih karena masalah ekonomi hahaha. Walau waktu itu ibu sering berdalih kami semua enggak ada yang doyan minum susu :P. Kenalin, tujuh-tujuhnya ‘profesor ASI’, tanpa bantuan SUFOR/UHT/susu sapi jenis apa pun sama sekali! :D.

Lagian, dulu susu enggak seheboh sekarang. Sekarang banyak juga ibu-ibu yang menggantungkan zat gizi anak pada susu, “Biarin dah enggak makan yang penting mau nyusu.” Salaman dulu. Saya juga gitu dulu. Hahaha.

Saya kenal susu di usia sekolah. Itu pun minumnya dipaksa-paksa. Enggak rutin juga. Susu habis, kadang berhari-hari enggak beli yang baru. Sarapannya ya minum teh :P.

Dan kalau dilihat-lihat lagi, saya tujuh bersaudara ya biasa-biasa saja. Enggak yang gimana-gimana :D. Berarti, enggak minum susu bukan sesuatu yang luar biasa seharusnya. Begitu logika simpel saya ;).

Setelah berdamai dengan diri sendiri, meyakinkan suami juga kerja keras. Tapi, pelan-pelan lah. Anak-anak kan di bawah penanganan saya. Susunya saya kurangi dulu. Setelah tinggal di Eropa, benar-benar mandiri tanpa campur tangan ortu dan teman-teman, baru deh saya berani meng-cut si susu sapi ini hehehe.

Gambar : goddirectcontact.org
Gambar :  Soymilk –> goddirectcontact.org

Diganti dengan susu kacang atau susu kedelai. Iya, sih, banyak yang menganggap ekstrim karena katanya susu sapi itu spesial, kandungannya tak mungkin tergantikan oleh susa kacang atau susu kedelai. Tapi, hasil praktiknya berkata lain ^_^.

Karena itulah, suami akhirnya menurut hehehe. Siapa yang bisa membantah bukti nyata di depan mata? ;).

Lalu, datang pula si Hiromi Shinya si raja enzim yang saya baru tahu kalau hasil penelitiannya juga menjadi bahan ledekan di grup ibu-ibu hehehe. Katanya penelitiannya palsu. Kurang tahu juga, ya. Soalnya Hiromi ini bukan aktivis FC setahu saya. Dia murni ‘konsen’ di susu sapi :D. Saya juga enggak pernah membaca benar-benar hasil penelitiannya. ‘Pegangan’ saya ya kandungan si susu sapi itu saja yang dikemukakan oleh pakar FC :D.

Kok cuek saja? Ya karena saya pegangannya adalah hasil praktik :P. Apa mau dikata? Anak-anak justru menunjukkan daya tahan tubuh yang signifikan setelah saya hilangkan si susu sapi dan saya percayakan kalsiumnya pada sayur-sayuran hijau ;).

Enggak mau takabur, ah. Sebagai muslim, kita harus percaya selalu ada campur tangan Allah dalam setiap kebaikan dan keburukan yang kita alami :). Terima kasihnya paling pertama sama Tuhan dulu.

Tapi tetap makin cinta sama sayur-sayuran dan buah-buahan dan makin keukeuh bahwa tidak seharusnya kita menggantungkan gizi pada susu sapi. Termasuk gizi anak-anak ;).

Daya tahan tubuh anak-anak yang meningkat drastis inilah yang menjadi senjata andalan saya dalam membungkam keraguan suami. Belakangan, dia sendiri mengangkat bendera putih setelah membuktikan kolesterolnya yang merosot tajam dari angka 260 ke 190 ;). Tanpa obat-obatan sama sekali!

Sekarang, dia lebih penurut sama saya urusan makanan :D. Dulunya, bawel beneeerrrr -_-, “Gila lu, anak-anak enggak dikasih susu? Sakit-sakitan nanti!”

Rasulullah kan minum susu. Nah, itu dia, setahu saya, susu yang sering dibahas itu hanya susu sapi. Cuy, zaman rasulullah apa iya sudah ada yang beternak sapi? Hehehe. Adanya kambing. Itu pun beliau mengkonsumsinya adalah susu segar. Katanya, lho, ya. Aduh, paling grogi kalau bahas-bahas agama, pasti bentar lagi ada yang minta dalil hahahaha.

Saran saya, sih, jangan terlalu ekstrim lah. Kalau memang masih mau mengkonsumsi susu sapi dan teman-temannya, monggo saja ^_^. Tapi, bagusnya, susu memang jangan dijadikan sumber gizi utama. Satu gelas sehari cukup lah, ya ;). Jangan sampai sayur dan buah kita kesampingkan karena sudah merasa anak-anak ‘tercukupi’ dengan bergelas-gelas susu :).

Tapi saya juga tak mau menutup-nutupi bahwa sejak susu sapi dan turunannya tak lagi menjadi ‘sajian harian’, anak-anak justru lebih bugar :). Eh, tapi saya masih makan keju, kok. Cuma ya gitu, paling sebulan sekali hihihi. Minum yoghurt Narda doyan banget. Bapaknya apalagi hahaha. Tapi, sebulan sekali belum tentu minum :P.

Gambar: Almond Milk --> ihomeremedy.net
Gambar: Almond Milk –> ihomeremedy.net

Kalau dulu masakan bersantan malah saya ganti dengan susu sapi biar lebih sehat, sekarang kebalik. Bikin makaroni yang biasanya pakai susu sapi, saya ganti sama santan hehe. Atau kadang pakai susu kedelai atau susu kacang.

Hidup ini pilihan, ya. Kalau dari piramida makanan WHO, prinsip FC memang bagaikan negeri dongeng atau isapan jempol orang iseng hahahaha. Padahal penemunya dokter juga. Bukan ahli gizi memang. Pencetus pertama teori ini adalah seorang dokter ahli bedah.

Saya enggak akan berkeras. Silakan dipraktikkan bagi yang berkenan, kalau tak berkenan juga apa urusannya ama gue la yaow, hehe. Tahun ini memutuskan gencar ‘berdakwah’ soal FC, because I’ve seen the result for one year :).

Tujuannya ya ingin menebarkan kebaikan :). ‘Kebaikan’ versi saya :D. Kalau beda sama WHO, ya bukan karena ada yang salah. Mungkin perbedaan mazhab itu tak cuma dalam agama, urusan makanan pun ada ‘agama’nya sendiri-sendiri hahaha. Buat saya, FC ini mengajarkan kesederhanaan dan kedisiplinan dalam urusan makan.

Jangan salah, aktivis FC itu banyak dari kalangan muslim yang anti vaksin sekali pun. Memang suka merasa aneh, sih. Di grup ini pro vaksin tapi ‘ngeledek’ pola makan FC. Di grup sana, anti vaksin tapi memuja FC.

Ya, join di dua-duanya sih tetap. Kita ambil yang disepakati, kita maklumi yang punya pemahaman yang berbeda. Gitu aja kok repot ;).

Manfaat positifinya, kita jadi lebih kritis, kan? Enggak mesti karena di sono isinya banyak yang pakai ‘jas putih’ dengan segambreng penelitian medis lantas kita menjadi gentar. Dan enggak mesti karena anggotanya bolak balik bawa ayat kita jadi keder :P.

Kita semua punya kepala yang seharusnya ada otaknya, kan? Nah, difungsikan kepunyaan masing-masing seoptimal mungkin :P.

Saya suka cara Ibu Andang dan Pak Wied (dua nama yang cukup popular di dunia FC) menanggapi kalangan akademisi yang menantang mereka berdebat secara terbuka, “Ini bukan hal untuk didebatkan tapi untuk dipraktikkan. Mau lihat buktinya? Praktikkanlah sendiri.” Hehehe.

Setuju sama mereka. Untuk tahu apakah FC ini sahih atau tidak, dalilnya cuma satu, cobain sendiri dan rasakan manfaatnya! Hehe.

Ingat, FC tidak pernah melarang kita makan ini itu. Kata siapa? Pizza berlumur keju yang lezat itu, minggu lalu saya makan sampai satu loyang. Hahaha. Intinya, sekali-sekali saja. Justru makan terasa enaknya kalau dinikmati secara terbatas, lho ;).

Percayalah, aktor utama dalam perut seharusnya memang dipegang oleh sayur-sayuran dan buah-buahan. Dua hal yang bisa tumbuh di mana saja dalam kondisi apa pun (kalau manusianya beres dan sayang lingkungan tentu saja :D).

Tidak percaya? Buktinya dalam dunia ini kalangan vegetarian jumlahnya tidak sedikit dan mereka terbukti baik-baik saja. Btw, vegetarian juga ada yang mengkonsumsi susu hewan tapi ada juga yang tidak. Sebaliknya, ada gak sih orang yang makan daging doang dan baik-baik saja seumur hidupnya? ;).

Sungkem dulu sama bapak ibu dokter, sungkem sama pengusaha susu jugak hihihi. Sungkem sama pengurus WHO juga, deng :P.

Jadi, susu sapi? Yay or Nay? Tidak untuk diperdebatkan. Tapi untuk dipraktikkan ;). Salam damai ^_^.

Hazelnut Milk
Hazelnut Milk

***

20 comments
  1. Pusing juga ternyata soal diet yang satu ini…
    Kalau saya mah makan, ya makan aja, yang penting halal dan gak berlebih 😀

    1. Umm…enggak pusing kok hehehe. Justru gampang enggak banyak mikir karena makanannya simpel2 aja :P. Kalau halal dan enggak berlebih sih memang bagian dari prinsip FC (bagi muslim) :D.

  2. Prinsip FC ini udah yang paling masuk akal buatku. Soalnya segala jenis makanan masih boleh dimakan, cuma syarat dan ketentuan berlaku, kan? 🙂 Yang paling berat itu justru bukan di bagian susu-nya, neng poni. Juga bukan di per-dagingan (salam cinta dari tahu tempe favoritku sepanjang hari, hihi) Tapi… tidak mencampur telor dengan nasi itu, loh. Ampuuunn ndoroooooo…..! Beraaaatttt! Oh, ya. Sama membiasakan makan buah di pagi hari. Hoalaaahh, di bandung ini lagi super dingiiinnn… pagi2 paling enak sarapan roti isi sama kopi atau kalo nggak ya nasi uduk komplit pake telor! Huahaha… tobaatttt! ;mrgreen:

    1. Super dingin? Mau bandingin suhu Irlandia gak sama suhu Bandung? 😛 hehehehe

      1. Huahaha.. iya, iyaaa. Ampuuunnn…! :p

  3. Wah, ini pengetahuan baru :D.
    Masuk akal sih. saya bukan penggemar susu jenis apapun. Minum susu ya ada kali sebulan sekali dua kali. Tapi setiap habis minum susu, perut saya selalu mules ^^. Bisa jadi karena pencernaan saya nggak cukup “kuat” nerima susu. Saya lebih milih jus buah untuk mengawali hari 😀

    1. Secara FC, itu sudah benar :D. Memulai hari dengan jus buah 😀

  4. Kak Jihan, segala makanan dari hewan (susu atau dagingnya) tergantung dari apa yang dimakan oleh hewan tersebut dan bagaimana hewan tersebut dipelihara. Sangat tidak heran kalau susu sapi industri jaman sekarang berbeda dengan susu sapi jaman dulu. Kala ini banyak perempuan Belanda yang besar di masa 70-an terkena kanker payudara dan penyebabnya adalah: susu sapi dari sapi yang disuntik hormon :-(. Yup, hormonnya terbawa ke susunya dan terminum oleh anak-anak.

    Jadinya kalau ada klaim susu sapi jelek, biasanya saya lihat dulu konteksnya apakah ini, susu sapi manakah yang dimaksud. Begitu juga dengan klaim misalnya: ikan salmon tinggi kadar omega, eits, ikan salmon yang mana dulu, kalau wild salmon iya, kalau farm salmon mah tidak.

    BTW, susu kedelai juga jangan banyak-banyak minumnya, susu kedelai itu ada isoflavones yang kalau kebanyakan tidak baik bagi tubuh.

    1. Hehehe baca yang benar, susu itu hanya minuman rekreasi. Tidak diminum tiap hari. Termasuk susu kedelai dll. Soal susu sapi boleh saja punya pendapat berbeda :). Tapi memang dalam FC susu sapi dianggap tidak cocok untuk pencernaan manusia 🙂

  5. Nice sharing Mbak Jihan. Saya juga FC-er, tidak anti susu sapi 100 persen. Sesekali teteub dengan enaknya menikmati es puter nan manis gurih kaya susu (slurrp…). ha…ha…. Saya anak PNS, dari kecil enggak kenal rutinitas minum susu (susu sapi), sehat walafiat kok.Malah setelah hamil dan mulai kebiasaan minum susu hamil, eh…mulai deh alergi. wallahua’lam apakah memang susu penyebabnya. Tapi secara logika, akhirnya memutuskan, susu sapi memang hanya makanan rekreasional saja. Salam damai dan salam FC 🙂

    1. Iyalah. Pada dasarnya, kebutuhan gizi utama kita jangan bergantung pada susu sapi ;). Salam damai juga hehe

  6. Hihihi, jadi inget bahasan MPASI di Milis Sehat asuhan Dokter Wati, ada yang tanya tentang metode MPASI ala FC, jawaban Dokter Wati : FC gak pernah ada evidence based nya
    Perasaan seseorang -> bukan evidence based. Testimoni tdk bisa jadi panduan, tidak boleh jadi pegangan. Apalagi buat bayi.. Peace Mba Jihan 😀 *Saya juga setahun yang lalu penganut FC, tapi kok ya setelah nikah malah males, #tepokjidat

    1. Evidence basednya banyak kok hehehhe. Alhamdulillah, setelah FC, manfaatnya untuk saya pribadi banyak banget ;). Enggak perlu pusing-pusing nyari pegangan hahaha. Cukup dilihat efeknya ke diri sendiri dan sekitar :D. Peace juga ya ^_^.

  7. yg gw baca sih susu sapi atau susu kedelai itu pemrosesannya ga bener, ga seperti jaman baheula dulu. pada intinya, si makanan yg harusnya diproses sesuai dgn tujuannya, jadi rusak karena proses teknologi modern. contohnya, kedelai mending dimakan dalam bentuk tempe/miso. karena itu bawaan teknologi jaman dulu, yg gak pake zat2 tambahan aneh2. selain itu kalo kasus susu kedelai malah harusnya ga boleh dibikin susu or daging palsu, krn proteinnya jd terlalu tinggi (isoflavone). orang2 vegan pilih minum santan 😉

    kenapa orang jaman dulu minum susu segar, krn yg asli dari hewannya itu yg masih mengandung zat2 yg bagus buat tubuh. apalagi kalo bakterinya dibiarkan tumbuh alias jadi yogurt. bakteri baik yg penting buat tubuh (selama ini mereka mati kena zat2 tambahan aneh2 itu or kena pasteurisasi/sterilisasi). http://keybiotics.com/video.html (lihat videonya aja, lumayan informatif, tp cuekin iklannya :p)

    soal pencernaan manusia.. jelas itu karena lactose-nya. manusia lahir dgn toleransi lactose krn musti menyusu ibu. selewat 2thn kemampuan itu menurun, tapi entah sebagian orang masih toleran makan lactose sampe tua.

    gw pernah tau dr seorang vegetarian yg pilih makan keju kambing drpd keju sapi. blon nemu kenapanya 🙂 silaken googling.. ditunggu info barunya 🙂

    [maap lagi males pasang2 link referensinya ^^;;]

  8. Salam kenal, Mba 🙂 Saya lagi mempelajari FC en mencoba mempraktekkan. Jadi bolak-balik mampir ke blognya Mba Jihan. Hehehe…

  9. wah saya trlambat ni baca” blog mbak.. bagus” isix.. seneng deh.. bnyak plajaran yg saya ambil.. mngenai susu saya stuju bgeeet sma mbak jihan.. cuma susah bget ngasi tau mrtua.. hehehe..
    saya lupa tntang lengkap hadistx.. lupa juga riwayatx.. tpi yg jelas Rasulullah tidak prnah mnum susu stiap hari.. di selang”..

  10. Saya tertarik dengan food combining. . Niat utamanya sih pengen menurunkan berat badan hahaha… Setelah belajar, ternyata perlu dibenerin lagi niatnya ☺
    Tapiiiii…masih belum bisa move on dari susu sapi. Mungkin karena saya dibiasakan minum susu dari kecil. Jadinya doyan :p
    Sampe sekarang, rasanya kurang kalo dalam sehari ga minum susu…ampuuun mbaa

    1. Lah kok minta ampun hahahahahaha :D.

  11. Hai mba Jihan, salam kenal.
    Stuju bgt kalo susu hanya minuman rekreasi.sesekali aja hehee..
    Lagi tertarik niy belajar dan nyobain FC. Cuma sehari2 saya kerja dan dimasakin si mba yg jg skaligus masak buat anak2. Masih agak bingung ngatur pola masakan di rumah tiap harinya hehe

  12. Keren mbak….
    Anak saya yg besar doyan bingit susu sapi’i, suatu hari dia tanya saya. Mah, susu itu sehat gak, langsung ta jawab “nggak”, tp kl sesekali gak papa tp gak boleh sering2. Mas kan lihat mamah gak pernah minum susu…. hahaha

    Saya blm menganut FC yg taat tp mulai menjalani perlahan2 dan msh banyak membaca sambil belajar.
    Salam damai mbak jihan

Comments are closed.