What’s Your Dream Job?

Ini sebenarnya mau curhat soal profesi suami yang ternyata sangat tidak tenar itu hehehe.

Waktu masih bekerja dan belum punya anak, saya pernah janjian makan malam bersama teman lama saya yang kebetulan lagi melanjutkan sekolah di Jakarta. Dia, bersama suaminya, sama-sama lulusan kedokteran umum dari perguruan tinggi negeri tempat kami berasal. Dokter, cyin.

Sepasang suami istri yang sama-sama lagi ambil spesialis.

Mereka berdua jelas bukan tipe ‘Keluarga Gober’ . Karena saya sebagai pihak pengundang jadi kudu memuliakan tamu dong, ya. Setahu saya, teman ini suka sekali masakan Jepang. Tadinya mau saya ajak ke Hoka-hoka Bento ahahahahaha. Kalau hokben mah ane favorit banget.

Tapi kata adik saya, “Sinting lu. Masakan Jepang tuh maksudnya sushi-sushian, bukan Hokben.”

Setelah googling waktu itu, ketemu nama resto Sushi Tei. Pokoknya katanya enak, tempatnya di mal ternama dan … mahal! Hahaha. Bungkusssss.

Bertemulah kami berempat di sana. Dia bersama suaminya, saya bersama suami saya.

Obrolan pembuka yang standar antar suami, suami teman yang bertanya duluan, “Kerja di mana, Mas?”

“Oh, saya kerja di telco.”

“Perusahaan apa, ya?”

“Eri*****.”

Suami teman langsung mengangguk-angguk, “Wah, asyik, dong. Jago benerin hp berarti, ya.”

Hahahaha. Waktu itu saya setengah mati menahan ketawa sementara saya tahu pasti, suami pasti gondok bukan kepalang. Kalau mau benerin hp, ke glodok aje kali, Pak Dokter!

Di mobil pas pulang, suami makin kesal, “Sialan. Udah bayar makannya mahal. Enggak enak. Disangka tukang benerin hp lagi.”

Yoi, kita berdua paling males deh makan sushi dan teman-temannya. Waktu itu sama-sama pesan udon yang gambarnya paling menggoda. Harapannya bisa makan mie rasa kari ala mie aceh gitu. Kenyataannya, kami berdua sepakat, “Oh God, indomie rasa kari ayam rasanya jauhhhh lebih enak.” Harap maklum –> lidah kampung! .

Saya masih ngakak-ngakak. Soal dia yang suka disangka tukang benerin hp, ini terjadi untuk kesekian kalinya.

Setelah puas tertawa, sebagai istri yang salehah, saya tentu menghibur suami , “Jangan gitu lah. Sekolah kedokteran itu sibuknya gak tanggung-tanggung, Bang. Manalah mereka bisa se-update kita yang kerjanya banyakan browsing internetnya hahahahaha.”

***

Jangankan para telco engineer, masa-masa awal kerja di dunia IT pun, saya kerap dibikin gondok oleh para user.

Namanya anak baru, disuruh apa pun masih manut. Di suatu sore, telepon di meja berdering, “Mbak Jihan, turun, dong. Ada problem.”

“Telepon IT technical aja, Mbak. Printernya gak nyala lagi?”

“Bukan, bukan. Ini bukan printer.”

Ya sudah, saya tak bertanya lebih lanjut, saya langsung berasumsi ini pasti ada error dalam aplikasi. Waktu itu, aplikasi user di divisi saya dikembangkan secara internal. Jadi, semua proses development dan maintenance dihandle oleh divisi IT perusahaan sendiri, yakni eike dan segambreng developer lainnya.

Sampai di meja user, saya langsung berinisiatif mengutak atik aplikasinya.

User saya langsung protes, “Bukan, Mbak. Bukan. Itu lho, mesin fax nya gak mau jalan.”

“Apa?”

“Mesin fax, Mbak. Fax-nya enggak tahu kenapa itu dari tadi diem aja.”

Saking keselnya, saya yang memang darah tinggi, apalagi usia masih muda belia ya Ceu , langsung murka, “SEKALIAN SAJA BESOK GENTENG BOCOR TELEPON SAYA SURUH KE BAWAH, YA!”

Hahaha.

Waktu itu, bos user ikutan ketawa-ketawa pas tim IT curhat di meeting. Ya iya kaleeee, lumayan sering bolak balik ke tempat user, mulai dari telepon rusak, printer ngadat sampai kabel PC ilang, semuanya telepon IT! … Zzzzz -_-.

***

Nah, balik lagi ke pekerjaan suami. Waktu kerja ke Jeddah, situasi lebih rumit. Tahu sendiri kan, kalau mendengar kata Arab Saudi, yang terbayang di benak orang kebanyakan pasti pekerjaan-pekerjaan informal.

Waktu mudik pertama kali ke Jakarta, kami mengadakan acara akikah buat anak ke-2 yang kebetulan lahir di Jeddah. Diadakannya di masjid tempat ibu mertua rutin mengikuti pengajian.

Namanya peserta pengajian rata-rata sudah berumur, ibu mertua kesulitan menerangkan pekerjaan suami. Mulai disangka petugas yang ngurusin kebutuhan para jemaah haji sampai disangka kerja di travel haji (staf lhoooo bukan pemilik travel hihihihi). Makanya, begitu ada kesempatan pindah ke Eropa, Mami termasuk yang cukup semangat. Sudah capek kali, anak ganteng-ganteng, jauh-jauh merantau ke Saudi, kok disangka petugas haji di bandara ya, Mi. Hahahahaha.

Waktu lagi mengobrol dengan teman-teman sesama ibu-ibu telco di Jeddah lebih banyak lagi cerita lucu. Paling juara cerita teman satu ini. Kita anggap saja namanya Ibu Telco yang sedang berbincang-bincang dengan temannya, Ibu Kepo .

Ibu Kepo : “Suami kerjanya apa sih, Bu?”
Ibu Telco : “Telco engineer.”
Ibu Kepo : “Apa itu?”
Ibu Telco : “Telekomunikasi, Bu. Kerja di perusahaan telekomunikasi gitu.”
Ibu Kepo langsung merasa paham, “Oiyaaaaa, capek juga itu, ya kerjanya. Saya sering lihat lho, kalau di jalan-jalan ada orang manjat-manjat di tiang-tiang sambungan telepon. Aduh, bahaya juga itu kerjanya, ya.”

Ahahahhahahahahaha. Kita semua sampai ngakak-ngakak lama banget di taman pagi itu. Untungnya, kalau pagi-pagi taman-taman biasanya sepi, hanya keluarga-keluarga asal Indonesia yang ngerumpi di atas tiker sambil ngemil gorengan .

***

Ayo ngaku, siapa, sih, yang familiar dengan pekerjaan sebagai telco engineer? Hehehehe. Masih samar-samar? Sama! Saya juga awalnya saban diterangin sama suami suka bingung sendiri hehehe.

Manalagi vendor-vendor telco internasional KEBETULAN memang produsen ponsel rata-rata. Apalagi dulu-dulu kan belum ada iphone, samsung dkk. Masih didominasi oleh Nokia, Siemens dan Ericsson. Sekarang, Siemens divisi networking sudah di’beli’ oleh Nokia. CMIIW, ane juga enggak paham ini istilah-istilahnya apa hehehe. Makanya sekarang Nokia menjelma menjadi NSN (Nokia Siemens Networks).

Jangan salah, Nokia dan Ericsson tidak cuma punya pabrik ponsel . Mereka juga menyediakan layanan berupa perangkat-perangkat telekomunikasi (server-server dll) beserta para engineernya –> suami eike dan teman-teman telco engineer lainnya.

Klien mereka siapa? Kliennya ya para OPERATOR telekomunikasi. Operator yang dimaksud contohnya di Indonesia : Telkom – Telkomsel, Indosat, XL dll.

Vendor telco sekarang sudah banyak, sih. Sudah ada petarung baru dari Negeri Tirai Bambu, Huawei. Ada juga Alcatel-Luzen. Udah, gue taunya itu doang kalau di seputaran Indonesia hehehehe.

Tentu saja, booming profesi ini terjadi setelah era kemajuan telekomunikasi yang memperkenalkan ponsel dkk. Nah, engineer yang bekerja untuk para vendor ini juga macam-macam pekerjaannya. Tapi bukan berarti kalau sinyal hilang, situ bisa nelepon para engineer, lho ya hahahaha. Ini juga salah kaprah banget .

Memang, sebagian engineer ini bertanggungjawab dalam sistem yang mengatur masalah aduh apa ya itu namanya… semacam optimasi gitu. Jadi, ada parameter-parameter yang bisa diutak atik oleh para engineer agar sinyal dkk bisa optimum di wilayah-wilayah tertentu. Kerjanya enggak mesti sampai manjat-manjat tiang telepon atuh *ngakakAmpeMules*. Cukup duduk manis di belakang laptop masing-masing, membuka koneksi ke server yang dimaksud, utak atik deh secara remote .

Pekerjaannya kadang enggak gampang. Tak jarang, waktu masih bekerja di divisi support, tengah malam saya lagi pulas, suami malah sibuk telepon-teleponan sambil mangku laptop .

Asyiknya, pekerjaan ini levelnya internasional. Pekerjaan ini perlu skill yang tidak sembarangan. Walaupun kebutuhannya relatif sedikit dibanding konsultan SAP misalnya, tapi jangan lupa, para telco engineer di seluruh dunia ini juga jumlahnya masih minim. Jadi, saban ada lowongan, kata suami, saingannya ya itu-itu juga hehehe.

Enaknya lagi, bisa berpetualang dari satu negara ke negara yang lain selama perangkatnya sama. Misalnya OSS engineer – Er**** seperti suami saya, tidak masalah bila harus bekerja untuk Er**** di berbagai negara. Karena, perangkatnya pasti sama .

Penghasilannya? *uhukUhuk*. Bisa digantung sama suami kalau berani-berani buka slip gaji dimari hahahahahhaha. Tapi percaya deh, telekomunikasi di era terkini sudah termasuk kebutuhan primer yang menjangkau gaya hidup sebagian besar masyarakat . Dibayangkan sendiri deh korelasinya.

Baiklah, enggak boleh ngomongin gaji suami. Mari kita gosipin gaji orang lain hahahahaha. Beberapa Senior Engineer di Riyadh bisa berpenghasilan hingga BELASAN RIBU DOLAR per bulan! Tapi tidak semuanya. Pokoknya rata-rata ribu-ribu USD lah. Psssttt… pajak di Saudi = NOL riyal. Gross = nett.

Makanya, jangan heran, kalau gaya hidup telco engineer di Saudi itu termasuk ‘high-class’. Iyalah cing, kebutuhan pokok di Saudi itu rata-rata lebih murah daripada di Indo. Beras lebih murah, daging lebih murah, susu anak lebih murah *colekIbuIbuYgStresBeliSusuKaloMudik* hihihihi. Mobil mewah di Saudi harganya bisa cuma seperlima harga di Jakarta. Belum lagi bensin cuma seceng per liter. Aihhhh, sungguh godaan berat untuk tidak membeli mobil-mobil SUV yang bodinya yahud .

Gaji gede + biaya hidup murah = mari kita foya-foya! . Kalaupun ada telco engineer yang tahan untuk berkumal-kumal ria, itu pasti karena darah ‘Gober’nya sudah mengalir terlalu kuat hahaha.

Akhir-akhir ini para telco engineer asal Indonesia mulai dibikin keki oleh hadirnya penantang baru asal trio Pakistan-Bangladesh-India. Ketiga engineer asal negara ini dikenal jago cuap-cuap dan berani dibayar lebih murah! Kalau istilah suami dan teman-teman, “Para Perusak Rate” .

Ya, tak bisa dimungkiri, resesi sudah hampir merambah semua wilayah dunia. Tidak cuma Eropa yang masih meradang, wilayah Timur Tengah pun konon sudah mulai pelit angka di surat kontrak hehehe. Walaupun, diakui oleh para bos-bos telco bahwa tidak sedikit engineer asal P-B-I ini yang gede omong doang, apa daya, budget juga ketat. Mereka pun terpaksa rela memakai tenaga para P-B-I. Tapi jangan digeneralisir, engineer asal P-B-I juga ad yang jagoan beneran, kok .

Ada pun engineer asal Indonesia di Er*** Jeddah itu cukup dicari, lho . Suami saya sebelum hengkang sudah diwanti-wanti oleh bos agar mencari pengganti asal Indonesia juga . Beliau konon menampik CV dari negara lain demi memberi kesempatan para engineer Indonesia terlebih dahulu. Makanya, jangan jiper jadi orang Indo. Kalau interview? Pede aja hehehe. Asal jangan bokis kayak sebagian orang-orang dari P-B-I. Apa pun pertanyaannya pasti dijawab, “Yes, I can!” Ahahahahahahha.

***

Intinya, dunia pun ikut berubah sesuai perubahan gaya hidup para penghuninya. Zaman dulu mana ada sih, profesi-profesi kayak programmer, IT-IT an, web designer, telco engineer dkk? Bahkan, hobi nge-tweet dan punya ribuan follower menawarkan profesi baru di twittler land dengan penghasilan yang mumpuni … para BUZZER! .

Konon, para buzzer tenar bisa dibayar hingga jutaan rupiah per SATU TWEET. Bayangin, mengetik sekitar 140 karakter dibayar jutaan rupiah. Follow me, follow me hahhahahahhaha –> biar bisa jadi buzzer .

Jangan batasi mimpi anak-anak kita hanya di ranah-ranah konservatif seperti dokter, pengacara dll. Biarkan mereka bereksplorasi lebih jauh. Dunia online memang tidak sepenuhnya positif. Tapi ingat, setiap koin pasti punya 2 sisi mata uang, kan? Pintar-pintarnya kita memanfaatkan kemajuan teknologi .

Biarkan anak-anak dan generasi muda menjelajah potensi seluas mungkin. Mengukir tinggi-tinggi mimpi-mimpi di atas sana. Seperti kata Bung Karno, “Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.”

So, what’s your dream job, Fellas? . Are going to be a writer who can write a thousand books before you die? Fly with me! Kita ukir sama-sama di atas langit sana . All you have to do is … start writing! Bukannya bolak balik inbox ke saya bertanya bagaimana caranya menulis. Itu kesalahan yng cukup fatal, karena :

1. Saya bukan penulis profesional woooiiii! Hahahahha. Kalau cuma nulis di status mah, everyone do it everyday! 
2. Menulis enggak pakai teknik. Just do it on and on and on and on and on… teknik itu akan datang belakangan .

Ahahahahahahha. Ini kok malah ke mana-mana 😀.

bintang

***

10 comments
  1. huahahahah sumpe ya, kalian teridolaku lah Pasangan Gober.
    As I said before, bisa hidup hemat karena terpaksa itu sungguh berbeda dengan bisa MEMILIH hidup hemat meski saldo di rekening terus meningkat. Aku mauuu dong tetanggaan sama kalian hahahaha
    Btw aku tau kok telco engineer, ihik dan tau juga gajinya geda-geda *efek meng-Audit perusahaan telco, pas liat bukti potongnya jadi pengen gigit selip gaji, soalnya pajak yg dibayar sama dengan gaji sebulan hahah* dan dulu pernah bercita cita anakku nanti kerja beginian ah hahah *kalo ngarep suami yang kerja begini kan gak bisa, udah jelas pacaran sesama cluster*

    1. Hhhahahahaha… semua profesi itu pasti ada plus minusnya ;).

  2. Hello Mbak,
    Saya silent reader, cuma jadi nimbrung setelah baca yang ini, soalnya suami juga di telco dan jadi ngakak sendiri karena pengalamannya persis sama. Ada yang pas saya bilang telco, reaksinya, “Hah, bahaya banget manjat manjat tower”. Yang terbaru pas mudik kemaren, ” Oh henpon ya, bukannya henpon merek S*n* Er******n itu udah nggak laku sekarang, emang masih ada karyawannya?”. Hahaha bingung mau jawab apa, karena udh salah persepsi dari awal.

    1. Wah, ibu-ibu telco juga kah? *tosss* 😀

  3. haha, itu dendam pas kerja di IT kayaknya masih nampoollll banget ya? 😆
    Mbak, aku dong nih… dulu pernah sewot sama sepupunya suami, pas kali pertama ketemu aku langsung ngungkit2 gayus tambunan, daannnn nyama2in harta kami sama si GT itu. Ishhhh! Pengen kasih unjuk deh tuh, utang rumah kami yang MASIH 10 tahun lagi, utang mobil yang waktu itu MASIH 3 tahun, trus kasih tunjuk rumah mini kami yg bocor disana sini dan musti nunggu hujan duit kalo mau benerin…. *oke, yg terakhir ini lebay* 😆
    Intinya, urusan dapur orang lain sudah lah cukup kita pikir2 sendiri, jangan pengen tahu ato bahkan yg paling parah, LANGSUNG SOK TAHU. Bikin seneppppp….! *curcol*
    *sorrryyyyy* 😀

    1. Ihihihihihihi, asiiiikkk, bener nih sekantor sama Gayus? *memicingkan mata* :D. Entar ke Bandung, akyu ditraktir dong yah :P. KEtemu belum, sudah nodong traktiran –> bikin stres gak sih? hahaha.

  4. hehehe, memang susah ngejelasin pekerjaan kami ke orang awam, kerja di subcon daripada ribet ditanyain orang sekampung bialng aja kerja di T*lk*m, beres habis pertanyaan mereka

    1. Enggak apa-apa ribet, yang penting gajinya enggak ribet 😛

  5. hai mba salam kenal
    emang susah ya mbak kalo jelasin jenis kerjaan ke orang awam
    saya juga merasakannya apalagi kalo yang nanya tetangga-tetanga di kampung yang rempong
    pingin nangis rasanya

  6. Sebagai sesama alumni *ric****, mengertilah dakuw seperti apa rasanya disangka tukang betulin hp. Karena gw bukan engineer, maka pertanyaannya adalah, “Handphone seri apa yang paling bagus ?”

    Helloww…!!!

Comments are closed.