Peperangan dalam Islam : Mengenang Perang Badar di Padang Badar

Mengenang salah satu peperangan dalam Islam, perang pertama umat muslim setelah hijrah ke Madinah : Perang Badar. Tulisan ini hasil jalan-jalan ke Padang Badar di Kota Badar, Arab Saudi :).

***

Sebenarnya saya ini orangnya banci Eropa abis, alias sangat bercita-cita dari dulu mendapat kesempatan tinggal di Eropa. Apa daya, takdir malah mengembuskan saya dan suami untuk bermukim di kota Jeddah. Pupus sudah harapan untuk berfoto-foto di kebun Bunga Keukenhof atau sekedar bersantai di Interlaken, dan tentu saja menikmati kerennya Menara Eiffel.

Tapi ternyata tinggal di kota ini juga banyak senangnya juga. Termasuk saat liburan lebaran kemarin, di jalan-jalan Arab Saudi edisi ini,  kami sekeluarga berwisata ke padang pasir! Jangan kira di negara yang mayoritas penduduknya Muslim ini, hari lebaran dirayakan ‘habis-habisan’ seperti di Indonesia.

Di sini saat hari rayanya malah sunyi senyap dan tidak ada aktivitas yang berarti. Saat ada long weekend seperti saat lebaran ini, paling enak keluar kota. Selain karena harga bensin yang murah (1000 perak per liter!) , banyak loh kota-kota di Saudi yang menarik untuk dikunjungi.

Gurun pasir yang kami kunjungi adalah Padang Badr, tentu saja letaknya di kota Badr. Tujuan awal liburan kami adalah mengunjungi kota Yanbu yang terkenal dengan pantainya. Tapi ternyata jarak kota Badr dari Yanbu hanya sekitar 90 km, jadilah pagi harinya kami langsung menuju Badr. Infrastruktur jalan di Saudi ini terkenal bagus (jalannnya lurus-lurus, lebar-lebar, dan mulus-mulus). Jadi hanya makan waktu sekitar 40 menit dari Yanbu ke Badr.

Jalan-Jalan Arab Saudi

Kota Badr juga merupakan salah satu tempat penting dalam sejarah Islam. Perang Badr yang merupakan peperangan dalam Islam yang besar pertama sejak Nabi dan para pengikutnya hijrah ke Madinah, berlangsung di kota Badr ini. Kejadiannya sendiri di tahun 2 H, saat bulan Ramadhan.

Pasukan muslim yang berjumlah lebih sedikit berhasil memenangkan pertempuran melawan pasukan musuh. Tapi ada sekitar 14 sahabat mati syahid di salah satu kejadian peperangan dalam Islam ini. Sayang sekali, kami tidak sempat mengunjungi makam para syuhada yang letaknya juga di kota Badr ini.

Kontur kota Badr ini memang berbukit-bukit dengan mayoritas padang pasir dimana-mana. Pemukiman penduduknya sangat jarang. Kami menepi di gurun yang pasirnya halus sekali. Dan di gurun tersebut hanya ada hamparan pasir maha luas tanpa sedikit pun ada kerikil, rumput, pokoknya pasir halus tok!

Panas gak sih di gurun pasir itu? Well, kami sendiri tiba sekitar jam 10 pagi. Suhu diperkirakan mencapai 37 derajat celcius. Tapi tempatnya sendiri cukup berangin. Malah kalau sore anginnya cukup kencang. Untung saja kami kesananya pagi hari, soalnya bawa bayi, kan repot kalo angin kencang pasirnya kemana-mana. Angin sepoi-sepoi ditambah udara saudi yang kering (jadinya gak bikin gerah dan gak keringetan) menjadikan suasana piknik jadi enak. Bayi saya pun gak rewel sama sekali.

Anak saya yang sulung (Abil, 3 tahun) tadinya juga rewel banget dalam mobil. Tapi begitu diajak turun dan mulai mendaki bukit pasir, langsung melesat bak anak panah. Seneng banget deh. Menikmati sekali memainkan pasir dengan tangannya. Saat dia sudah capek berlarian ke sana kemari, dia duduk-duduk di saja sambil mengaduk-aduk pasir dengan tangan.

Selama ini Abil seringnya memang hanya diajak ke pantai dan gunung (dulu di Jakarta sering diajak main ke puncak). Jadi kemarin cukup ribut bertanya sana-sini seputar padang pasir ini. Kalo liat pasir sih dia udah sering, tapi mungkin agak heran dengan jumlahnya yang segini banyak dan luas. Dia juga sering sih liat padang pasir dari dalam mobil. Setiap perjalanan keluar kota pasti papasan dengan padang pasir.

Jalan-Jalan Saudi

Sayangnya, di sana tidak ada unta. Kan pengennya bisa sekalian jalan-jalan naik unta. Unta sendiri memang bukan hewan bebas di Saudi. Adanya cuma di peternakan unta dan sekitarnya. Kota Badr termasuk kota yang seret air, makanya tidak banyak (bahkan mungkin tidak ada) peternakan unta ditemukan. Abil juga sudah ribut mencari unta, dia sudah mulai mengerti padang pasir identik dengan unta. Lumayan deh, Abil jadi nambah perbendaharaan ‘alam’ yang pernah dikunjungi.

Jadinya jalan-jalan Arab Saudi kemarin sebagian besar diisi dengan berfoto-foto saja sambil sesekali saya menemani Abil main pasir.

Saat kami ke sana, tidak ada satu orang pun di gurun tersebut. Mungkin lebih seru kalau ke sana rame-rame, biar anak-anak juga puas bisa bermain dengan teman-temannya. Ternyata jalan-jalan ke gurun enak juga, tidak sepanas yang dibayangkan, masih sangat tolerable lah. Apalagi untuk orang-orang tropis seperti kita yang asli Indonesia ini.

Pasirnya juga adem, kalau kita injak bergerak sedikit saja tidak beterbangan kemana-mana, tidak perlu pake cadar atau penutup muka deh pokoknya. Dijamin tetep kece saat acara pikniknya udah selesai, cuma mungkin kacamata item sih wajib banget tuh.

Peperangan dalam Islam Padang Badar

Wisata lain dari Arab Saudi bisa dilihat di postingan yang ini :

Baca : 5 Wisata Lain di Arab Saudi SELAIN 2 Kota Suci Makkah dan Madinah

***

10 comments
  1. Suka deh sama gaya editan fotonta di blog ini mbak. pake photooshop kah?

    1. Photobie, versi freewarenya hehe

      1. makasih infonya kakak cantik. 😉

  2. Subhanallah… Maak, pengin deh, bisa jalan2 ke Arab Saudi. Pas musim haji, di Jeddahnya kan cuman sebentar aja. Turun di airport. Lalu pas jalan2 di Masjid Terapung yak, cmiiw, trus ke corniche shopping centre itu. Ya karena saya ga suka shopping, pas di corniche cuma tidur di bus aja. Tapi, kalo liat spot padang pasir kayak begindang, saya mah mau aja gulung2 kayak cowok ganteng imut di poto ini. hihihi

    1. Iya, padang itu letaknya dekat dari Madinah. Harusnya dibawa mampir ke sana ya buat foto-foto hihihihi

  3. seneng bgtt deh akhirnya bisa baca blognya mba jihan, aku td pagi pas baca koran Pikiran Rakyat hari ini (Minggu, 3 Nov 13) ada artikel ttg Mama Sejagat, trus langsung aku googling, akhirnya ktemu, insipiratif sekali mba pglaman2nya.. pdhal aku baru baca bbrpa tulisan di blog ini udh menarik bgt, pasti tulisan2 lainnya juga lbh menarik, seneng ya mba punya pngalaman tingggal di luar negri, *mudh2an kesampean nnti dbawa suami bisa ke luar negri* amiinn hhee soalnya (insya Allah) calon suamiku tugas di luar negeri bhkan keliling dunia,hhee siapa tau klo ksampean bisa dibawa ke negri orang *amin.. oiya kakak ku jg skrg tinggal di Al Khobar, ia mbak kata dia bensin disana murah bgt, dan bebas pajak..wuaahhh..luar biasoo ya arab saudi saking kayanya..hheee.. salam kenal yaa mbak jihan yg cantikk…

    1. Terima kasih :). Wah, saya belum pernah ke Al Khobar, wilayah timur itu dekat Riyadh, ibukota Saudi. Kalau Jeddah di wilayah barat, dekatnya sama Mekkah dan Madinah hehehe

  4. kerennya. kemarin waktu ke ke tanah suci, saya malah gak ngelihat yg beginiaan..

  5. Ikon-nya padang gurun biasanya oase. Daerah subur terpencil yang berada di tengah gurun dan ada mata airnya. Apakah mbak Jihan pernah ketemu daerah tersebut?
    Kalo pernah, share pengalamannya dong 🙂

    1. Ada, Pak. Tempat seperti itu cuukup banyak di gurun Saudi. Teman-teman ada yang suka kemping di sekitar oase. Kalau di Arab namanya Wadi :D. Saya sih kurang suka jalan-jalan outbound kayak gitu, apalagi sampai nginap. Kalau ke Badar kan mampir doang, foto-foto, terus pulang hihihihi :P.

Comments are closed.