Christina Onassis, The Things That Money Can’t Buy

Tulisan ini sedikit membahas tentang Christina Onassis. Yang sempat saya baca sebagian kisahnya di Majalah Intisari. Majalah Intisari itu masih ada enggak, ya? Hehe. Dulu, seingat saya ukurannya kecil seperti buku. Tapi isinya lumayan tebal.

Entah siapa dulu di rumah yang doyan beli Intisari. Bokap nyokap kayaknya enggak mungkin hehehe. Mungkin salah satu kakak saya. Mungkin enggak beli, tapi pinjam atau ngambil dari mana . Soalnya, kalau saya nemu, pasti edisi lama. Entah beberapa bulan sebelumnya, bahkan pernah edisi setahun yang lalu.

Dibilang suka-suka banget membaca sih enggak, cuma kalau enggak ada kerjaan ya senang juga membaca. Lebih suka membaca fiksi. Apalagi kalau malam-malam acara kelompencapir bisa 2 jam gitu apa ya, hihihi. Antara bosan dan gagal paham itu bapak-bapak pakai caping lagi pada ngapain . Belum lagi bunyi gongnya yang legendaris itu hahaha. TOONNGGG! “Yak, waktunya sudah habis! Silakan kelompok A, potnya dibawa ke sini.”

Selain fiksi, saya gemar membaca biografi. Nah, di Intisari itu selalu ada rubrik biografi tokoh-tokoh dunia. Enak juga, tuh, menghabiskan waktu duduk dekat jendela menghabiskan waktu menikmati rubrik yang biasanya dibuat berlembar-lembar ini.

Paling senang membaca biografi orang kaya. Hahaha. Atau kalau enggak, biografi anggota kerajaan atau profil wanita dunia macam Jackie Onassis. Ada 1 yang ingin dibahas sedikit, Christina Onassis.

Christina Onassis

Christina meninggal di usia cukup muda, sekitar 37 tahun. Mengapa? Bukan karena kelaparan sih yang pasti hahaha. Christina wafat dengan mewariskan harta yang banyak kepada anak tunggalnya, Athina Onassis. Saat itu, Athina heboh diperbincangkan sebagai balita paling tajir di dunia. Di usia 4 tahun saat ibunya wafat, Athina sudah punya kebun binatang sendiri, lho, hadiah ulang tahun dari ibunya saat usianya 2 tahun!

Kebun binatang beneran, yaaaa. Bukan lego-legoan. Bukan pula mainan plastik yang banyak dijual di Pasar Gemblong *umpetinMainanAnakSendiri* hahahaha. Dulu beli 25 ribu rupiah sudah lengkap dengan sungai-sungai dan pohon-pohonnya, lho hihihi.

Christina adalah anak kedua dari Raja Kapal asal Yunani, Aristotle Onassis dengan istrinya yang cantik jelita, Athina Livanos. Sayang, Christina bisa dibilang tidak mewarisi kecantikan klasik sang ibunda. Hal ini konon salah satu penyebab Christina selalu tidak percaya diri. Zaman dulu belum ada operasi plastik apa, ya? .

Lahir dari keluarga super tajir tidak membuat hidup Christina hepi-hepi amat. Ayahnya sempat berselingkuh dengan artis opera, Maria Callas. Hingga akhirnya bercerai dengan ibunya. Ibunya sendiri belakangan gonta ganti pacar.

Gambar : biography.com
Gambar : biography.com

Saat ayahnya menikahi janda Kennedy, Jacqueline Kennedy, hidup Christina tidak lebih baik. Antara cemburu, bete dan curiga dengan si janda kembang, yang selalu mendapat sorotan dunia, yang dipikirnya hanya tertarik pada harta ayahnya saja.

Pertengahan tahun 70-an, badai besar menghampiri hidupnya. Dimulai dengan kematian saudara tunggalnya, sang kakak, Alexander Onassis. Tak lama ayah dan ibunya juga menyusul. Hanya dalam rentang waktu 2-3 tahun saja, Christina yang memang secara kepribadian sangat rapuh kehilangan semua anggota keluarga intinya.

Sempat ada drama perebutan harta antara Christina dan Jackie Onassis. Kalau tidak salah, Christina bahkan menantang untuk membeli nama Onassis dari Jackie. Dia bersedia membayar berapa pun yang Jackie minta asal Jackie ‘melepaskan’ titel Onassis dari namanya.

Singkat cerita, Christina yang mewarisi sebagian besar usaha dan harta kekayaan Onassis. Kehidupan rumah tangganya pun tak bisa dibilang mulus. Christina menikah sampai 4x. Bersama salah satu suaminya, dia memiliki seorang puteri. Diberi nama sama dengan mendiang ibunya, Athina 🙂.

Bisa dibilang, dari kecil Christina selalu gagal berdamai dengan dirinya sendiri. Dari merasa selalu terbebani dengan ibunya yang cantik, ayahnya yang playboy, kakaknya yang pemalu hingga sirik sama ibu tirinya yang secara pamor memang sangat mengintimidasi, ya, hehe .

Seorang diri Christina membesarkan Athina setelah satu persatu pernikahannya selalu gagal di tengah jalan. Christina juga sangat membenci ukuran tubuhnya yang dianggapnya gemuk. Christina Onassis mengkonsumsi obat-obatan untuk menurunkan berat badan dan juga obat-obatan lain untuk mengatasi penyakit insomnianya.

Akhir hidupnya cukup mengenaskan. Ditemukan tewas di salah satu rumah sahabatnya kala tengah berlibur. Over dosis obat-obatan membuatnya terkena serangan jantung. Sejarah pun menasbihkan Athina menjadi bocah terkaya di dunia setelah itu .

Tragis, ya. Kurang apa coba hidupnya? Ayah Christina Onassis punya banyak sekali kapal pesiar yang bisa dibilang termewah di dunia kala itu. Ibu yang cantik yang sebenarnya sangat sayang kepadanya. Kakak yang baik yang selalu menghiburnya kala sedih.

Tanpa sadar, Christina Onassis menggantungkan kebahagiaannya pada orang-orang di sekitarnya. Pada kharisma ayahnya, pada kecantikan ibunya dan pada kasih sayang dari kakak kandungnya. Ketika semuanya diambil dari sisi hidupnya, Christina Onassis sudah mulai kehilangan arah. Walau saat itu harta bisa dibilang masih bergelimang. Sangat bergelimang tepatnya 😀.

Christina Onassis
Aristotle Onassis & Athina Livanos (Gambar : biography.com)

Well, there are things that money can’t buy 🙂. For sure.

Katanya, ya, dunia ini cuma sementara saja. Hanya main-main saja. Malah, kata seorang penceramah di salah satu pengajian yang pernah saya hadiri, semua yang kita alami di dunia ini hanya ujian semata.

Diberi kekurangan jelas ujian, ya. Tapi, diberi kelebihan pun sebenarnya ujian juga. Cuma, kalau urusan kelebihan, banyak yang enggak sadar kalau itu ujian. Disangkanya hadiah kali, ya, hihihi .

Kalau dipikir-pikir, yang hidupnya terlihat susah yang lebih sering memenangkan pertarungan. Jadi orang dengan kemampuan ekonomi pas-pasan misalnya. Pilihannya apa, ya sabar dan sabar. Hehehe. Hidup semampunya, beli-beli yang secukupnya. Uang enggak ada soalnya haha.

Coba yang kebalikannya. Hidup terlihat seperti banyak pilihan. Mau makan pusing, mau pakai baju pusing, mau beli ini pusing. Mau hidup bersahaja bisa, tapi hidup bermegah-megah juga bisa . Pusing, kan? Hehe.

Belum lagi bisikan-bisikan, “Cuy, belanjain ajaaaaa… kan uang, uang lo. Uangnya halal. Enggak ada hadisnya kok kalau orang kaya itu harus sederhana. Itu mah bisa-bisanya orang nyinyir ajeee. Beli aja, Cuyyy.”

Soal hadis sih iya juga, ya. Hihihihi. Saya pernah, lho, di sebuah grup ditantang sama bapak-bapak dengan ucapan seperti di atas. “Tidak ada hadisnya kalau umat harus hidup sederhana. Yang penting harta halal! Yang penting sembahyang, puasa dan zakat plus sedekah. Orang miskin kan bukan salah kita. Masa gara-gara ada orang tidak punya kita harus ikut-ikutan hidup susah. Kita juga kaya karena kita usahanya optimal.”

Tetot pertama adalah … hidup sederhana memang sama gitu dengan hidup susah? :P.

Tetot kedua, ikhtiar adalah kewajiban manusia tapi hasil akhirnya ada di tangan Allah. Nah sekarang saya yang mau tanya ke bapaknya, nih, “Ada enggak dalilnya kalau kita berusaha keras dan bekerja keras kita pasti bakal punya banyak uang?” Hayoooooo 😛.

Sebaliknya, si Eneng Christina kagak ngapa-ngapain duitnya akeh dari bapak’e. Athina kecil apalagi. Belum lagi lancar ngomong, sudah menjadi pewaris harta kekayaan yang luar biasa.

Titipan, atuh, Pak . Titipan saja. Makanya, jangan langsung gagap ah kalau baru punya uang banyak hehe.

Tadinya tidur di atas kasur kapuk saja bisa nyenyak, giliran banyak uang, tidurnya baru bisa enak kalau pakai kasur bertahtakan berlian misalnya. Aih, sakit atuh punggungnya hehe . Tadinya, jalan-jalan ke Ancol saja sudah heboh, begitu banyak uang, langsung ribut mau piknik ke bulan! Hihihi. Becandaaa 😛.

Kalem aja. Kaleeeem. Kita toh enggak pernah tahu kapan semuanya bakal diambil sama yang punya. Namanya juga cuma titipan ;). Suka-suka yang nitip, ya, hehe.

Sementara bebekerja keras itu sudah menjadi prinsip hidup kita, dong. Apakah akan menjadi milyulner atau tidak, sudah selayaknya setiap orang selalu berusaha yang terbaik dalam menjalani hidup . Mencari rezeki yang halal nan bermanfaat dalam kebaikan.

Seperti Mbak Christina, ya, jangan sampai kita menyandarkan tangga kebahagiaan hidup pada dinding yang salah. Pada teman-teman yang keren atau pergaulan, pada harta yang banyak, pada anak-anak, apalagi hanya pada beberapa helai poni di jidat, hahahaha *potongAjaPoninya* .

Bahagia itu simpel sekali. Kalau ingin bahagia, bahagiakanlah orang lain. Membahagiakan orang lain seringkali malah enggak perlu duit sama sekali. Macam yang ringan-ringan saja, menebar senyum atau menanyakan kabar pada kawan lama .

“The way to happiness is in making others happy.” Kata Mbah Google sih, begitu. Dalilnya apa? Waduh, bantu cariin hadis sahihnya, dong .

Intinya sih sama kok dengan yang kemarin-kemarin. Sesuai tema kita di bulan Januari ini, “Letakkanlah dunia di tanganmu, bukan di hatimu.”

Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu alaikum wr.wb

*benerin jilbab, benerin celana jeans, eh gamis :P*

***

23 comments
  1. Setuju, harta itu titipan, salah satu bentuk ujian yang sebenernya berat….ntar pas di akhirat ditanyain harta segitu banyak dulu dipake buat apa saja…nah jleb deh.

    1. Yap sepakat. Makin banyak pertanggungjawabannya makin berat :D.Macam kayak jadi bendahara aja, ya hihihi. Harus sedia bon-bon komplit ke mana saja uang telah dibelanjakan.

  2. diberi ujian berupa kekayaan memang lebih berat ya mak dari ujian kemiskinan, karena kita seringkali ga ‘ngeh’ bahwa itu juga ujian..

  3. Sayang banget kisah hidupnya mbak christina… dgn potensi spt itu sebenarnya dia berpeluang melakukan banyak hal… tapi mungkin memang pola asuh yg kurang baik shg menyebabkan dia tdk berhasil tumbuh menjadi org yg mandiri & percaya diri…
    Inshaa Allah banyak hikmah di tulisan mbak ini, apalagi dibawakannya dgn gaya santai & sederhana.
    Suksea selalu ya 🙂

  4. makanya, kalau ada orang yang iri (plus ada juga yang pake mangkel sama kehidupannya sendiri) karena selalu melihat ke atas, sambil mikir “Hidup jadi orang kaya emang enak banget!” itu gak bener.

    Jadi orang kaya belum tentu hidupnya lebih menyenangkan. Dari permukaan memang kelihatannya begitu. Tapi, dalemnya hehe?

    Mending bahagiain diri sendiri drngan cara membahagiakan orang lain aja, deh 🙂

  5. dulu pas naca berita meninggalnya Christina Onasiss..terheran2,kasian ternyata biar orang kaya hidupnya gak bahagia ya..

    Salam kenal Mba..

  6. tragis bener ya nasibnya christina.. mungkin karena jauh dari Tuhan, jadi dia begitu rapuh. kasihan..

  7. Christina Onasis emang tragis soale dese jiwanya hampa. Mudah2an kita selalu diberi hidayah supaya tidak kosong jiwanya.

  8. Pengen deh ngerasain jadi orang kaya.. wehehehe… *dikepluk

  9. *bukan fokus intinya tapi majalah
    majalah intisari masih ada… saya masih langganan sampe sekarang… malah jadi agen pula… hi hi hi… murah kok 20rb kalo eceran… dan dijamin keren isinya

  10. I love this post, Mbak!
    Ada masa-masa aku juga begitu dulu. Kayaknya pas SMA sampe awal2 kuliah deh. Nggak PD dan kayaknya aku hepi karena bergantung sama sekeliling 😀 untunglah dapat pencerahan, duh damai banget rasanya hati ^_^
    Ohya intisari masih segede buku kok sampe skr 😉 hehehe

  11. Rosulullah bersabda “Bukanlah kaya itu krn banyaknya harta, akan tetapi kaya itu adalah kekayaan jiwa” (HR.Bukhari – Muslim )
    Dari Umamah ‘Iyas Ibn Tsa’labah Al-Anshari Al-harist, dia berkt ” Pd suatu hr pr sahabat Rosulullah menyebut ttg dunia disisi beliau, beliau bersabda “Tidakkah kamu mendengar? Sesungguhnya berpenampilan sederhana ( meninggalkan kemewahan) itu bag.dr Iman?” beliau mengulanginya 2x…( HR. Ahmad )

  12. memang hanya Allah SWT tempat terbaik untuk mengadu *instropeksi diri, makasih mak, jadi wujud refleksi diri nih semoga semakin dekat kepada Allah SWT aamiin

  13. Mbaak jihan, aku jadi tau kenapa beberapa temenku mengidolakan kamu sebagai penulis favorit mereka ;’)

    Aku nanti sering mampir di sini yaaa

    *cari tempat duduk yang nyaman di pojokan 😀

  14. Waahh te o pe be ge te nih tulisanya mbak jihan…g nyesel mampir sini…
    Btw,segalanya emang butuh uang,tp tetep uang bukan segalanya..

  15. Jihan, aku udah baca ini darikapan tau dan dah mau komen tp waktu itu bacanya di hp. Kalimatmu yang ‘menyadarkan kebahagiaan di tempat yang salah…..pada anak-anak…” dan aku jleb jleb jleb. Sungguh belajar yang ini….*tarik nafas dalam-dalam* phew….. thanks ya darling. Mungkin kalau soal harta karena udah sering denger, hati bisa lebih terbuka. Tapi pas kau sebut soal anak-anak itu…..hatiku kembali peregangan..this is new for me. Btw kmrn nemeninkrucils nonton Up sama hubby, dan pas denger si Karl bilang “it’s just a house” karena baru siangnya baca jurnalmu ini, itu terasa dalam banget deh.

  16. selalu takjub baca artikelnya, mak Jihan.
    Jadi renungan sore ini.

    makasih, mak

  17. Dulu belum ada Pak Mario Teguh, ga dapet pencerahan tuh tante Christina 😀

  18. Dua jempol buat mbak jihan…
    Suukaaaaaa deeeehhh….
    I lop u poll mbak…
    Ditunggu ya tulisan selanjutnya…

  19. Selalu suka tulisannya mak,* muaaach *

  20. Saya pernah dengar mba (apakah hadis atau bukan mohon pencerahannya): “Akhlak yang paling mulia adalah hidup sederhana disaat kaya raya”
    Dan tulisan mbak ini sangat membuat saya semakin mantab meyakini kalimat tsb 🙂

  21. Ihihi.. “benerin gamis”

Comments are closed.